Wedoro, Waru, Sidoarjo
Sumber referensi dari artikel ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak benar. |
Wedoro adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Desa ini ke arah utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Kutisari Surabaya dan Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya.Dari arah Timur berbatasan dengan desa Kepuh Kiriman dan desa Tropodo. dari arah Barat Utara berbatasan dengan Desa Janti. Sementara dari arah Barat Selatan berbatasan dengan desa Ngingas.
Wedoro | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Sidoarjo | ||||
Kecamatan | Waru | ||||
Kode pos | 61256 | ||||
Kode Kemendagri | 35.15.18.2013 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Desa Wedoro, praktis tidak seperti Desa-Desa lain di Pulau Jawa yang banyak memiliki sawah. Desa ini berkembang menjadi sentra Industri kerajinan Sandal dan Sepatu sejak zaman sebelum Indonesia merdeka. Sampai akhir tahun 1980-an, Desa ini masih memiliki beberapa petak sawah, meski rata-rata bukan digarap oleh penduduk setempat. Namun, dengan berkembangnya perumahan sebagai pengembangan wilayah Surabaya, Desa ini mulai akhir 90an tidak memiliki lahan pertanian lagi
Ada beberapa cerita lahirnya nama Desa Wedoro, ada yang bilang Wedoro dari kata "NDORO". istilah ini menganut bahwa banyak warga asli Wedoro yang menjadi tuan tanah. memiliki tanah dan lahan pertanian yang luas. ada juga yang bilang Wedoro dari kata "DORO" yang berarti Burung Dara. ini meruntut kegemaran warga Wedoro memelihara burung dara baik untuk aduan atau peliharaan saja. sampai sekarang masih banyak ditemukan sangkar burung dara berukuran besar yang biasa disebut "BEKUPON" di halaman rumah
Akhir 70an sampai awal 80an tingkat kesadaran sebagian warga wedoro sangat rendah, rata-rata anak usia sekolah di wedoro hanya mengecap pendidikan di atas SD atau sampai SMA. Bahkan sebagain ada yang baru usia kelas 4-6 SD sudah keluar karena sudah merasakan mudahnya cari uang di usaha Sandal. Yang penting bisa tulis dan menghitung.
Rata-rata penduduk aslinya merupakan pengrajin sandal, pedagang, karyawan.
Wedoro terdiri dari 1 Desa.1 Pedukuhan dan 9 RW. Masing masing RW memilik nama khas yang menjadi cirri khas daerahnya misalnya: RW 1: Wedoro Madrasah. Karena ada Madrasah NU RW 2: Wedoro Sukun, dulu banyak pohon sukun RW 3: Wedoro Utara Barat, karena letaknya di utara sungai buntung RW 4: Wedoro Candi, karena ada petilasan murid Sunan Giri RW 5: Wedoro Masjid, karena Masjid Desa (RHOUDLOTUL ABIDIN)ada di RW 5 RW 6: Wedoro Timpian, dulu banyak pengrajin tempe RW 7: Wedoro Belahan,letaknya dibelah sungai kecil dari Wedoro RW 8: Wedoro Utara Timur, karena letaknya di utara sungai buntung RW 9: Wedoro Rewwin, Perumahan Rewwin
Banyak warga dari luar kota bahkan luar pulau yang datang hanya untuk belajar membuat sandal di Wedoro.dari Malang, Jombang, Pasuruan, Surabaya, Bogor, Samarinda bahkan Lampung
Awal tahun 2000an dari beberapa pengrajin sandal yang membuka toko di Wedoro Candi ( RW 04) ternyata disambut baik oleh konsumen yang merasa lebih dekat membeli sandal ( tidak perlu ke Surabaya ) hingga akhirnya berkembang menjadi 800an toko sandal dan sepatu. Boomingnya toko juga dibarengi naiknya omzet bagi pengrajin sandal dan sepatu. Kebanyakan hasil home industri sandal Wedoro adalah sandal berbahan Spons Eva
Pembeli berdatangan dari luar kota bahkan luar pulau,sayang ramainya konsumun belum dibarengi dengan infrastuktur yang menunjang misalnya tidak adanya Toilet Umum dan akses jalan yang kecil membuat semrawutnya lalu lintas, juga tidak memadainya lahan parkir sehingga kendaraan di parkir di pinggir jalan yang semakin membuat kurang nyamannya suasana berbelanja di Wedoro
Tahun 2004 dicanangkan Wedoro Fair untuk memaksimalkan promosi sentra industri sandal Wedoro. Managemen Wedoro Fair yang amburadul yang dikelola asosiasi (APSSWW) yang tidak profesional yang membuat acara Wedoro Fair dihentikan. Banyak order dari hasil Wedoro fair yang diambil alih sendiri oleh pengurus asosiasi tanpa merapatkan dengan anggota, juga tidak adanya transparansi dana pengelolaan Wedoro fair
Kualitas yang jelek membuat serta model sandal yang monoton perbedaan harga yang mencolok antar toko juga menjadi catatan sendiri. Serta adanya sandal dari luar ( Bogor, Bandung, Malang, Mojokerto dan Tiongkok ) dengan harga lebih murah serta model dan kualitas yang lebih membuat sandal Wedoro kalah bersaing. Belum sendiri di internal pengusaha sandal Wedoro yang kadang terjadi persaingan harga yang kurang sehat (aprissura)