Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa

kelurahan di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara

Wawalintouan adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. Pemimpin kampung yang pertama adalah seseorang bernama Ratiandang, pada awal berdirinya kampung Wawalintouan pada tahun 1800-an.

Wawalintouan
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenMinahasa
KecamatanTondano Barat
Kodepos
95616
Kode Kemendagri71.02.01.1012 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7102190012 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 1°18′20.81″N 124°53′53.59″E / 1.3057806°N 124.8982194°E / 1.3057806; 124.8982194

Wawalintouan dalam sejarahnya dikenal sebagai tempat pertemuan para dotu-dotu di Tondano. Dalam setiap pertemuan, dotu-dotu melakukan ritual di tempat tertentu. Sebelum dipenuhi dengan banyak pemukiman, diketahui bahwa di Wawalintouan terdapat banyak batu-batu besar. Selain itu, terdapat juga satu pohon besar di tengah-tengah Wawalintouan. Karena kampung Wawalintouan ini dianggap sebagai tempat pertemuan, dotu-dotu ini selalu duduk di atas batu-batu besar yang terletak di bagian utara, selatan, barat, dan timur, sesuai dengan wilayah tempat pertemuan mereka.

Pasar Tondano (Pasar Bawah) sekitar tahun 1920

Sebelum pertemuan dimulai, para dotu melakukan ritual minum timpa atau saguer. Minuman Saguer ini diletakkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari bambu yang diikat dengan tali tali ijuk (tali gomutu) dan dilingkarkan di salah satu dahan atau cabang pohon besar. Kemudian, minuman ini diminum secara bergantian dengan cara melemparkan timpa atau saguer yang ada dalam wadah dari babu yang sudah diikat dengan tali ijuk. Kegiatan ini dikenal dengan istilah kase wayong atau kase ofor (memindahkan atau memberikan kepada yang lain).

Pasar Tondano di Wawalintouan tahun 1929

Seiring perkembangan bahasa dan zaman, istilah Wewayongan mengalami perubahan dan akhirnya menjadi Wawalintouan, yang artinya adalah tempat pertemuan. Hingga saat ini, Wawalintouan tetap menjadi tempat pertemuan bagi berbagai etnis yang berasal dari Minahasa dan suku yang lain serta menjadi pusat perdagangan di Tondano. Selain sebagai pusat perdagangan, Wawalintouan juga menjadi tempat transit antar kota dengan adanya Terminal Tondano.

Pendidikan

sunting

Di Wawalintouan juga terdapat beberapa lembaga pendidikan yakni:

  • TK GPdI Berea Tondano
  • TK Riedel Tondano
  • SD IV Tondano
  • SD VIII Tondano
  • SD GPdI Berea Tondano
  • SMP GPdI Berea Tondano
  • SMA Pioneer Tondano
  • Masrasah Ibtidaiyah Tondano

Sekolah Dasar Negeri IV Tondano adalah salah satu sekolah yang tertua di Tondano. Sekolah ini berdiri pada tahun 1865 dan dikenal dengan nama Hoofdenschool (School voor Zonen van Inlandsche Hoofden en van Aanzienlijke Inlandsche Partikulieren in de Minahasa) atau Sekolah Raja. Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan khusus yang ditujukan untuk putra-putra pemimpin Minahasa dan dari luar Minahasa, seperti Sangir, Talaud, Gorontalo, dan Bolaang Mongondow.[1]

Sekolah ini sempat dua kali mengalami penutupan. Pertama, pada tahun 1872 sekolah ini sempat ditutup namun, dibuka kembali pada tahun 1878 atas desakan kepala distrik Minahasa. Kedua, pada tahun 1914, pemerintah Belanda secara resmi menutup sekolah ini dan menggantinya dengan MULO[1] di lokasi yang berbeda, di seberang gereja Sentrum. Gedung Hoofdenschool saat ini berfungsi sebagai SD IV Tondano dengan Tanggal SK Pendirian: 1910-01-01 dan sebagian digunakan oleh SD VIII Tondano dengan SK Pendirian: 1968-02-02. Pada tahun 2000-an beberapa bangunan dari zaman Hindia-Belanda sudah tidak tersisa.

Demografi

sunting

Wawalintouan merupakan daerah yang majemuk, suku Minahasa merupakan etnis lokal dan mayoritas di Wawalintouan kemudian diikuti dengan etnis lain seperti Sangir, Gorontalo, Jawa, dan Tionghoa.

Agama mayoritas di Wawalintouan adalah Kristen (Protestan dan Katolik) diikuti oleh Islam, Budhha dan Konghucu. Wawalintouan sendiri merupakan pusat wilayah/klasis (tingkatannya serupa keuskupan/diosis) bagi gereja-gereja GMIM di wilayah Tondano II yang mencakup Wawawalintouan, Tonkuramber, Rinegetan, Tuutu, Roong, Masarang, dan Paleloan. Adapun terdapat masjid terbesar di Tondano tidak jauh dari gereja Riedel, berseberangan dengan pasar Tondano.

Tedapat beberapa tempat ibadah di Wawalintouan yaitu:

 
GMIM Riedel Wawalintouan

Kristen

sunting
  • Masjid Besar Nurul Yaqin
  • Masjid Al-Haq

Ekonomi dan Wisata

sunting

Di sepanjang Jl. Sam Ratulangi dan Jl. Tombulu, terdapat kompleks pertokoan di mana separuh dari pertokoan yang menjual kebutuhan kebutuhan rumah tangga dan kuliner. Sisa-sisa dari pasar lama Tondano yang telah ada sejak tahun 1800-an terletak di samping jembatan masih dapat dilihat hingga sekarang meskipun kondisinya memprihatinkan. Saat ini pasar Tondano berada di samping taman pemakaman umum.

Pada tahun 80-an sampai 90-an di Wawalintouan sempat berdiri 3 bioskop, yaitu Bioskop President di Plaza Tondano, Bioskop Citra di Jl. Tountemboan, dan Bioskop Mini di Jl. Bioskop Mini. Namun bioskop-bioskop tersebut saat ini sudah tidak beroperasi dan hanya tertinggal gedungnya saja.

Di Wawalintouan terdapat Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda yang terbagi dua kompleks yakni pemakaman Kristen (Christen kerkhof) dan pemakaman Tionghoa (Chneesch kerkhof). Meski demikian sulit untuk menemukan makam-makam tua dikarenakan penataan yang kurang. TPU Wawalintouan saat ini terbagi menjadi tiga kompleks pemakaman yakni pemakaman Kristen (Protestan dan Katolik), pemakaman Tionghoa (di samping Taman Makam Pahlawan Sam Ratulangi), dan pemakaman Muslim. Adapun dalam kompleks yang terpisah terdapat Taman Makam Pahlawan Nasional Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi yang dapat diakses dari di Jl. Gunung Agung.

Lokasi Wawalintouan yang sebagian berada di ketinggian membuat beberapa tempat menjadi lokasi untuk mengobservasi kota Tondano yang sebagai besar berkontur datar. Pemandangan yang luas dapat diamati dari lokasi Gereja Riedel di samping terminal Tondano, taman makam pahlawan nasional Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, dan dari bukit di dekat mata air Lewet.

Terdapat dua gedung pertemuan di Wawalintouan yaitu Bangsal Riedel di Gereja Riedel dan Aula Serba Guna Salomo di Pusat Kegiatan Kristen (Pusgiat).

Pranala luar

sunting


  1. ^ a b Marzuki, Irfanuddin W. et.al. (2021). Tinggalan Arkeologi Kolonial di Wilayah Minahasa (PDF). Manado: Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Utara.