Winata
Winata (Dewanagari: विनता; IAST: Vinatā ), dalam mitologi Hindu, adalah nama ibu dari Aruna dan Garuda, burung legendaris. Ia merupakan salah satu putri Prajapati Daksa. Winata dan sejumlah saudarinya menikah dengan Kasyapa. Dari hubungan tersebut, Winata dikaruniai dua putra, yang sulung bernama Aruna dan yang muda adalah Garuda.[1]
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
---|---|
Nama | Winata |
Kitab referensi | Mahabharata, Purana |
Ayah | Daksa |
Ibu | Asikni |
Saudara | Aditi, Diti, Kālikā, Kapila, Surasa, Singika, Wiswa, Kadru |
Suami | Kasyapa |
Anak | Aruna, Garuda, Sumati |
Kisah
suntingWinata memiliki seorang kakak bernama Kadru yang juga menikah dengan Resi Kasyapa. Setelah mereka melayani suami dengan sepenuh hati, sang resi merasa puas lalu memberi mereka kesempatan untuk mengajukan satu permohonan.[2] Kadru memohon agar ia dikaruniai ribuan putra berwujud naga yang gagah perkasa. Setelah mengetahui permohonan kakaknya yang menginginkan ribuan putra, Winata ikut memohon putra tetapi hanya berjumlah dua saja, yang diharapkan lebih kuat dan tersohor daripada para putra Kadru. Kasyapa pun mengabulkan permohonan mereka berdua, dan memberikan ribuan telur kepada Kadru, sedangkan untuk Winata hanya dua telur saja. Ia berpesan agar keduanya menjaga telur-telur tersebut dengan baik. Kemudian sang resi meninggalkan mereka berdua untuk bertapa.
Kelahiran Aruna
suntingDalam kitab Mahabharata dikisahkan bahwa setelah lima ratus tahun berlalu, telur-telur yang dijaga Kadru akhirnya menetas, mengeluarkan ribuan naga dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Melihat kelahiran para putra Kadru, Winata merasa resah sebab telur yang dijaganya tidak kunjung menetas. Dengan perasaan tidak sabar, ia memecahkan salah satu telur, dan sesosok putra yang berwujud tidak sempurna keluar dari dalamnya. Anak tersebut dinamai Aruna. Ia merasa kesal sebab ditetaskan sebelum waktunya. Maka dari itu ia mengucap kutukan bahwa Winata akan menjadi budak Kadru. Aruna juga memberitahukan bahwa penyelamat ibunya dari perbudakan akan lahir melalui telur yang satu lagi. Setelah berkata demikian, Aruna naik ke langit dan diangkat menjadi kusir kereta Dewa Surya.[3]
Perbudakan
suntingSetelah kejadian di Samudramanthana, Dewa Indra memperoleh seekor kuda putih bernama Uccaihsrawa dari dalam Lautan Susu. Perselisihan terjadi antara Winata dan Kadru tentang warna ekor kuda tersebut. Menurut Kadru, warna ekor kuda tersebut adalah hitam, sedangkan Winata berkata bahwa warnanya putih. Mereka memutuskan untuk memastikan kebenaran pada hari berikutnya dan bertaruh bahwa barang siapa yang salah harus diperbudak oleh yang benar. Pada akhirnya, Kadru menang taruhan. Kemenangannya diceritakan dalam beberapa versi. Salah satu versi menceritakan bahwa para naga mengetahui bahwa ibu mereka akan kalah taruhan, sehingga untuk memenangkannya, mereka menyembur ekor kuda Uccaihsrawa agar menjadi hitam. Dalam salah satu versi dikisahkan bahwa para naga bergelantungan pada ekor kuda tersebut, warnanya terlihat seolah-olah hitam. Dalam versi apa pun, Winata diceritakan mengalami kalah taruhan sehingga ia menjadi budak Kadru.[4]
Kelahiran Garuda
suntingSetelah Garuda menetas, ia merasa sedih sebab ibunya mengalami perbudakan. Ia pun memohon kepada Kadru agar ibunya dibebaskan. Kadru bersedia mengabulkan permohonan Garuda dengan syarat bahwa kebebasan Winata harus ditukar dengan tirta amerta, yang sedang disimpan di kahyangan. Sebelum berangkat, Winata berpesan kepada Garuda bahwa ia diizinkan untuk memangsa suku Nishada yang ditemui dalam perjalanan, tetapi tidak boleh memangsa seorang brahmana. Singkat cerita, Garuda berhasil menunaikan tugasnya, dan setelah ia berhasil mengalahkan sejumlah dewa dalam upaya merebut tirta amerta, Dewa Wisnu terkesan kepadanya sehingga Garuda menjadi wahananya. Ia pun memberikan kendi tirta amerta kepada Kadru sehingga Winata terbebas dari perbudakan.[5]
Silsilah
suntingWinata | Kasyapa | Kadru | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syeni | Aruna | Garuda | Unati | Nāga | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sempati | Jatayu | Sumuka | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi
sunting- ^ Söhnen, Renate; Söhnen-Thieme, Renate; Schreiner, Peter (1989). Brahmapurāṇa: Summary of Contents, with Index of Names and Motifs (dalam bahasa Inggris). Otto Harrassowitz Verlag. ISBN 978-3-447-02960-5.
- ^ Mani, Vettam (1975). Puranic encyclopaedia : a comprehensive dictionary with special reference to the epic and Puranic literature. Robarts - University of Toronto. Delhi : Motilal Banarsidass.
- ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Garuḍa". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-11.
- ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Garuḍa". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-11.
- ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Garuḍa". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-11.