Ully Sigar Rusady (lahir 4 Januari 1950) adalah seorang musisi dan Aktivis Lingkungan Hidup Indonesia. Lagu ciptaannya yang banyak bernuansa alam juga ada yang dinyanyikan oleh penyanyi dan musisi Indonesia lainnya, seperti Nur Afni Octavia, Anggun C. Sasmi, Ita Purnamasari, Bangkit Sanjaya, SAS, Arthur Kaunang, Sonatha Tanjung, Nicky Astria, dan lainnya.[1][2]

Ully Sigar Rusady
Lahir4 Januari 1950 (umur 74)
Garut, Jawa Barat
KebangsaanIndonesia
PekerjaanSeniman
Organisasi
  • Mendirikan dan membina Sekolah Musik Vidi Vici (1979).
  • Pendiri dan pimpinan yayasan Garuda Nusantara (1985).
  • Salah satu pendiri dan ketua umum Kompensasi (Komunitas Pencinta Sansevieria Indonesia, 2009).
  • Konsultan UNEP & duta keliling UNEP (1986).
  • Dewan Pertimbangan Penghargaan SATYANUGRAHA.
  • Dewan Pertimbangan Penghargaan Kehati Award.
  • Dewan Pertimbangan Penghargaan KALPATARU.
  • Dewan Sumber Daya Air Nasional.
  • Membuat Hutan Pendidikan ± 20 Ha (Hutan Rumah Kita) di Cihandam, Lebak, Banten (1990).
  • Mengikuti gerakan Pandu Lingkungan Indonesia (1996).
  • Mengikuti Program Terapi Alam, Konservasi Air Panas dan Dingin + 30 Ha di gunung Pancar.
  • Membuat/melaksanakan Program Konservasi Alam (Tanah dan Air) Sindang Kahuripan dan Tanaman Obat.
  • Membentuk Badan DIKLATSAR PLI (Pandu Lingkungan Hidup) Indonesia (2002).
  • Menjadi Icon Lingkungan Hidup Kab. Gianyar, Bali (2007).
  • Melaksanakan program lifeskill Budidaya Tanaman Obat dan Pemberantasan Buta Aksara (2004).
  • Membuat Posko Relawan Merah Putih Bencana Alam Tsunami, di Jakarta, Medan Banda Aceh (2004).
  • Membuat Lagu-lagu Persatuan : Merah Putih Sepanjang Masa Satulah Indonesia (2004), dan lain-lain.
Dikenal atasMusisi, aktivis lingkungan hidup
Orang tuaRaden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya (ayah)
Raden Ayu Marry Zumarya (ibu)
KerabatParamitha Rusady (adik)
Penghargaan
  • Global 500 Award dari PBB.
  • United Nations Environment Program (1987).
  • International Woman of The Year dari International Biographical Centre of Cambridge England (1993).
  • Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI (1996).
  • Satya Nugraha dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia (2000).
  • Indonesia Award dari Menteri Koordinator Ke-sejahteraan Rakyat (1997).
  • Piagam Penganugerahan 1000 Wajah Tokoh Wanita di Bidang Lingkungan Hidup dari Menteri Negara Peranan Wanita (1999).
  • Asean Development Citra Award (1999-2000).
  • Bintang Jasa Pratama dari Presiden Republik Indonesia (2000).
  • Penghargaan KALPATARU dari Menteri Negara Lingkungan Hidup (2001).
  • Penghargaan Peringatan 25 Tahun Kiprah di Bidang Lingkungan Hidup dan Karya dari Bapedalda Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2003).
  • Penghargaan Relawan Tsunami Award dari Masyarakat Aceh.

Di usianya yang masih belia, ia telah mendapat pendidikan gitar dan seni dari orangtuanya Raden Ayu Marry Zumarya dan Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya semasa tinggal di Bandung, Jawa Barat. Ketika beranjak remaja, ia pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan, mengikuti sang ayah yang seorang tentara. Di Makassar, sempat menjadi gitaris utama untuk membentuk grup band wanita yang diberi nama Puspa Nita (1964-1967) dan menjadi bassist untuk membentuk grup band Shinta Eka Paksi (1967-1975).[1]

Biografi

sunting

Tahun 1975, pindah ke Jakarta. Memperdalam musik di Yayasan Musik Indonesia dan belajar pada komponis kontemporer Indonesia, Slamet Abdul Sjukur. Tak hanya itu, ia juga terus membuktikan kemampuannya dalam bermusik dengan mengikuti sejumlah festival di dalam negeri seperti, Festival Lagu Populer Tingkat Nasional (1978 dan 1981), serta Lomba Karya Cipta Lagu ASEAN Populer Song Festival (1982 dan 1983). Juga tampil pada ajang World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Harzegovina (2005).[1]

Kakak dari aktris Paramitha Rusady ini, pada tahun 1978, merilis album pertamanya ‘Rimba Gelap’ (Irama Mas). Selanjutnya menyusul album-albumnya yang lain. Ia juga tercatat menciptakan sejumlah lagu, lagu-lagu ciptaannya banyak dilantunkan oleh penyanyi lain, seperti Nur Afni Octavia, Anggun C. Sasmi, Ita Purnamasari, Bangkit Sanjaya, SAS, Arthur Kaunang, dan Sonatha Tanjung. Turut juga mengibarkan penyanyi Maya Rumantir dan Nicky Astria.[1]

Banyak prestasi dibidang musik yang ia raih, di antaranya menjadi juara kedua Festival Gitar Tunggal jenis Pop se-Indonesia di Bandung. Dua dari sepuluh lagu ciptaannya lolos dalam final Festival Lagu Populer Tingkat Nasional. Lagu ciptaannya ‘Harmonie Kehidupan’ yang dinyanyikan Dhenok Wahyudi menjadi duta Indonesia ke Festival Pop Song Tingkat International di Budokan Hall, Tokyo, Jepang (1978). Dinobatkan sebagai The Best Dresser's untuk kostum Dayak yang dipakainya dengan ikat kepala terselip setangkai padi yang menguning saat tampil mendampingi Dhenok Wahyudi yang menyanyikan lagunya, ‘Harmonie Kehidupan’. Kolaborasinya dengan Kelompok Nyanyian Alam membawakan lagu Musim Tanam, berhasil memenangkan dua kategori penghargaan, sebagai The Best Performance dan Audience Favorites melalui voting penonton dan televisi dunia di ajang World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Harzegovina (2005).[1]

Festival

sunting
  • Festival Lagu Populer Tingkat Nasional (1978 dan 1981).
  • Lomba Karya Cipta Lagu ASEAN Populer Song Festival (1982 dan 1983).
  • World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Harzegovina (2005).

Diskografi

sunting
  • Rimba Gelap (produksi Irama Mas, 1978).
  • Rimba Gelap versi II (Irama Mas/ Virgo Ramayana).
  • Pelita dalam Gulita (Jackson Record, 1981).
  • Pengakuan (Jackson Record, 1983).
  • Senandung Kabut Biru (Billboard, 1986).
  • Titian Karier (Jackson/Metrotama).
  • Satulah Indonesia Duet dengan Paramitha Rusady (Blackboard, 2000).
  • Air Sumber Kehidupan Bersama Kelompok Nyanyian Alam (USR Associates, 2003).

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Ully Sigar Rusady". Situs TIM. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-20. Diakses tanggal 1 Agustus 2015. 
  2. ^ "Profil Ully Sigar Rusady" Kapanlagi.com. Diakses 10 Januari 2015.