Tomia, Wakatobi

kecamatan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Tomia adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Tomia
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tenggara
KabupatenWakatobi
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri74.07.03 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7407020 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 5°45′17″S 123°56′20″E / 5.75472°S 123.93889°E / -5.75472; 123.93889

Sejak menjadi daerah otonom dan berpisah dari Kabupaten Buton, Wakatobi terus berbenah dan mempercantik diri dengan pembangunan berbasis kemasyarakatan. Sektor pariwisata dan perikanan merupakan dua prioritas pembangunan yang dioptimalkan pemerintah daerah. oleh karena itu, tidak heran jika wakatobi dengan Taman Nasionalnya terus diekspose ke khalayak.

Kab. Wakatobi merupakan wilayah yang terdiri dari 4 gugusan pulau besar yaitu, Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keunikan serta potensi pariwisata yang akan memanjakan para pengunjung. Salah satu pulau yang senantiasa berbenah dan memperidah diri yaitu Pulau Tomia.

Pulau Tomia merupakan pulau ketiga dalam gugusan Kepulauan Wakatobi dan merupakan pulau terkecil dari keempat pulau di Wakatobi. Pulau Tomia merupakan pulau dengan karakteristik didominasi bebatuan. Wilayah pesisirnya bervariasi antara pantai pasir, pantai karang dan pantai bakau.

Sejak dahulu Wakatobi dan Pulau Tomia sudah dikenal sampai ke mancanegara. Sebelum menjadi daerah otonom Kab. Wakatobi, sudah banyak wisatawan yang berkunjung dan melakukan penelitian di Wakatobi khususnya Pulau Tomia.

PULAU TOMIA

Pulau Tomia terletak pada deretan ketiga di gugusan kepulauan Wakatobi. Posisinya berada diantara Pulau Kaledupa sebelah barat laut dan Pulau Binongko di sebelah tenggara. Pulau ini terbentuk dari bebatuan yang mendominasi 95% wilayah Pulau Tomia. Ini terlihat dari model tanah di pinggir pantai sampai ke atas pegunungan. Namun, dibeberapa wilayah pesisir terdapat pantai yang terbentuk dari pasir laut yang juga menjadi objek wisata andalan di Pulau Tomia.

Karena terbentuk dari kumpulan bebatuan, dimana iklim laut sangat mempengaruhi cuaca dan hawa di seluruh pulau, praktis cuaca panas sangat mendominasi permukaan Pulau Tomia. Pertanian yang dikembangkan hanya tanaman jangka pendek yang cocok untuk hawa seperti ini. Ladang-ladang masyarakat di pegunungan sebagian besar hanya bisa ditanami Ubi kayu dan Jagung. Jenis tanaman jagung dan Ubi nya pun tidak seperti ditempat lain. Karena tumbuh di atas celah-celah batu sehingga umbi dan bijinya keras. Ubi kayu yang dihasilkan tidak bisa dikonsumsi langsung dalam bentuk rebusan atau gorengan, tetapi dibuat menjadi Kaopi lalu kemudian dikukus menjadi Kasoami. Sementara untuk jagung direbus terlebih dahulu sehingga menghasilkan Kapusu.

Dengan kondisi tanah berbatu tidak serta merta menghilangkan seni bertanam untuk menghasilkan komoditas lain yang sepertinya mustahil untuk dikembangkan di tanah batu seperti ini. Dengan metode pertanian klasik yang dikembangkan secara turun-temurun, masyarakat sudah berhasil menumbuhkan tanaman bawang merah, sayur mayur, mentimun, cabe, tomat dll. Cara itu sudah dijalankan sejak puluhan tahun lalu dan hasilnya sudah dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional di seluruh wilayah Pulau Tomia

Sejak 2015, pulau Tomia secara perlahan dipoles dan dipercantik. Sebagai kawasan kunjungan wisata di Wakatobi, pulau Tomia benar-benar telah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang hal tersebut. Jalan melingkar telah dibangun. Dahulunya hanya jalan setapak dan jalan beton sekarang sudah diaspal mulus. Dahulunya membutuhkan 5-6 Jam untuk mengelilingi Pulau Tomia, sekarang kurang dari 45 Menit anda sudah dapat melingkari Pulau Tomia yang indah permai.

Secara administrative, Pulau Tomia terdiri dari 2 Kecamatan yaitu, Kec. Tomia yang berkedudukan di Kel. Waha dan Kec. Tomia Timur yang berkedudukan di Kel. Usuku. Masing-masing kecamatan tersebut berlomba-lomba dan bahu membahu menata seluruh aspek-aspek yang mendukung sector kepariwisataan. Selain jalan melingkar yang telah dibangun, beberapa spot-spot wisata dan pendukungnya sudah mulai dibangun dan direncanakan pengembangannya. Salah satu tempat favorit yang juga didaulat menjadi ikon Pulau Tomia sudah dibangun sejak tahun 2015 yaitu Bukit Warru.

Selain Bukit Warru, beberapa spot wisata sudah siap dikunjungi antara lain, Pantai Lakota, Pantai Hundue, Pantai Huntete, Tanjung Sangia, Pulau Nda’a, Permandian Goa Alam Henda Opa dan Tee Wali, Padang Savana Kima Purba. Terdapat juga sebut spot warisan sejarah yaitu Benteng Patua dan masih banyak lagi spot-spot baru yang sedang disempurnakan penampilannya.

Kepulauan Wakatobi khususnya Pulau Tomia sudah tidak asing dengan pesona alam bawah lautnya. Sejak puluhan tahun lalu ratusan peneliti sudah melakukan eksplorasi dan pemetaan di seruluh ruas terumbu karang Wakatobi. Untuk menikmati pesona bawah laut tentunya membutuhkan skill diving dengan budget yang tidak sedikit. Selain itu dibutuhkan juga keberanian mengarungi alam bawah laut karena tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk menyelam berjam-jam mengarungi kedalaman laut wakatobi. Oleh karena itu, pengunjung dan wisatawan tidak akan kehabisan tujuan saat berada di tanah Wakatobi dan Pulau Tomia.

Spot-spot wisata yang berada di darat sudah disiapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Semuanya akan memanjakan pandangan mata dan perasaan saat anda berlibur dan menghabiskan waktu bersama keluarga, teman dan kekasih. Bagi anda yang berjiwa travelling, sudah saatnya anda menikmati harmoni alam Pulau Tomia, Wakatobi. Semua akan dimulai saat anda menginjakkan kaki pertama. Desiran angin pantai yang menerpa ombak serta puluhan nyiur melambai sudah menyambut kedatangan anda, para pelancong.

Pulau Tomia yang menjadi destinasi wisata baru akan ditunjang dengan karakteristik masyarakatnya yang ramah dan santun. Kearifan lokal yang sejak zaman leluhur sudah terbentuk mencirikan jiwa masyarakat Pulau Tomia yang mampu membaur dengan aktivitas pengunjung sepanjang tidak melampaui norma-norma. Tradisi masyarakat tomia yang terus dipegang teguh dan dilestarikan merupakan kekayaan budaya yang menjadi warisan yang terus dipelihara dan dijaga. Karakteristik budaya Buton dan Kepulauan Wakatobi masih melekat dalam dimensi kehidupan masyarakat tomia. Aspek social, budaya, agama dan etika masih turun-temurun melekat dalam sisi kehidupan. Baik masyarakat yang mendiami Pulau Tomia juga mereka yang telah merantau jauh ke negeri seberang.

Kearifan lokal dan anugerah alam tersebutlah yang menjadi symbol ketertarikan dunia luar untuk datang dan menggerakkan roda pariwisata dan ekonomi masyarakat Pulau Tomia. Meskipun belum secantik Pulau Bali dan se indah Pulau Lombok, tapi perlahan dan pasti dengan melihat keseriusan dan semangat pemerintah, sector swasta dan masyarakat dalam mengelola semua aspek pembangunan, mimpi Pulau Tomia sebagai kawasan kunjungan wisata Indonesia dan Dunia akan segera terwujud. Kebanggaan akan tanah leluhur semakin digaungkan ke mana-mana. Meskipun Pulau Tomia berada jauh di tengah lautan dan jauh dari pusat keramaian kota namun nama Pulau Tomia memberikan rasa penasaran bagi siapapun yang sudah mendengar akan keelokannya.