Tradisionalisme berasal dari kata Latin, tradere yang artinya menyerahkan, memberikan, meninggalkan.[1] Dari kata ini terbentuk kata benda traditio yang berarti penyerahan, pemberian, peninggalan, warisan tradisi.[1] Kata traditio inilah yang menjadi asal istilah tradisionalisme.[1]

Tradisionalisme adalah ajaran yang mementingkan tradisi yang diterima dari generasi-generasi sebelumnya sebagai pegangan hidup.[1][2] Tradisi dapat berasal dari praktik hidup yang sudah berjalan lama, ini disebut tradisi kultural.[1] Dapat pula berasal dari keyakinan keagamaan yang berpangkal pada wahyu, ini disebut tradisi keagamaan.[1]

Sebagai aliran etis, tradisionalisme dapat berpegang pada tradisi budaya atau kultural yang ada dalam masyarakat sebagai warisan nenek moyang, atau pada tradisi keagamaan yang bersumber pada wahyu keagamaan.[1] Tradisi etis itu tampak juga dalam bahasa, seperti petuah, nasihat, pepatah, norma dan prinsip, dalam perilaku, seperti cara hidup, bergaul, bekerja, dan berbuat, serta dalam pandangan dan sikap hidup secara keseluruhan.[1] Bentuk bahasa, perilaku, pandangan, dan sikap hidup merupakan tempat menyimpan nilai-nilai etis, wahana pengungkapan, dan sarana mewujudkannya.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i A. Mangunhardjana. 1997. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. Jogjakarta: Kanisius. Hlm. 220-223.
  2. ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta: Balai Pustaka.