Wanita dalam Perang Vietnam

Selama Perang Vietnam, hampir 11.000 wanita Vietnam dan lebih dari 5.000 wanita Amerika bertugas di Vietnam. Walaupun sebagian besar korban, tentara dan "pahlawan" dalam perang secara statistik adalah laki-laki, penting bagi kita untuk mengakui pengalaman dan upaya para perempuan yang terlibat dalam pertempuran. Karena laki-laki secara statistik lebih mungkin untuk menjadi korban tewas selama konflik, sejarah resmi dan cerita perang cenderung mengecilkan peran perempuan, yang sering digambarkan sebagai "diperlukan tetapi tidak penting". Perempuan warga sipil adalah yang paling didiskriminasi; mereka hanya menjadi saksi bisu, jauh dari kengerian perang, namun sering kali merekalah orang-orang yang harus membereskan sisa-sisanya. Filsuf politik Jean Bethke Elshtain sering berpendapat bahwa "Wanita dalam Perang hanya dimasukkan dalam 'dan lain-lain' dari para pahlawan laki-laki yang sering kita dengar dan baca".[1] Sayangnya, karena perempuan umumnya tidak diperbolehkan untuk bertempur di garis depan, banyak yang tidak pernah secara resmi terdaftar sebagai tentara, sehingga amat sedikit sekali pengakuan atas jerih payah mereka, setidaknya berdasarkan catatan sejarah.

Seorang wanita Vietnam yang menangis di atas tubuh suaminya, salah satu korban Tentara Vietnam

Peran perempuan Vietnam

sunting
 
Beberapa perempuan dan anak-anak Vietnam sebelum dibunuh dalam Pembantaian My Lai, 1968

Relatif sedikit data yang dapat ditemukan tentang perempuan veteran Perang Vietnam. Organisasi VMF (Vietnam Women's Memorial Foundation) memperkirakan bahwa sekitar 11.000 perempuan Vietnam melayani negara mereka selama Perang Vietnam, kemungkinan besar secara sukarela.[2] Mereka ditempatkan dalam berbagai peran, tapi sebagian besar wanita yang bertugas di Vietnam Selatan dilatih sebagai perawat dan pegawai kantor pemerintah. Sedangkan tentara perempuan Viet Cong biasanya bekerja sebagai pengemudi truk atau dikirim melintasi perbatasan untuk menyelundupkan barang-barang dan peralatan.[3] Sejumlah warga sipil perempuan Vietnam juga menjabat sebagai relawan Palang Merah, Catholic Relief Services atau organisasi kemanusiaan lainnya. Walaupun wanita Vietnam banyak yang aktif dalam pertempuran, khususnya di sisi Viet Cong, wanita yang paling terdampak adalah mereka yang termasuk warga sipil.

 
Mayat perempuan sisa pembantaian My Lai

Salah satu serangan paling mengerikan terhadap warga sipil wanita terjadi pada bulan Maret tahun 1968 – pembantaian My Lai. Lebih dari 500 laki-laki, perempuan dan anak-anak tak bersenjata tanpa ampun dibunuh di dusun Sorn Tinh (Vietnam Selatan) oleh Tentara Amerika. Perempuan dan gadis-gadis muda diperkosa dan disiksa lebih dulu oleh tentara Amerika sebelum dibunuh.[4] Perang Vietnam sejatinya merupakan perang saudara, Utara melawan Selatan. Vietnam utara dijalankan oleh pemerintahan Komunis yang dipimpin oleh Ho Chi Minh. Dalam rangka untuk mendapatkan popularitas dan meningkatkan keadilan sosial, Pemerintah Vietnam Utara memberlakukan undang-undang baru yang melarang kekerasan dalam rumah tangga, kawin paksa dan perkawinan anak.[2] Selain itu, mereka juga memperkuat peran wanita di luar rumah, dalam rangka pertumbuhan industri dan pembangunan. Hasilnya, Perempuan Vietnam Utara dianggap sebagai potensi kekuatan yang penting, dan diberikan tugas militer Viet Cong untuk keperluan tempur dan tenaga kerja manual. Wanita dengan tubuh mungil dan lincah sering dikirim ke zona tempur untuk meletakkan jebakan-jebakan dan untuk memata-matai tentara Amerika dan Vietnam Selatan.[2] Untuk keperluan tenaga kerja manual, banyak wanita yang dikirim untuk bekerja di jalur Ho Chi Mihn untuk memastikan bahwa makanan, persediaan dan artileri berat mengalir dengan lancar. Selain itu, banyak pula wanita Vietnam Utara yang bekerja di persawahan baik di Vietnam Utara dan daerah pertanian yang dikuasai Viet-Cong di Selatan untuk menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi pasukan Viet Cong.

Peran perempuan Amerika

sunting
 
Lima tentara wanita dan seorang petugas perempuan dari Angkatan Udara (WAF) tiba di Pangkalan Udara Tan Son Nhut, Vietnam Selatan. Juni, 1967

Sebagian besar wanita Amerika yang bertugas di Vietnam merupakan perawat terlatih. PMereka yang baru lulus sekolah keperawatan bertugas di lapangan secara sukarela, sementara perawat yang lebih berpengalaman dikirim untuk membantu melatih banyak perempuan Vietnam Selatan.[5] Kelompok pertama dari Tentara Korps Perawat tiba di Vietnam pada tahun 1956, dan pada tahun 1973 setidaknya 5000 wanita Amerika bertugas di Vietnam. Hanya lima dari mereka yang tewas selama konflik, dua di antaranya secara anumerta dianugerahi medali keberanian – Letnan Kolonel Annie Ruth Graham, sebelumnya bertugas di Perang Dunia II dan Perang Korea, serta Letnan Pertama Sharon Lane, sebelumnya bertugas di Korea. Graham meninggal pada tahun 1968 setelah menderita stroke, dan Lane meninggal tak lama setelah dari luka yang diderita setelah serangan di rumah sakit di mana ia ditempatkan.[6] Lane juga secara anumerta dianugerahi Gallantry Cross Vietnam dan Bronze Star Vietnam untuk Kepahlawanan.[6]

Selain perawat lapangan, ada pula beberapa perawat yang bertugas di Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Anggota pertama dari Korps Perawat Angkatan Laut tiba di Saigon pada tahun 1963, dan dianugerahi Purple Heart setelah mereka terluka akibat pengeboman Malam Natal di Saigon oleh Viet Cong.[2] Mereka adalah wanita pertama Amerika yang diberi penghargaan atas keberaniannya. Delapan perawat WAF (Wanita Angkatan Udara) tewas semasa konflik. Dalam Perang Vietnam, hanya ada sembilan wanita yang bertugas bukan sebagai perawat, termasuk Letnan Elizabeth Wylie, yang bekerja sebagai seorang Komandan Angkatan Laut di Pusat Informasi Komando Vietnam bersama Komandan Elizabeth Barret yang menjadi wanita pertama Angkatan Laut yang memegang komando resmi di sebuah zona tempur.[2]

Perempuan dari negara lain

sunting
 
Pam Miley dari Korps Perawat Kerajaan Selandia Baru. Suster di sebuah panti asuhan di Vung Tau, Markas Kelompok Dukungan Logistik Pertama Australia, 1971.

Selain dari wanita Amerika dan Vietnam, sejumlah kecil perawat Australia pernah ditugaskan di Vietnam, sementara perempuan paramedis juga ikut andil sebagai relawan Palang Merah dan organisasi kemanusiaan lainnya. Selain Australia, Kanada juga mengirim sejumlah besar bantuan untuk Vietnam atas nama Amerika. Pada akhir perang, dari sekitar 30.000 warga negara Kanada yang bertugas, hampir 140 dari mereka tewas.[7] Tidak diketahui seberapa banyak dari 30.000 orang ini adalah wanita, yang pasti tidak semua 30.000 bertugas tempur di lapangan. Peran utama Kanada selama konflik itu adalah memelihara perdamaian dan memantau perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati pada Konferensi Perdamaian Paris.

Referensi

sunting
  1. ^ Will, Barbara. "American Women Died in Vietnam Too". The Conversation. 
  2. ^ a b c d e "Women in the Vietnam War". HISTORY. 
  3. ^ Editors. "Women in the Vietnam War". HISTORY. 
  4. ^ Ngai, Quang. "Unidentified Vietnamese Women and Children in My Lai". Vintage Everyday. 
  5. ^ "Women in the Vietnam War". History. 
  6. ^ a b Wills, Barbara. "American Women died in Vietnam too". The Conversation. 
  7. ^ "The Vietnam War: Canada's Role". CBC.