Tunikata atau mantel laut adalah hewan invertebrata laut, anggota subfilum Tunicata . Ini adalah bagian dari Chordata , sebuah filum yang mencakup semua hewan dengan tali saraf punggung dan notokorda (termasuk vertebrata). Subfilum ini pernah disebut Urochordata, dan terkadang masih digunakan untuk hewan ini. Mereka adalah satu-satunya kordata yang kehilangan segmentasi miomernya, dengan kemungkinan pengecualian pada 'rangkaian celah insang'. Namun, doliolid masih menampilkan segmentasi pita otot.

Tunikata
Rentang waktu:
Cambrian Stage 3Present,
518–0 jtyl[1]
(Possible Ediacaran record, 557 Ma[2][3])
Gold-mouth sea squirt (Polycarpa aurata)
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Klad: Olfactores
Subfilum: Tunicata
Lamarck, 1816[4][5]
Classes and unplaced genera
Sinonim

Urochordata Lankester, 1877

Cara Hidup

sunting

Beberapa tunikata hidup sebagai individu soliter, namun yang lain bereplikasi dengan bertunas dan menjadi koloni, masing-masing unit dikenal sebagai zooid. Mereka adalah pemakan filter laut dengan struktur tubuh berisi air seperti kantung dan dua bukaan berbentuk tabung, yang dikenal sebagai sifon, tempat mereka menarik dan mengeluarkan air. Selama respirasi dan makan, mereka mengambil air melalui siphon yang masuk (atau menghirup) dan mengeluarkan air yang disaring melalui siphon yang keluar (atau mengeluarkan napas). Tunikata ascidia dewasa bersifat sesil, tidak bergerak, dan melekat secara permanen pada batu atau permukaan keras lainnya di dasar laut. Thaliacea (pyrosomes, doliolids, dan salps) dan larvacea di sisi lain, berenang di zona pelagis laut saat dewasa.

Masing-masing kelas mempunyai sifat yang unik karena memiliki ciri tertentu. Semua Ascidiacea adalah "sesil", sedangkan kelas lainnya adalah pelagis. Dalam sejarah hidupnya mempunyai sejumlah seri atau rentetan perubahan. Beberapa di antaranya menunjukkan pergantian turunan seperti ciri di antara invertebrata yang masih ada.

Struktur dan Fungsi Anggota Tubuh

sunting

Dinding tubuh

sunting

Lapisan luar dari tubuh terdiri atas lapisan tembus pandang (transparan) dan tebal. Lapisan itu sebagian besar terdiri atas bahan tunicin. Analisis defraksi sinar-X menunjukkan bahwa bahan itu merupakan bahan yang sama dengan selulosa, yang merupakan bahan produksi tumbuhan yang umumnya tidak diproduksi oleh hewan, kecuali beberapa hewan protozoa yang mirip berbahan citicula yang terletak di luar ektoderm dan merupakan bagian luar dari lapisan itu.

Pembungkus tubuh bila dibagi akan tampak lapisan lunak yang disebut mantel seperti yang telah diterangkan di atas. Merupakan endapan dalam pembungkus tubuh dan mempunyai hubungan yang erat dengan sekitar mulut dan aperture oralis. Mantel yang merupakan dinding tubuh terdiri atas jaringan ektoderm dan jaringan ikat yang membungkus berkas benang. Pembungkus tubuh secara umum diperpanjang dengan siphon (pipa) baik pada oral maupun atrial.

Faring

sunting

Lubang mulut ke arah dalam akan disambung oleh saluran pendek dan lebar yang disebut stomodium, terus ke ruang besar yang disebut faring atau brankhialis. Ini merupakan salah satu ciri organ Urochordata yang tinggi tingkatnya. Terdapat dinding yang tipis dengan celah-celah yang disebut stigmata yang berjajar transversal. Melalui pembuluh ini faring berhubungan dengan saluran peribrankhial. Pada ruang branchialis inilah terjadi difusi oksigen dan karbon dioksida yang dilakukan oleh darah.

Sistem Pencernaan

sunting

Esofagus merupakan lanjutan faring dekat akhir posterior lamina. Selanjutnya ke lambung (gastricus) bersambung dengan usus (intestinum). Yang terletak melekat sebelah kiri dari mantel. Gastricus merupakan kantung dengan dinding tebal yang menghasilkan karbohidrase yang mampu memecah karbohidrat. Di samping itu menghasilkan enzim proteolitik dan lipolitik. Sebelah dalam dari lambung dan usus penebalan sebelah ventral yang terkenal sebagai tifolosol. Terdapat kelenjar hati (grandulae hepaticae) yang besar. Kecuali itu untuk melancarkan saluran pencernaan makanan terdapat kelenjar pilorus (grandulae pyloricae) bercabang-cabang di seluruh dinding usus yang berhubungan dengan lambung. Baru sedikit diketahui fungsi kelenjar pilorus sebagai kelenjar pencernaan makanan dan alat pembantu eksresi. Bagian akhir usus memutar melingkar ke depan berakhir pada lubang dubur (apertura analis) yang nantinya berhubungan dengan sifon analis.

Sistem Pembuluh Darah

sunting

Sistem pembuluh darah bekerja baik. Jantung (cor) merupakan kantung sederhana yang berotot, terletak dekat lambung berada dalam rongga perikardium. Dalam jantung terdapat darah yang akan dipompa ke seluruh tubuh dan ke alat respirasi (insang). Darah yang kembali dari insang akan banyak mengandung oksigen dan sebaliknya yang kembali dari jaringan tubuh banyak mengandung karbon dioksida. Namun pembuluh arteri belum sempurna, sehingga peredaran darah setengah terbuka. Di dalam darah akan kita jumpai limfosit, makrofagositosis dan beberapa sel berwarna dan tidak berwarna lainnya.

Beberapa Ascidia mempunyai vanadium hijau yang terkandung dalam vanadosit atau larut dalam plasma darah. Zat vanadium itu dianggap sebagai pigmen respirasi, tetapi belum dapat dibuktikan dengan pasti, karena kemampuan oksidasinya sangat rendah. Dengan demikian cara respirasi yang pasti belum diketahui.

Sistem Ekskresi

sunting

Pertukaran zat atau ekskresi dilakukan oleh nefrosit melalui sirkulasi darah. Sel-sel nefrosit mengandung urate dan xantine yang dikumpulkan dalam bentuk konsentrasi pada vesicula axcretoris atau alat ginjal (organa renalis).

Kelenjar dan Sistem Saraf

sunting

Kelenjar ini terletak sebelah ventral dari simpul saraf yang sering dianggap homolog dengan kelenjar hipofisa. Kelenjar ini masih belum pasti peranannya, walaupun mengeluarkan sekresi. Terdapat suatu pembuluh ke muka yang terdapat pada faring. Saluran itu pada bagian terminal mengandung sel-sel yang bersilia, dan pada bagian dorsalnya terdapat proyeksi tubercel dorsalis ke faring.

Sistem ini merupakan ciri yang sangat sederhana. Pada hewan ini terdapat simpul saraf yang terletak antara lubang mulut dengan lumbang atrial yang terbenam dalam mantel. Simpul itu diperpanjang pada arah dorsal ventral (menyilang), yang selanjutnya memberi persarafan pada bagian tubuh. Perpanjangan simpul itu berfungsi untuk gerak refleks yang sering disebut “refleks silang” dan menimbulkan kontraksi.

Sistem Reproduksi

sunting

Seks hewan ini menyatu, artinya ovarium dan testis masih bersama-sama terletak pada sebelah kanan kiri dalam tubuh. Lanjutan dari gonad (ovarium dan testis) berupa saluran oviduct atau sperma yang akhirnya terbuka dekat anus. Bila sel kelamin dihasilkan dari hewan yang berbeda akan dimasukkan ke dalam mulut, kemudian mengikuti aliran air akan tertambat di suatu saluran dalam tubuh bersilia. Diduga bahwa kelenjar thereupon mengeluarkan sekresi yang mirip dengan hormon gonadrofik yang dihasilkan oleh bagian anterior dari kelenjar pituitari (hipofisis).

Terdapat bukti bahwa simpul saraf peka terhadap rangsangan hormon sehingga memberikan perintah gamet dilepaskan. Ini merupakan salah satu cara merangsang gamet yang berbeda, sehingga terjadi pembuahan (fertilisasi). Selanjutnya telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva, yang mengalami metamorfosis. Larva awal mempunyai ciri seperti Chordata lainnya artinya berchorda dorsalis pada ekor, yang selanjutnya mengalami rudimentasi, sehingga hewan yang dewasa tidak mempunyai chorda dorsalis lagi.

Pendapat Ahli

sunting

Beberapa ahli berpendapat bahwa tunicata dan vertebrata berasal dari nenek moyang yang sama yang berenang bebas dan sama dengan larva tunicata saat ini. Jika demikian maka struktur sesil pada tunicata dewasa adalah spesialisasi lebih lanjut. Pendapat kedua menyatakan bahwa nenek moyang keduanya bersifat sesil mirip tunikata dewasa. Adapun, vertebrata berasal dari tunicata yang mobil. [7]

 
Clavelina moluccensis, tunikata cincin biru


Referensi

sunting
  1. ^ Yang, Chuan; Li, Xian-Hua; Zhu, Maoyan; Condon, Daniel J.; Chen, Junyuan (2018). "Geochronological constraint on the Cambrian Chengjiang biota, South China" (PDF). Journal of the Geological Society (dalam bahasa Inggris). 175 (4): 659–666. Bibcode:2018JGSoc.175..659Y. doi:10.1144/jgs2017-103. ISSN 0016-7649. 
  2. ^ Fedonkin, M. A.; Vickers-Rich, P.; Swalla, B. J.; Trusler, P.; Hall, M. (2012). "A new metazoan from the Vendian of the White Sea, Russia, with possible affinities to the ascidians". Paleontological Journal. 46 (1): 1–11. Bibcode:2012PalJ...46....1F. doi:10.1134/S0031030112010042. 
  3. ^ Martyshyn, Andrej; Uchman, Alfred (2021-12-01). "New Ediacaran fossils from the Ukraine, some with a putative tunicate relationship". PalZ (dalam bahasa Inggris). 95 (4): 623–639. Bibcode:2021PalZ...95..623M. doi:10.1007/s12542-021-00596-1 . ISSN 1867-6812. 
  4. ^ Sanamyan, Karen (2013). "Tunicata". World Register of Marine Species. 
  5. ^ Nielsen, C. (2012). "The authorship of higher chordate taxa". Zoologica Scripta. 41 (4): 435–436. doi:10.1111/j.1463-6409.2012.00536.x. 
  6. ^ Giribet, Gonzalo (2018-04-27). "Phylogenomics resolves the evolutionary chronicle of our squirting closest relatives". BMC Biology. 16 (1): 49. doi:10.1186/s12915-018-0517-4 . ISSN 1741-7007. PMC 5924484 . PMID 29703197. 
  7. ^ Leksono, Amin Setyo; Hakim, Luchman (2021). Sistematika Hewan Vertebrata. Malang: Universitas Brawijaya Press. hlm. 27. ISBN 9786232963054.