Vestimentum (bahasa Latin: vestimentum, jamak: vestimenta, harfiah: "sandangan") atau pakaian ibadat adalah pakaian dan perlengkapan khusus yang dikenakan rohaniwan Kristen dalam peribadatan, khususnya di lingkungan Gereja Katolik, Gereja Ortodoks, gereja Anglikan, dan gereja Lutheran. Banyak denominasi Kristen lain juga memiliki pakaian khusus ibadat. Pemakaian vestimentum dalam peribadatan merupakan salah satu pokok sengketa dalam gerakan Reformasi Protestan, khususnya dalam sengketa tata ibadat di Inggris pada abad ke-19.

Imam Ortodoks Rusia mengenakan vestimentum

Untuk pakaian-pakaian lain yang dikenakan oleh rohaniwan, lihat pula pakaian rohaniwan.

Asal mula vestimentum

sunting

Sama seperti sidang jemaat, pemimpin jemaat maupun para petugas ibadat Gereja Perdana mengenakan pakaian sehari-hari khas negeri-negeri pengamal budaya Yunani-Romawi, tetapi diharapkan mengenakai pakaian yang bersih tanpa noda pada hari-hari suci. Semenjak abad ke-4, model pakaian yang dikenakan dalam ibadat mulai diubah suai, dan manakala gaya berbusana sehari-hari terus berubah dan berkembang, Gereja justru mengekalkan pakaian ibadat model lama semenjak abad ke-6. Meskipun demikian, perkembangan bentuk pakaian ibadat di tiap-tiap kawasan persebaran umat Kristen berlangsung secara mandiri, sehingga memunculkan model pakaian ibadat yang berbeda-beda dari satu kawasan ke kawasan lain. Pakaian-pakaian ibadat Gereja Katolik pada dasarnya sudah mencapai bentuk yang paripurna pada abad ke-13.[1]

Gerakan Reformasi Protestan di daratan Eropa memunculkan suatu pendekatan baru dalam tata ibadat yang mengedepankan kesederhanaan. Pendekatan semacam ini sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Yohanes Kalvin. Di dalam Gereja Inggris juga timbul sengketa tersendiri mengenai patut tidaknya vestimentum dipakai dalam peribadatan.[1] Jenis-jenis pakaian ibadat yang muncul sebagai dampak dari sengketa ini dijabarkan di bawah.

Rubrik vestimentum

sunting
 
Ilustrasi pakaian-pakaian ibadat dalam jurnal ilmiah Acta Eruditorum, 1713

Masing-masing persekutuan Gereja dan denominasi Kristen memiliki seperangkat rubrik atau aturan sendiri-sendiri terkait jenis-jenis vestimentum yang harus digunakan dalam ibadat mereka. Beberapa persekutuan Gereja dan denominasi Kristen menganjurkan rohaniwan mereka untuk setiap saat, sesering mungkin, atau sesekali mengenakan pakaian khusus rohaniwan yang lazimnya terdiri atas kolar, baniang, dan (pada kesempatan-kesempatan tertentu) sehelai jubah. Jika rohaniwan yang bersangkutan adalah anggota salah satu tarekat religius, maka habit khas tarekatnya tidak terhitung sebagai pakaian ibadat. Habit bukanlah vestimentum, melainkan pakaian sehari-hari yang dikenakan sebagai tanda bahwa pemakainya adalah seorang rohaniwan atau anggota tarekat tertentu.

Jenis-jenis vestimentum yang dikenakan rohaniwan pada saat memimpin ibadat perayaan Ekaristi sering kali dibedakan dari jenis-jenis vestimentum yang dikenakan dalam ibadat-ibadat lain. Vestimentum yang dikenakan bukan untuk memimpin ibadat perayaan Ekaristi biasanya disebut "pakaian kor" atau "habit kor" di lingkungan Gereja Katolik, Gereja Ortodoks, dan Gereja Anglikan, karena lazimnya dikenakan pada saat menunaikan ibadat harian berjemaah, yang dalam Gereja Barat dilaksanakan di panti kor, bukan di panti imam. Dalam mazhab-mazhab Kristen lainnya, tidak ada nama khusus untuk pakaian semacam ini, meskipun bentuknya identik dengan toga wisuda yang dikenakan bersama atau tanpa bef dan stola atau selampai khotbah.

Dalam denominasi-denominasi Kristen yang lebih tua, tiap helai vestimentum—sekurang-kurangnya stola—wajib memiliki gambar salib, yang harus dicium oleh rohaniwan bilamana akan mengenakannya. Beberapa Gereja juga memiliki doa-doa khusus yang harus diucapkan oleh rohaniwan bilamana akan mengenakan sehelai vestimentum tertentu, teristimewa vestimentum yang akan dikenakan untuk merayakan Ekaristi.

Vestimentum Gereja Katolik Ritus Latin, gereja Anglikan, dan gereja Protestan

sunting

Setiap helai vestimentum yang dikenakan oleh rohaniwan dalam perayaan Ekaristi melambangkan salah satu sisi dari jabatan imamat, dengan mentautkan akarnya pada Gereja terdahulu. Dalam beberapa segi vestimentum-vestimentum tersebut berpatokan pada akar romawi dari Tahta Petrus.

Penggunaan dari vestimentum-vestimentum berikut ini berbeda-beda. Beberapa vestimentum digunakan oleh semua Gereja Kristen Barat dalam tradisi-tradisi liturgis. Banyak pula yang hanya digunakan dalam Gereja Katolik serta Gereja Anglikan, dan terdapat banyak variasi penggunaan dalam masing-masing Gereja Tersebut.

Yang digunakan Gereja Katolik, Anglikan, Lutheran, dan beberapa Gereja Protestan

sunting
Surplis (Superpelliceum)
Tunik putih dekoratif yang dikenakan menutupi jubah (Toga).
Stola
Sehelai kain panjang, lebarnya tidak lebih dari sejengkal, disampirkan pada tengkuk seperti selempang, merupakan vestimentum pembeda, suatu simbol tahbisan. Diakon mengenakannya dengan cara disampirkan pada bahu kiri melintasi tubuh secara diagonal sampai kedua ujungnya bertemu di pinggul kanan. Setara dengan orarion dan epitrakhelion dalam Gereja Ortodoks (lihat di bawah).
Alba
Pakaian umum untuk semua pelayan dalam perayaan Ekaristi, dikenakan untuk menutupi pakaian sehari-hari atau jubah. Hampir sama dengan stikharion (lihat di bawah). Melambangkan pakaian pembaptisan.

Yang digunakan Gereja Katolik, Anglikan, Lutheran, dan beberapa Gereja Methodis

sunting
Kasula (Casubla, Casula)
Busana sakramental terluar bagi para imam dan uskup, kerap dipenuhi hiasan. Setara dengan felonion Gereja Ortodoks (lihat di bawah).
Dalmatik (Dalmatica)
Busana terluar bagi diakon.
Amik (Amictus)
selembar kain yang dikenakan di sekeliling leher untuk menutupi kerah pakaian sehari-hari.
Singel (Cingulum)
atau ikat pinggang. Setara dengan zone Gereja Ortodoks.

Yang digunakan Gereja Katolik, serta beberapa Gereja Anglikan dan Lutheran

sunting
Tunik (Tunica, Tunicella, Tunicula)
busana terluar bagi subdiakon.
Korkap
mantel yang dikaitkan di dada, menjuntai hingga mata kaki, dikenakan oleh uskup, imam, dan diakon.
Manipel (Manipulus)
saputangan liturgis terikat pada pergelangan tangan. Menurut sementara pihak yang berwenang, manipel setara dengan epigonation Gereja Ortodoks (lihat di bawah). Kini jarang sekali digunakan. Digunakan terutama dalam Gereja Katolik bilamana merayakan Misa menurut Ritus Tridentina, serta dalam ibadah beberapa jemaat Anglo-Katolik.
Velum
kain panjang segi empat disampirkan melingkari pundak dan digunakan untuk menutupi tangan pada saat membawa monstrans.
Roket (Rochettum)
superpli berlengan sempit.
Pileolus (Zucchetto, Soli Deo)
kopiah, mirip dengan yarmulke (kopiah Yahudi)
Mitra
dikenakan oleh para uskup dan abbas (kepala biara). Meskipun bernama sama, mitra Gereja Barat tidaklah benar-benar setara dengan mitra Gereja Timur (lihat di bawah), yang memiliki sejarah yang berbeda dan digunakan lebih belakangan.
Baret (Biretta)
digunakan oleh rohaniwan dari semua jenjang kecuali Paus; warna biretta menunjukkan jenjang. Jenjangannya sebagai berikut:
  1. Putih; hanya digunakan oleh Paus
  2. Merah; digunakan oleh para Kardinal
  3. Ungu; digunakan oleh para Uskup
  4. Hitam; digunakan oleh imam, namun jarang digunakan oleh imam, dan hanya digunakan oleh para abbas

Yang hanya digunakan Gereja Katolik

sunting
Pallium
Sehelai selempang wool dari bulu anak domba dihiasi enam salib hitam, disampirkan pada pundak melingkari leher, kedua ujungnya masing-masing menjuntai pada punggung dan dada pemakainya, dikenakan oleh Sri Paus dan dianugerahkan olehnya kepada para metropolitan dan uskup agung. Seperti omoforion Gereja Ortodoks (lihat di bawah).
Rationale
Selempang uskup, mirip palium, dikenakan di atas Kasula. Rationale hanya dikenakan oleh uskup-uskup dari keuskupan Eichstätt di Bavaria (Jerman Tenggara), Paderborn di Jerman, Toul di Prancis, dan Kraków di Polandia. Sampai abad ke-17, rationale juga digunakan di keuskupan Regensburg (Ratisbon), Bavaria. [1]
Fanon
Dua lapis mozzetta (penutup bahu), kini hanya kadang-kadang dikenakan Sri Paus dalam Misa Suci Pontifikal.
Tiara
Dulunya dikenakan oleh Paus pada saat penobatannya dan dalam peristiwa-peristiwa sekuler yang penting; tiara sudah tidak lagi digunakan tetapi mungkin saja kelak digunakan kembali bilamana ada Paus yang ingin mengenakannya. Sebenarnya tiara bukanlah vestimentum melainkan benda regalia karena tidak pernah dikenakan dalam upacara-upacara liturgis kecuali pada saat pemberkatan Urbi et Orbi.

Yang hanya digunakan Gereja Anglikan

sunting
Tippet
(atau Preaching Scarf). Scarf hitam dikenakan oleh uskup, imam dan diakon pada choir offices (ibadah-ibadah khusus para rohaniwan ) dan pelayanan-pelayanan non-sakramental lainnya.
Chimere
busana luar uskup, berwarna merah atau hitam.
Hood
Tudung (hood) akademis kadang-kala dikenakan para rohaniwan Anglikan dalam choir offices. Hood juga kadang-kadang dikenakan oleh rohaniwan Gereja Methodis dan Reformasi dengan selembar toga/jubah akademik ("Geneva Gown"), meskipun jarang sekali demikian.
Apron
Jubah pendek, Menjuntai sampai di atas lutut, dikenakan oleh para diakon agung (archdeacon) (untuk mereka warnanya hitam) dan para uskup (untuk mereka warnanya ungu). Kini sudah sangat jarang digunakan.
Gaiters
Penutup tungkai bawah, dikenakan oleh para diakon agung dan para uskup bersama dengan Apron. Berwarna hitam, berkancing di kedua samping, dan dikenakan tepat di bawah lutut.

Vestimentum Gereja Timur

sunting

Ritus Bizantin

sunting
 
Santo Gregorius Sang Penerang mengenakan omoforion, sejenis felonion khusus bagi para uskup yang disebut polistavrion, epigonation, epitrakelion, dan stikarion (fresko abad ke-14, Mistras)
 
Seorang uskup Katolik Timur dari Gereja Suriah Malabar bersama para imam
 
Seorang uskup Katolik Timur mengenakan sakos, omoforion, dan mitra (Prešov, Slowakia)
 
Uskup Agung Yohanes Maksimovich mengenakan mandyas (mantel khusus biarawan)

Dalam Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-Gereja Katolik Timur, rohaniwan dari semua jenjang hierarki wajib mengenakan vestimentum bilamana ikut serta dalam perayaan Liturgi Ilahi maupun ibadat-ibadat lain. Sebagaimana dalam Gereja Latin, penggunaan vestimentum dalam Gereja Timur juga bersumber dari tradisi Gereja Perdana. Tiap-tiap jenis vestimentum memiliki fungsi yang berlainan. Tiga macam stola (orarion, epitrakelion, dan Omoforion) merupakan sarana penanda jenjang hierarki. Tiga macam busana luar (stikarion, felonion, dan sakos) merupakan sarana pembeda rohaniwan dari umat awam. Beberapa macam vestimentum memiliki fungsi praktis (zone, dan epimanikia), yakni untuk mengikat atau membebat vestimentum lain pada tubuh pemakainyas. Beberapa macam vestimentum (nabedrennik, epigonation) adalah tanda penghargaan.

Selain fungsi-fungsi tersebut, sebahagian besar vestimentum juga mengandung makna simbolis. Makna-makna simbolis ini sering kali ditunjukkan melalui doa yang diucapkan imam manakala mengnakan tiap-tiap helai vestimentum. Doa-doa ini sesungguhnya adalah ayat-ayat Alkitab Perjanjian Lama, biasanya ayat-ayat Mazmur. Sebagai contoh, doa yang diucapkan pada saat mengenakan stikarion sesungguhnya adalah ayat Yesaya 61:10, yang berbunyi:

Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.[2]
Stikarion (στιχάριον)
Sebenarnya merupakan suatu bentuk busana yang dikenakan pada upacara pembaptisan, stikarion adalah satu-satunya vestimentum yang dikenakan oleh semua rohaniwan. Stikarion bahkan dikenakan oleh orang-orang tanpa tahbisan yang melaksanakan suatu fungsi liturgis, misalnya sebagai "putra altar". Bagi imam dan uskup, stikarion terbuat dari bahan yang ringan, biasanya berwarna putih. Stikarion setara dengan Alba dalam Gereja Barat (lihat di atas).
Orarion (ὀράριον)
Sehelai selempang panjang, dikenakan oleh diakon pada bahu kiri, masing-masing ujungnya yang mencapai mata kaki menjurai di bagian depan dan belakang si pemakai. Orarion dikenakan pula oleh subdiakon dan, di beberapa tempat yang menggunakan tradisi Yunani, oleh para pelayan altar yang bertonsur. Orarion setara dengan stola Gereja Barat (lihat di atas).
Epitrakelion (ἐπιτραχήλιον)
Stola ini dikenakan oleh imam dan uskup sebagai lambang imamat mereka. Epitrakhelion dikenakan di sekeliling leher dengan dua sisi dalam yang menjutai di dada disatukan dengan jahitan atau kancing, dengan menyisakan cukup tempat untuk meloloskan kepala. Epitrakhelion setara dengan stola Gereja Barat (lihat di atas).
Zone (ζώνη)
ikat pinggang berbahan kain yang dikenakan imam dan uskup di atas epitrakhelion. Setara dengan sinktura Gereja Barat (lihat di atas).
Epimanikia (ἐπιμανίκια)
penutup pergelangan tangan yang disatukan dengan simpul. Diakon mengenakannya di bawah stikharion. Imam dan uskup mengenakannya di atas stikharion. Epimanikia tidak dikenakan oleh para petugas dari jenjang di bawah diakon.
Felonion (φαιλόνιον)
Sehelai busana lonjong tanpa lengan yang dikenakan imam di atas semua vestimentum lainnya, sebahagian besar belahan depan dipangkas agar memberi ruang luas bagi tangan. Para uskup ritus Byzantium dapat pula mengenakan felonion bilamana tidak sedang melaksanakan ibadah menurut rubrik hirarkis. Setara dengan Kasula Gereja Barat (lihat di atas).
Sakos (σάκκος)
Selain felonion, uskup biasanya mengenakan sakkos atau dalmatik kekaisaran. Sakkos adalah sehelai tunik yang menjuntai sampai ke bawah lutut dengan lengan lebar dan memiliki pola hiasan khusus. Kedua sisi sakkos biasanya disatukan dengan kancing.
Nabedrennik (Bahasa Slavia набедренник)
Sehelai kain berbentuk persegi empat atau bujur sangkar yang disampirkan pada sisi kanan dengan dua sudut yang disatukan dengan sebuah simpul di atas bahu kanan. Ini adalah kreasi Rusia dan tidak digunakan dalam tradisi Yunani. Nabedrennik merupakan semacam penghargaan, karena itu tidak dapat dikenakan oleh sembarang imam. Uskup tidak mengenakannya.
Epigonation/Palitsa (Bahasa Yunani ἐπιγονάτιον "di atas lutut"; Bahasa Slavia палица, "pentungan")
Sehelai kain tebal dan kaku berbentuk belahan intan yang digantung pada sisi kanan tubuh; epigonation tersematkan oleh salah satu sudutnya dengan sebuah simpul pada bahu kiri. Epigonation dikenakan oleh semua uskup dan merupakan salah satu anugerah penghargaan kepada imam.
Omoforion (Bahasa Yunani ὠμοφόριον)
Merupakan vestimentum khusus untuk uskup, berupa sehelai selempang lebar yang dilingkarkan pada pundak dengan aturan khusus. Setara dengan pallium Gereja Barat (lihat di atas).
Mitra (Bahasa Yunani Μίτρα)
Mitra Ortodoks Byzantium meniru bentuk mahkota kekaisaran Byzantium kuno; mitra dikenakan oleh semua uskup dan dianugerahkan sebagai penghargaan kepada beberapa imam tingkat tinggi. Mitra uskup memiliki salib pada puncaknya, tidak demikian halnya dengan mitra imam; kedua-duanya berbentuk seperti kubah dan dihiasi ikon (gambar suci).Para uskup Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Ethiopia juga menganakan mitra model Byzantium. Di lain pihak, Gereja Ortodoks Armenia menggunakan mitra model Byzantium sebagai vestimentum biasa bagi para imam dari semua tingkatan, sedangkan para uskupnya mengenakan mitra model Barat. Mitra tidak digunakan dalam tradisi Ortodoks Suryani, tempatnya digantikan oleh sehelai tudung berhias mirip amik yang disebut masnafto , artinya 'serban', yang dikenakan oleh para prelatus. [2] Diarsipkan 2005-04-29 di Wayback Machine..
Salib dada
Sebuah salib besar dikalungkan di leher semua uskup, namun tidak harus oleh semua imam. Dalam tata guna Rusia, cara pemakaian Salib dada menunjukkan jenjang dari imam yang memakainya.
Enggolpion/Panagia
Enggolpion (Bahasa Yunani ἐγκόλπιον) adalah istilah umum untuk menyebut sesuatu yang dikenakan di dada; dalam hal ini, diartikan sebagai sebuah medali dengan sebuah ikon di tengah-tengahnya. Panagia (Bahasa Yunani Παναγία, tersuci, salah satu dari gelar-gelar Theotokos) adalah sebuah enggolpion dengan Bunda Maria sebagai subyek ikonnya; dikenakan oleh semua uskup. Semua primat dan beberapa uskup di bawah jenjang primasi memiliki hak khusus untuk mengenakan satu lagi enggolpion, yang biasanya bergambar Kristus.
Mantiya (Bahasa Yunani μανδύας)
Adalah sehelai mantel tanpa lengan yang dikencangkan pada leher dan kaki, dikenakan oleh semua biarawan. Mantel biarawan biasanya berwarna hitam; yang dikenakan oleh uskup tatkala memasuki gedung gereja untuk beribadah sebelum mengenakan vestimentum merupakan sebuah mantel yang lebih rumit warna dan hiasannya. Mantiya sebenarnya, merupakan salah satu bagian dari pakaian sehari-hari, bukannya vestimentum; akan tetapi, sekarang ini hanya dikenakan dalam Gereja.
Varkas
Adalah sehelai selempang lebar penuh bordiran benang emas dan hiasan, berfungsi seperti kerah baju, dikenakan secara eksklusif oleh para imam Gereja Ortodoks Armenia di atas felonion. Varkas setara dengan, dan tampaknya berasal dari amik Gereja Barat.

Sekalipun rancangannya rumit, vestimentum umumnya dimaksudkan untuk memusatkan perhatian pada Allah, dan jabatan dari si pemakai, bukannya pada diri si pemakai itu sendiri. Karena maksud itulah maka Felonion ala Rusia dirancang dengan bagian belakang sangat tinggi, sehingga bilamana imam yang mengenakannya menghadap ke altar kepalanya hampir seluruhnya tersembunyi. Vestimentum lainnya, semisal epimanikia atau penutup pergelangan tangan, mewakili belenggu atau rantai, mengingatkan si pemakai dan yang lainnya bahwa jabatan mereka merupakan suatu tugas pelayanan.

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ a b   Phillips, Walter Alison (1911). "Vestments". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 27 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 1056–1062. 
  2. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-02-07. Diakses tanggal 2007-02-03. 

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Boyle, J. R. (1896) Ecclesiastical Vestments: their origin and significance. London: A. Brown & Sons
  • Dwyer-McNulty, Sally (2014). Common Threads: A Cultural History of Clothing in American Catholicism. The University of North Carolina Press. ISBN 978-1469614090. 
  • Fortescue, Adrian (1934) Ceremonies of the Roman Rite Described; edisi ke-5, London: Burns, Oates & Washbourne
  • Johnstone, Pauline (2004) "High Fashion in the Church: the Place of Church Vestments in the History of Art from the Ninth to the Nineteenth Century," ulasan mengenai umat Katolik
  • Lamburn, E. C. R., (menyunting dan menulis ulang), 1964, Ritual Notes: a comprehensive guide to the rites and ceremonies of the Book of Common Prayer of the English Church interpreted in accordance with the latest revisions of the Western Use; edisi ke-11, London: W. Knott (didasarkan atas karya tulis yang disusun oleh John Nelson Burrows dan Walter Plimpton, ca. 1893)
  • Lesage, Robert (1960) Vestments and Church Furniture; diterjemahkan dari bahasa Prancis oleh Fergus Murphy. London: Burns & Oates (Edisi bahasa Prancis: 'Objets et habits liturgiques'. Paris: Fayard)
  • Norris, Herbert (1949) Church Vestments, their origin & development. London: J. M. Dent (diterbitkan kembali oleh Dover, Mineola, NY, 2002 ISBN 0486422569)
  • Roulin, Eugène Augustin (1931) Vestments and Vesture: a manual of liturgical art; diterjemahkan dari bahasa Prancis oleh Dom Justin McCann. London: Sands & Co. (edisi bahasa Prancis: 'Linges, insignes et vêtements liturgiques')

Pranala luar

sunting