Willem Frederik Stutterheim

(Dialihkan dari W.F. Stutterheim)

Willem Frederik Stutterheim (27 September 1892 – 10 September 1942) adalah arkeolog, ahli sejarah, dan pejabat pemerintahan pada paruh pertama abad ke-20 di Hindia Belanda. Ia belajar ilmu sastra dan sejarah kesenian di Utrecht dan pada masa Perang Dunia I sempat memasuki dinas militer. Tahun 1924 di usia 32 tahun, di bawah bimbingan Nicolaas Johannes Krom menempuh ujian doktor dengan disertasi "Rama Relief Und Rama Legenden", dan lulus dengan judisium cum laude. Selanjutnya bekerja di Dinas Purbakala sejak September 1924, lalu pada awal 1926 diangkat sebagai Direktur Pendidikan dan Peribadatan dan memimpin sekolah AMS di Yogyakarta.

Willem Frederik Stutterheim
Potret tahun 1926, ketika Promosi W.F. Stutterheim di Leiden, dari kiri ke kanan sedang duduk: M.C.H. Amshoff, Th. G. Th. Pigeaud, Willem F. Stutterheim, dan G.J.W. Drewes; Berdiri: W.H. Rassers, R.L. Mellema, Roelof Goris, A.A. Bake, A.A. Cense, C.C.Berg, K.C. Crucq, J.Ph. Duyvendak, C. Hooykaas, P. Voorhoeve, L. Onvlee.
Lahir(1892-09-27)27 September 1892
Rotterdam, Belanda[1]
Meninggal10 September 1942
Batavia, Hindia Belanda
KebangsaanBelanda
Pekerjaanarkeolog, sejarawan dan pejabat pemerintahan

Selama bekerja di Dinas Purbakala, ia mulai mengadakan inventarisasi kepurbakalaan di Bali dan diteruskan setelah memegang AMS di Solo. Laporannya berjudul "Oudheden Van Bali dan Het Uode Rijk Van Pedjeng" terbit tahun 1929-1930. Dalam buku tersebut, ia mulai memperkenalkan mantra-mantra Buddha dalam bentuk tablet tanah liat yang banyak jumlahnya di Bali. Dengan visi yang tajam, ia menganalisa Candi-candi di Jawa Tengah, antara lain Candi Ratu Baka, Gunung Wukir, Gebang dan Candi Jawi di Jawa Timur.

Surat dari Willem Frederik Stutterheim (1892-1942) kepada Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936) kode koleksi Or. 8952 A 987

Sesudah Kepala Dinas Purbakala yang lama FDK Bosh kembali ke Belanda tahun 1936, otomatis Stutterheim menjadi penggantinya. Personil kantor pun bertambah, antara lain Van Romondt, Coocwijk, Krijgsmen, CJ Kok, Ny. Blom dan de Carparis.

Ia juga meminta stafnya meneliti candi-candi Gunung Penanggungan, Pintu Gerbang Sendang duwur (dari masa Islam) di Gresik bangunan di Cirebon, Malang, Blitar hingga Madura, juga Benteng Belanda di Makasar dan Batavia. Semua Museum didorong untuk membuat inventarisasi benda purbakala. Dalam Kajian Keramik Cina, yang sangat berjasa ialah Van Oorsoy de plines.

Saat Jepang menguasai Pulau Jawa tahun 1942, ia ditawan di Yogyakarta. Setelah beberapa bulan berada dalam tahanan ia dilepas, karena minta izin untuk memugar Candi Borobudur. Tidak lama kemudian dia sakit karena tumor otak dan menjalani operasi di suatu rumah sakit Jakarta, tetapi tidak tertolong. Ia meninggal tanggal 10 September 1942 dalam usia 50 tahun. Makamnya termasuk salah satu artefak yang terdapat di Museum Taman Prasasti Blok F.[2]

Ia merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda (Koninklijke Nederlandsche Akademie van Wetenschappen, KNAW).[3]

Referensi

sunting