Turbellaria
Turbellaria | |
---|---|
Pseudobiceros bedfordi, anggota Polycladida | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | Turbellaria Ehrenberg, 1831
|
Ordo | |
Turbellaria atau juga disebut cacing berambut getar adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Salah satu contoh Turbellaria adalah Planaria sp. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air.[2]
Planaria
suntingJika kita ingin mengambil Planaria, caranya dengan memberikan sekerat daging segar ke perairan yang kita duga terdapat cacing ini. Maka Planaria akan menempel pada daging tersebut. Panjang tubuhnya sekitar 5–25 mm, bergerak dengan menggunakan silia yang terdapat pada epidermis tubuhnya. Gerakan cacing ini lentur di sepanjang lendir yang diekskresikannya.
Sistem Organ dalam
suntingSaluran Pencernaan
suntingSaluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Sistem Ekskresi
suntingHewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
Sistem Saraf
suntingSistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata.
Sistem Reproduksi
suntingReproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.[3]
Referensi
sunting- ^ Poinar, G. (2003). "A Rhabdocoel Turbellarian (Platyhelminthes, Typhloplanoida) in Baltic Amber with a Review of Fossil and Sub-Fossil Platyhelminths". Invertebrate Biology. 122 (4): 308–312. doi:10.1111/j.1744-7410.2003.tb00095.x. JSTOR 3227067.
- ^ D. A. Pratiwi; Maryati, Sri; Srikini; Suharno; S, Bambang. 2007. Biologi Jilid 1 untuk SMA Kelas X hal 184. Jakarta. Penerbit Erlangga Diakses 23 Januari 2010
- ^ D. A. Pratiwi; Maryati, Sri; Srikini; Suharno; S, Bambang. 2007. Biologi Jilid 1 untuk SMA Kelas X hal 185. Jakarta. Penerbit Erlangga