Wartawan perang atau koresponden perang adalah seorang jurnalis yang meliput berita secara langsung dari zona perang. Mereka juga disebut sebagai wartawan khusus pada abad ke-19.

Metode

sunting

Pekerjaan mereka memaksa para wartawan perang ini untuk sengaja pergi ke bagian di dunia yang paling banyak dilanda konflik. Sesampai di sana, mereka berusaha sedekat mungkin untuk melakukan peliputan dalam bentuk laporan, foto, atau cuplikan video. Dengan demikian, menjadi wartawan perang sering dianggap sebagai bentuk jurnalisme yang paling berbahaya. Di sisi lain, cakupan perang juga merupakan salah satu cabang jurnalisme yang paling sukses. Penjualan surat kabar meningkat pesat di masa perang dan rating televisi meningkat. Organisasi-organisasi berita terkadang dituduh menganut paham militerisme karena keuntungan yang mereka kumpulkan dari konflik. William Randolph Hearst sering kali disebut-sebut telah mendorong Perang Spanyol–Amerika Serikat atas alasan ini. (Lihat jurnalisme kuning)

Hanya beberapa konflik yang mendapatkan liputan luas di seluruh dunia. Di antara peperangan yang terjadi baru-baru ini, Perang Kosovo mendapatkan banyak liputan, begitu pula Perang Teluk Persia. Namun, kebanyakan perang yang terjadi di dunia ketiga cenderung menerima liputan yang kurang substansial karena perusahaan media sering kali kurang tertarik, kurangnya infrastruktur membuat pelaporan menjadi lebih sulit dan mahal, dan konflik juga jauh lebih berbahaya bagi wartawan perang.[1]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting