Tuhan/dewa nasional adalah sebuah kelas ilahi penjaga yang mengkhususkan perhatian dalam perlindungan dan kebagian sebuah kelompok etnis (bangsa), dan para pemimpin kelompok tersebut. Ini ditahbiskan dengan figur penjaga lainnya seperti dewa keluarga yang bertanggung jawab untuk kebaikan klan atau profesi individual, atau dewa personal yang bertanggung jawab untuk kebaikan para individual. Peran-peran penjaga tersebut menjalankan fungsi yang sebuah keilahian lain miliki (kebijaksanaan, kesehatan, perang, dan lain-lain).

Tuhan/dewa nasional

sunting

Pada zaman kuno (dan beberapa masih berlanjut sampai sekarang), agama menjadi karakteristik budaya regional, bersama dengan bahasa, adat istiadat, tradisi, dll. Beberapa agama etnis tersebut meliputi tuhan/dewa dalam panteon mereka, seperti

Masa modern

sunting

Para misionaris Kristen berulang kali menafsirkan ulang Tuhan-Tuhan nasional dalam hal Allah Kristen. Kenyataan ini terefleksi dalam nama Tuhan pada berbagai bahasa dari suku bangsa yang di-Kristenisasi, seperti Shangdi atau Shen pada umat Kristen Tionghoa, Ngai pada sejumlah suku Kenya, Bathalang Maykapal untuk orang Tagalog di Filipina, dll.

Pada konteks modern, istilah "Tuhan nasional" ditujukan pada gereja-gereja nasional dalam Kekristenan. Tendensi ini "menasionalisasikan" Allah Kristen, khususnya dalam konteks gereja-gereja nasional yang sedang berperang melawan negara Kristen lainnya saat Perang Dunia II, yang dianggap bidah oleh Karl Barth.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ A Dictionary of Ancient Near Eastern Mythology
  2. ^ Barth, Ethnics, ed. Braun, transl. Bromiley, New York, 1981, p. 305.