Wisata seks wanita

Wisata seks wanita adalah wisata seks yang dilakukan oleh perempuan yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk melakukan aktivitas seksual dengan satu atau lebih penduduk lokal, biasanya pekerja seks laki-laki (gigolo). Wisatawan seks wanita mungkin mencari aspek hubungan seksual yang biasanya tidak ditemui dalam wisata seks pria, seperti romansa dan keintiman yang dirasakan.[2] Wanita yang identik dengan stereotipe ini biasanya wanita yang kaya raya, lajang, dan wanita kulit putih paruh baya. Mereka merencanakan liburan untuk memiliki romansa dan seks dengan pasangan yang mengerti bagaimana membuat mereka merasa istimewa dan memberi mereka perhatian.[3][4][5] Wisata seks wanita secara signifikan lebih rendah daripada wisata seks laki-laki.[6]

Peta sebaran wisata seks wanita[1]
  Negara asal: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Britania Raya, Amerika Serikat
  Negara tujuan: Albania, Balkan, kamboja, Karibia, Kosta Rika, Kroasia, Kuba, Republik Dominika, Ekuador, Yunani, Haiti, Indonesia, Italia, Jamaika, Kenya, Maroko, Filipina, Portugal, Spanyol, Tanzania, Thailand, Tobago, Turki, Vietnam.

Wisata seks wanita ditemui di berbagai wilayah di dunia. Demografi wisata seks wanita bervariasi menurut tujuan, tetapi secara umum wisatawan seks wanita biasanya diklasifikasikan sebagai wanita dari negara maju, yang melakukan perjalanan ke negara-negara kurang berkembang demi mencari romansa atau penjaja seksual.[7]

Wisatawan seks wanita dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:

  • Wisatawan seks tradisional, yang memiliki karakteristik dan motif yang sama dengan wisatawan seks pria.[7]
  • Wisatawan seks situasional, yang tidak dengan sengaja menempatkan diri mereka menjadi wisatawan seks, tetapi menemukan diri mereka terlibat dalam perjumpaan seksual dengan pria lokal. Wisatawan seks situasional biasanya merupakan pebisnis wanita, pelajar, wanita yang mengikuti konferensi di luar negeri atau wanita lain yang memiliki agenda non-seksual berbeda.[2]
  • Wisatawan seks romantis, yang berencana untuk memenuhi perjalanan mereka dengan pengalaman romantis yang tidak dapat mereka alami di negara asalnya.[8]

Dengan perpindahan populasi yang berbeda ke negara yang berbeda, masalah kesehatan meningkat, terutama penyakit yang melibatkan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Beberapa wanita yang terlibat dalam wisata seks tidak menggunakan alat kontrasepsi penghalang selama sebagian besar kunjungan mereka, menyebabkan mereka dan pria yang berhubungan seks dengan mereka rentan terhadap IMS.[9]

Destinasi

sunting

Sejumlah negara telah menjadi tujuan wisata seks wanita, antara lain Eropa Selatan (terutama di Yunani, Italia, Spanyol, dan Kroasia); Karibia (Barbados, Republik Dominika, Kuba dan Jamaika); Ekuador, Kosta Rika, Maroko, Turki, Nepal, Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Fiji; Gambia,[10] dan Kenya di Afrika.[11][12] Tujuan lainnya termasuk Brasil, Bulgaria, Albania, Portugal, dan Haiti.[rujukan?]

Bali, Indonesia adalah tujuan di mana wanita dari Eropa Barat, Jepang, dan Australia terlibat dalam wisata seks dengan para pria lokal.[13][14] Sebuah survei dari tahun 2009 yang dilakukan oleh Wanjohi Kibicho di Malindi Kenya dari buku Sex Tourism in Africa: Kenya's Booming Industry, menemukan bahwa dari wisatawan seks yang disurvei, 61% berusia antara 46–50, 31–35 (3%) menjadi kelompok usia termuda. Dari latar belakang wanita tersebut yang disurvei 22% berasal dari Jerman, 19% dari Italia, dan 15% dari Belanda. Selain itu 71% dari mereka yang disurvei mengunjungi kembali destinasi tersebut. Dalam mengukur alasan melakukan wisata seks, Kibicho merangkum bahwa wanita yang merasa ditolak oleh pria di negara maju karena "kelebihan berat badan dan usia yang lebih tua" menemukan bahwa di Kenya semua kekurangan itu tiba-tiba terbalik. Di sana mereka "dicumbui", dihargai, dan "dicintai" oleh para pria.[15]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Short-term Lovers". www2.hu-berlin.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 May 2013. Diakses tanggal 21 November 2018. 
  2. ^ a b Opperman, Martin (1999). "Sex Tourism". Annals of Tourism Research. 26 (2): 251. doi:10.1016/s0160-7383(98)00081-4. 
  3. ^ Hitchcock, Michael (2009). Tourism in Southeast Asia: Challenges and New Directions. NIAS Press. hlm. 225. ISBN 9788776940348. 
  4. ^ Pearce, Philip; Filep, Sebastian; Ross, Glenn (2010). Tourists, Tourism and the Good Life. Routledge. hlm. 109. ISBN 9781136930270. 
  5. ^ Matty Silver (February 8, 2013). "Ladies, your holiday romance awaits". Sydney Morning Herald. 
  6. ^ Taylor, Jacqueline Sánchez (2000). "Tourism and 'embodied' commodities: sex tourism in the Caribbean". Dalam Clift, Stephen; Carter, Simon. Tourism and Sex: Culture, Commerce and Coercion. London: Cengage Learning EMEA. hlm. 41–53. ISBN 9781855676367. 
  7. ^ a b Reuters (25 November 2008). "Sex Tourism for Women". Contemporary Sexuality. 42 (1): 9–10. 
  8. ^ Pruitt, Deborah; LaFont (1999). "For Love and Money Romance Tourism in Jamaica". Annals of Tourism Research. 22 (2): 422–440. doi:10.1016/0160-7383(94)00084-0. 
  9. ^ Ragsdale, Kathleen; DifranceiscoI, Pinkerton (April 2006). "Where the boys are: Sexual expectations and behaviour among young women on holiday". Culture, Health and Sexuality. 8 (2): 86–98. doi:10.1080/13691050600569570. PMID 16641059. 
  10. ^ Sex tourism in The Gambia: What, where and why, Tourism Teacher, 2020, diakses tanggal July 22, 2021 
  11. ^ "Women going on sex tours look for big bamboos and Marlboro men". Pravda. 29 June 2007. 
  12. ^ Clarke, Jeremy (2007-11-25). "Older white women join Kenya's sex tourists". Reuters. Diakses tanggal 2007-11-30. 
  13. ^ "Bali Beach Gigolos Under Fire". Asia Sentinel. 4 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 May 2010. 
  14. ^ Liputan6.com (2010-04-27). "Gigolo, Profesi Terselubung di Bali". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-12-30. 
  15. ^ Kibicho, Wanjohi (1 April 2016). Sex Tourism in Africa: Kenya's Booming Industry. Routledge. ISBN 9781317056850 – via Google Books. 

Daftar pustaka

sunting
  • Jacobs, Jessica. 'Sex, tourism and the Postcolonial Encounter: Landscapes of Longing in Egypt' 2010 Aldershot Ashgate
  • Bloor, Michael; et al. (1998). ""Differences in Sexual Risk Behaviour between Young Men and Women Travelling Abroad from the UK." [Contains only random survey of young sex travelers.]". The Lancet. 352 (9141): 1664–68. doi:10.1016/s0140-6736(98)09414-8. PMID 9853439. 
  • Cohen, Erik (1971). "Arab Boys and Tourist Girls in a Mixed Jewish-Arab Community". International Journal of Comparative Sociology. 12 (4): 217–233. doi:10.1177/002071527101200401. 
  • de Albuquerque, Klaus. "Sex, Beach Boys and Female Tourists in the Caribbean." Sexuality & Culture. Ed. Barry M. Dank. Vol. 2. New Brunswick, N.J.: Transaction, 1998. 87–111. 2.
  • de Albuquerque, Klaus. "In Search of the Big Bamboo: How Caribbean Beach Boys Sell Fun in the Sun." The Utne Reader, Jan.-Feb. 2000: 82–86.
  • Gorry, April Marie. Leaving Home for Romance: Tourist Women’s Adventures Abroad. Doctoral dissertation, University of California, Santa Barbara, 1999. Ann Arbor: UMI 9958930, 2000
  • Herold, Edward; Garcia, Rafael; DeMoya, Tony (2001). "Female Tourists and Beach Boys: Romance or Sex Tourism?". Annals of Tourism Research. 28 (4): 978–997. doi:10.1016/s0160-7383(01)00003-2. 
  • Meisch, Lynn A (1995). ""Gringas and Otavaleños: Changing Tourist Relations" [a description of sex and romance tourism in Ecuador]". Annals of Tourism Research. 22 (2): 441–62. doi:10.1016/0160-7383(94)00085-9. 
  • Pruitt, Deborah; Lafont, Suzanne (1995). "For Love and Money: Romance Tourism in Jamaica". Annals of Tourism Research. 22 (2): 422–440. doi:10.1016/0160-7383(94)00084-0. 
  • Thomas, Michelle. "Exploring the Contexts and Meanings of Women’s Experiences of Sexual Intercourse on Holiday."
  • Clift, Stephen, and Simon Carter, ed. Tourism and Sex: Culture, Commerce and Coercion. London: Pinter, 2000. 200-20.
  • Vorakitphokatorn, Sairudee; et al. (1993). "AIDS Risk in Tourists: A Study on Japanese Female Tourists in Thailand". Journal of Population and Social Studies. 5 (1–2): 55–84. 
  • Wagner, Ulla (1997). "Out of Time and Space — Mass Tourism and Charter Trips". Ethnos. 42 (1–2): 39–49.  (This article describes sex tourism in the Gambia, West Africa, as does a follow-up article: Wagner, Ulla; Yamba, Bawa (1986). "Going North and Getting Attached: The Case of the Gambians". Ethnos. 51 (3): 199–222. doi:10.1080/00141844.1986.9981323. 

Pranala luar

sunting