Tujuhbelasan, 17-an (terkadang ditulis secara salah sebagai 17an), atau Agustusan[1] adalah serangkaian kegiatan pesta rakyat yang dilakukan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.[1] Kegiatan itu biasanya meliputi upacara bendera, rangkaian perlombaan yang diadakan di lingkungan setempat, menghias rumah, dan ditutup dengan malam kesenian. Dana penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ini berasal dari iuran warga yang dikoordinasi oleh pemerintah RT setempat.[2]

Lomba panjat pinang tujuh belasan (catatan: yang dipanjat bukan pinang, tapi batang bambu)

Etimologi

sunting

Istilah tujuhbelasan berasal dari tanggal Hari Kemerdekaan Indonesia, yakni 17 (tujuh belas) Agustus.[3]

Kegiatan

sunting

Upacara Bendera

sunting

Setiap 17 Agustus diadakan upacara bendera di Istana Merdeka, Jakarta.[4] Kegiatan ini biasanya diliput secara langsung oleh televisi.[5] Pemerintah-pemerintah daerah juga menyelenggarakan upacara bendera (biasanya) di alun-alun daerahnya.[5]

Menghias lingkungan

sunting
 
Salah satu cara memperingati tujuhbelasan adalah menghias gapura. Foto diambil pada 1971.

Pada hari-hari menjelang 17 Agustus warga suatu tempat mengadakan kegiatan menghias lingkungannya. Penghiasan ini meliputi bersih-bersih halaman, perbaikan pagar, dan mengecat ulang tembok yang sudah kusam.[3] Di jalan-jalan biasanya dipasangi umbul-umbul dan hiasan kertas bermotif merah putih.[6] Gapura di lingkungan itu pun dihias dengan motif merah putih dan ornamen-ornamen yang berkaitan dengan proklamasi.[7] Tiap-tiap rumah juga memasang bendera merah putih di halamannya.[6]

Perlombaan

sunting

Menurut sejarawan JJ Rizal, tradisi lomba tujuhbelasan muncul pada tahun 1950-an. Perlombaan-perlombaan ini diadakan sejak Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-5 oleh masyarakat. Kala itu masyarakat ingin memeriahkan perayaan HUT RI dengan cara yang menyenangkan.[8] Perlombaan tujuhbelasan diselenggarakan oleh seksi pemuda atau seksi wanita atas koordinasi ketua RT.[2] Sebagian lomba diadakan pada waktu sebelum tanggal 17 Agustus, sementara sebagian lomba lain diadakan pada tanggal 17 Agustus. Lomba-lomba tersebut diikuti oleh anak-anak maupun orang dewasa di lingkungan tersebut. Lomba-lomba yang diadakan meliputi olahraga, permainan, dan keterampilan, yang disesuaikan dengan keadaan. Badminton, maraton, voli, dan sepak bola adalah olahraga yang biasa dilombakan dalam tujuhbelasan. Memasak, merajut, dan menyusun bunga adalah keterampilan yang biasanya dilombakan dalam tujuhbelasan.[3] Lomba ini biasanya diikuti oleh perempuan atau ibu-ibu. Lomba permainan yang diselenggarakan biasanya balap makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, gebuk bantal, panjat pinang, engrang,[8] dan sepak bola sarung.[9]

Pawai arak-arakan kuda di Pilangsari, Kedawung, Cirebon

Di beberapa tempat tujuhbelasan juga diisi oleh kegiatan pawai. Pawai ini diikuti oleh orang-orang yang menggunakan kostum (biasanya pakaian adat atau kostum bertema perjuangan Indonesia). Selain itu, di dalamnya juga terdapat kendaraan-kendaraan (biasanya sepeda) yang dihias[9][10] dan arak-arakan.[11]

Malam kesenian

sunting

Malam kesenian biasanya diselenggarakan setelah 17 Agustus dan merupakan puncak rangkaian acara tujuhbelasan. Malam kesenian biasanya diselenggarakan di atas sebuah panggung di tempat terbuka (biasanya di halaman balai desa). Kegiatan ini biasanya dibuka dengan sambutan dari ketua RT atau para pejabat dari kecamatan. Acara penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba diadakan pada kegiatan ini. Selain itu, terdapat pentas seni yang dimainkan oleh anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Pentas seni itu biasanya berupa tari daerah, tari modern, pembacaan puisi, pentas band, pentas musik tradisional, dan pertunjukan drama.[5] Drama yang dipentaskan pada malam kesenian biasanya bertema perjuangan melawan Belanda, perjuangan saja, atau yang memiliki unsur sejarah.[5] Misalnya, Jaka Dolog,[12] Malin Kundang,[13] Trunajaya,[14] dan Untung Suropati.[15]

Penilaian tentang tujuhbelasan

sunting

Menurut peneliti Barbara Hatley, perlombaan-perlombaan dalam tujuhbelasan bukanlah suatu kegiatan yang bersifat persaingan individualistis, melainkan untuk menguatkan rasa keterlibatan dalam rangka menyukseskan seluruh rangkaian kegiatan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Arti kata agustusan". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 17 Agustus 2020. 
  2. ^ a b Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 57
  3. ^ a b c Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 56
  4. ^ Damarjati, Danu. "Tamu Istana di Hari Kemerdekaan: Berkebaya hingga Tanpa Alas Kaki". detikcom. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  5. ^ a b c d e Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 58
  6. ^ a b ruber.id. "Tujuhbelasan Mulai Dekat, Warga di Tasikmalaya Hias Kampung Sambut Hari Kemerdekaan". ruber.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-14. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  7. ^ Yunita, Niken Widya. "Sambut HUT RI, Gapura Kampung di Jakarta, Jabar & Banten Dihias". detikcom. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  8. ^ a b Indriani, Ririn. "Ini Sejarahnya Tradisi Lomba 17 Agustus". Suara.com. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  9. ^ a b Vitaarum, Wahyu. "Tak Cuma Upacara Bendera, Ini Perayaan 17 Agustus Super Unik dari Bebagai Daerah di Indonesia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  10. ^ "Siswa SDN Cibubur 04 Semangat Ikut Pawai Kemerdekaan - Poskota News". Poskota News. 2017-08-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-13. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  11. ^ Pribadi, Andy. "Jelang HUT RI Ke 72, 10 RT di RW 09 Cawang Gelar Pawai Keliling Kampung". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  12. ^ Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 59
  13. ^ Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 61
  14. ^ Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 62
  15. ^ Hatley, Barbara. 1982. "Indonesian Ritual, Javanese Drama--Celebrating Tujuhbelasan" dalam jurnal Indonesia vol. 34 bln. Oktober. hlm. 63