Trisno Soemardjo

seorang penulis dan sastrawan Indonesia terkenal pada abad ke-20
(Dialihkan dari Trisno Sumardjo)

Trisno Sumardjo (6 Desember 1916 – 21 April 1969) adalah seorang sastrawan, penerjemah, dan pelukis Indonesia. Sebagai penerjemah, ia banyak menerjemahkan drama William Shakespeare. Ia adalah ketua Dewan Kesenian Jakarta yang pertama dan salah satu penandatangan Manifes Kebudayaan.

Trisno Soemardjo
Lahir1916
Meninggal21 April 1969
KebangsaanIndonesia

Pendidikan dan Karier[1]

sunting

Trisno tamat SMS-II Barat Klasik Yogyakarta pada 1937.

Ia pernah bekerja sebagai guru swasta (1938-1942) dan pegawai jawatan Kereta Api (1942-1946). Sebagai redaktur, ia pernah bekerja di majalah Seniman (1947-1948), Indonesia (1950-1952), Seni (1954), dan Gaya (1968). Di bidang kerorganisasian ia pernah menjadi sekretaris umum BMKN (1956), menjadi ketua pertama Dewan Kesenian Jakarta (1968-1969).

Ia adalah ketua Delegasi Pengarang Indonesia ke RRC (1957). Tahun 1952 ia mengunjungi Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat, dan tahun 1961 sekali lagi mengunjungi Amerika Serikat. Ia merupakan salah satu penandatangan Manifes Kebudayaan.

Selain di bidang penulisan, ia juga aktif di bidang seni rupa. Bersama S. Sudjojono, ia mengawali sejarah kritik seni di Indonesia. Tulisan-tulisan kritik yang ia buat sangat cair, komprehensif, dan jujur. membahas baik negatif dan positif dari suatu karya.

Perdebatan Seni Rupa dengan Sudjojono

sunting

Pada tahun 1950-an Trisno pernah berdebat dengan Sudjojono tentang haluan seni rupa Indonesia. Dalam polemik tersebut, Trisno menanggapi anjuran Sudjojono pada seniman Indonesia untuk kembali pada realisme. Tanggapannya, "Rakyat kita tidak hanya mengerti realisme, melainkan juga cara-cara lain. Sebab, umumnya rakyat dari dahulu kala telah mengenal deformasi, baik dalam bentuk maupun warna. Perhatikan wayang-wayang kulit, relief-relief Borobudur, patung-patung serta lukisan Bali, dan sebagainya. Bukankah hal-hal yang ekspresif, stylistis, dan dekoratif di dalamnya itu jauh dari realisme?"

Pandangannya tentang seni rupa juga dituangkan dalam tulisan berjudul "Kedudukan Seni Rupa Kita" yang dimuat dalam Almanak Seni 1957 terbitan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional. Di dalamnya ia menganjurkan agar perkembangan kreativitas serta perjuangan seni rupa tidak hanya terbatas pada kain kanvas. Fatwa ini menjadi ancang-ancang sikapnya untuk tidak mengutamakan satu bentuk seni rupa tertentu. Dia menyebut lapangan baru yang tidak semata kanvas itu antara lain membangkitkan karya cukilan kayu, etsa, ex-libris, fresco, patung, relief, monumen, keramik, arsitektur, tata kota dan sebagainya.

Bibliografi

sunting
  1. Kata Hati dan Perbuatan: kumpulan puisi, cerpen, dan drama (Jakarta: Balai Pustaka, 1952);
  2. Silhuet: kumpulan puisi (Jakarta: Yayasan UNIK 1965);

Cerpen

sunting
  1. Kata Hati dan Perbuatan: kumpulan cerpen, drama, dan puisi (Balai Pustaka, 1952);
  2. Rumah Raya (Jakarta: Pembangunan, 1957);
  3. Pak Iman Intelek Istimewa (Jakarta: Pembangunan, 1957);
  4. Daun Kering (Jakarta: Balai Pustaka, 1962);
  5. Penghuni Pohon (Jakarta: Balai Pustaka 1963);
  6. Keranda Ibu (Jakarta: Balai Pustaka, 1963);
  7. Wajah-Wajah yang Berubah (Jakarta: Balai Pustaka, 1968);
  8. Suling Patah: kumpulan cerpen (1988);
  1. Cita Teruna (Jakarta: Balai Pustaka, 1953);

Terjemahan

sunting
  1. Saudagar Venezia: sandiwara karya William Shakespeare (Jakarta: Pembangunan, 1950);
  2. Hamlet, Pangeran Denmark: drama karya William Shakespeare (Jakarta: Pembangunan; 1950.);
  3. Macbeth: sandiwara tragedi karya William Shakespeare (Jakarta: Pembangunan 1952);
  4. Manasuka: sandiwara komedi karya William Shakespeare (Jakarta: Balai Pustaka, 1952);
  5. Prahara: sandiwara komedi karya William Shakespeare (Jakarta: Bahai Pustaka, 1952);
  6. Impian di Tengah Musim: sandiwara komedi karya William Shakespeare (Jakarta: Balai Pustaka, 1953);
  7. Dongeng-Dongeng Perumpamaan: karya Jean De La Foutaine (Jakarta: Balal Pustaka, 1959);
  8. Dokter Zhivago: novel karya Boris Pasternak, Rusia (Jakarta: Djambatan, 1960);
  9. Romeo dan Julia: drama karya William Shakespeare (Jakarta: Badan Musyawarah dan Kebudayaan Nasional, 1955, Cetakan II, Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1960);
  10. Maut dan Misteri: kumpulan cerpen karya Edgar Allan Poe (Jakarta: Djambatan, 1969);

Terjemahan yang Belum Diterbitkan

sunting
  1. Antonius dan Cleopatra: drama karya William Shakespeare (1963);
  2. Raja Lear: drama karya William Shakespeare;
  3. Othelo: novel karya William Shakespeare;
  4. Venus dan Adonis: epos bersajak karya William Shakespeare;

Cerpen "Narcissus" dimuat dalam antologi berbahasa Jerman, Kurs erzahlt: DIe schonsten Geschichten der Weltliteratur (1949). Sementara itu, cerpen "Topeng" dimuat dalam antologi berbahasa Belanda, Modern Indoneische Berhalen (1967). Esai-esai karya dan tentang Trisno Sumardjo dikumpulkan dalam Trisno Sumardjo: Pejuang Kesenian Indonesia (ed. Korrie Layun Rampan; 1985).[1]

Dalam eseinya, Abdul Hadi W.M menyebutkan bahwa Trisno memiliki 7 buku asli, 13 buku terjemahan, puluhan esei, cerpen dan sajak yang tercerai berai[2].

Kutipan Trisno Soemardjo

sunting

"Kalian sebagai seniman jangan hanya melukis saja, lakukanlah sesuatu yang lebih luas." (dalam tulisan Nashar di Horison, No 6, 1969)

"Kesenian, bukanlah alat untuk mengejar materi atau mencari keharuman nama." (dalam tulisan Nashar di Horison, No 6, 1969)

Referensi

sunting
  1. ^ a b Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 815
  2. ^ Hadi W.M., Abdul (15 Juni 1979). "Trisno Sumardjo" (PDF). Majalah Horison. Diakses tanggal 29 Maret 2022.