Toboali, Bangka Selatan
Toboali adalah ibu kota Kabupaten Bangka Selatan. Toboali juga merupakan sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan, yang berada di pulau Bangka, provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Jumlah penduduk kecamatan kota ini sebanyak 77.987 jiwa (2021), dengan kepadatan 98 jiwa/km².[2]
Toboali | |
---|---|
Koordinat: 3°00′38″S 106°27′13″E / 3.010553°S 106.453706°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kepulauan Bangka Belitung |
Kabupaten | Bangka Selatan |
Pemerintahan | |
• Camat | Amrul Mustakim M.AP [1] |
Luas | |
• Total | 796,12 km2 (307,38 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 77.987 jiwa |
• Kepadatan | 98/km2 (250/sq mi) |
Kode pos | |
Kode Kemendagri | 19.03.01 |
Desa/kelurahan | 3 kelurahan 8 desa |
Sejarah
suntingHari Jadi Kota Toboali di tetapkan pada 25 Oktober 1708
Asal kata Toboali menurut beberapa versi adalah;
- Pada tempat tersebut terdapat kebun tebu milik Ali dan orang menyebut daerah itu Tebu Ali.
- Pada tempat tersebut terdapat tebu yang bisa beralih dengan sendirinya, hingga disebut Tebu Alih atau Tebu Ale.
- Pada tempat tersebut, pernah tinggal seorang tokoh bernama Raden Wahab. Beberapa waktu setelah dia wafat, makamnya digali untuk suatu kepentingan. Mereka menemukan bagian kepala jenazah dia telah hilang. Menurut bisikan ghaib yang diterima pihak keluarganya bahwa bagian kepala jenazah tersebut telah beralih ke tempat kelahiran dia di daerah Palembang. Hingga berita bagian tubuh yang beralih tersiar luas ke masyarakat, maka mulai saat itu daerah ini disebut Tubuh Alih dan dalam perkembangannya sebutan tersebut menjadi Toboali.
Administrasi
suntingKecamatan Kota Toboali merupakan pusat pemerintahan sekaligus ibu kota Kabupaten Bangka Selatan. Kecamatan Toboali secara administratif terbagi menjadi 11 Desa/Kelurahan yaitu Kelurahan Toboali, Kelurahan Teladan, Kelurahan Tanjung Ketapang, Desa Gadung, Desa Bikang, Desa Jeriji, Desa Serdang, Desa Kepoh, Desa Rindik, Desa Rias dan Desa Kaposang.[1]
Geografi
suntingLuas Wilayah Kecamatan Toboali adalah 1.460,34 km2.[3] Wilayahnya berbatasan dengan Kecamatan Air Gegas di sebelah utara dan barat, Selat Bangka di sebelah selatan kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Selat Gaspar dan Kecamatan Tukak Sadai. Lokasi yang berbatasan dengan laut tersebut, menjadikan 5 dari 11 desa di Kecamatan Toboali merupakan desa pesisir. Namun apabila dilihat dari topografi, semua desa/kelurahan mempunyai topografi datar.
Kecamatan Toboali beriklim tropis tipe A, dengan tekanan udara rata-rata berkisar 1.009,4 mb pada tahun 2010. Suhu udara rata-rata yang terjadi di Kecamatan Toboali tahun 2010 cukup sejuk yaitu 26,95 dengan kelembaban sebesar 82,8 % dan curah hujan rata-rata sebesar 287,0 mm/bulan yang terjadi selama 260 hari.[2][3]
Demografi
suntingPenduduk
suntingKomposisi penduduk di Kecamatan Toboali tahun 2010 tercermin pada piramida penduduknya yang didominasi oleh kelompok umur usia produktif yaitu penduduk berusia 15-64 tahun. Selain itu komposisi penduduk juga di dominasi oleh penduduk laki-laki dengan sex ratio tahun 2010 sebesar 106 artinya untuk setiap 206 jiwa penduduk di Kecamatan Toboali terdapat 100 penduduk perempuan dan 106 penduduk laki-laki. Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah dalam menyiapkan lapangan usaha agar penduduk usia produktif ini tidaklah menjadi potensi pengangguran di Kecamatan Toboali.
Selama periode 2008-2010, jumlah penduduk Kecamatan Toboali terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 54.799 jiwa kemudian tumbuh sebesar 1,45 persen pada tahun 2009 sehingga penduduk menjadi 55.592 jiwa. Meskipun terjadi pertumbuhan penduduk pada tahun 2009, namun kepadatan penduduk tahun 2009 masih sama dengan tahun 2008 yaitu 38 jiwa/km. Tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Toboali sebanyak 65.071 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 17,05 persen dan kepadatan penduduk 45 jiwa/km.[4]
Suku
suntingDi provinsi Kepulauan Bangka Belitung, warga memiliki beragam suku bangsa dan agama. Komunitas paling banyak ialah suku Melayu dan Sawang, dan ada juga Tionghoa.[4] Selebihnya adalah suku pendatang dari luar pulau Bangka Belitung, seperti suku Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Minang, Aceh, Minahasa dan suku lainnya.[4]
Agama
suntingSementara itu, agama yang dianut juga beragam. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, adapun persentasi penduduk kecamatan Toboali menurut agama yang dianut ialah Islam 93,52%, kemudian Konghucu 3,08% dan Buddha 1,81%. Selebihnya beragama Kristen 1,58% dimana Protestan 1,12% dan Katolik 0,46%, kemudian Hindu 0,01%.[2]
Pendidikan
suntingMencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai-mana disebut dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Upaya pemenuhan tujuan tersebut dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara baik negri atau swasta.
Untuk Kecamatan Toboali tahun 2023 sudah tersedia sampai pada jenjang SMA/sederajat dengan rincian sekolah SD negeri/swasta sebanyak 36 unit, SMP negeri/swasta 15 unit, serta SMA negeri/swasta sebanyak 9 unit. Dari sekolah yang ada tersebut jumlah murid pada tahun 2010 berjumlah 11.318 siswa negeri/swasta dengan sebaran murid SD sebanyak 8.739 murid, murid SMP sebanyak 2.628 murid, dan murid SMA sebanyak 1.467 murid.[5]
Sebagai pendukung sarana dan prasarana yang telah dibangun harus diimbangi pula dengan keberadaan guru yang relatif banyak. Hingga tahun 2010 jumlah guru yang berada di Kecamatan Toboali seluruhnya ada 618 orang baik untuk sekolah negeri ataupun swasta dengan rincian mengajar di SD sebanyak 419 orang, di SMP sebanyak 155 orang, dan di SMU sebanyak 95 orang.[6]
Kesehatan
suntingHingga tahun 2010, fasilitas kesehatan yang dimiliki Kota Toboali sudah cukup lengkap. Hal ini dibuktikan dengan adanya satu rumah sakit (RSUD Toboali), dua puskesmas induk, empat puskesmas pembantu, dan 43 posyandu.[7]
Jumlah tenaga medis di Kecamatan Toboali tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun 2009. Dimana pada tahun 2010 jumlah dokter yang ada sebanyak 12 orang, 100 orang sebagai paramedis, dan 18 orang sebagai bidan desa.[8]
Dari sepuluh penyakit terbanyak yang menjadi gangguan kesehatan penduduk di Kecamatan Toboali, penyakit infeksi akut Malaria paling banyak diderita oleh masyarakat. Selain paling banyak, perkembangan penyakit ini pesat, bisa dilihat tahun 2009 penderita penyakit ini sebanyak 2535 orang kemudian meningkat tajam pada tahun 2010 menjadi 3061 orang. Hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah agar tercipta SDM yang sehat.[5][9]
Pertanian
suntingSektor Pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian Kecamatan Toboali, karena merupakan kontributor terbesar ke dua terhadap PDRB Kecamatan Toboali. Dilihat dari subsektor pendukungnya, kontribusi subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan merupakan merupakan yang terbesar.[10]
Komoditas pertanian utama di Kecamatan Toboali adalah padi.[6] Pada menghasilkan produksi yang terbesar di Kecamatan Toboali dibandingkan dengan komoditas tanaman pangan lainnya. Pada tahun 2010 produksi padi (padi sawah dan padi ladang) mencapai 4.585 ton, meningkat 79,6 ton dari tahun sebelumnya. Sedang produksi jagung mencapai 235,5 ton, ketela pohon 1.848 ton dan kacang tanah 47,15 ton.
Lada dan karet merupakan komoditas unggulan pada subsektor perkebunan di Kecamatan Toboali. Selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2010 produksi lada dan karet selalu meningkat. Tahun 2008 produksi lada mencapai 500 ton kemudian meningkat hingga tahun 2010 mencapai 505 ton, sedangkan untuk karet tahun 2008 produksinya mencapai 651 ton kemudian terus meningkat hingga tahun 2010 mencapai 671 ton.[11]
Pertambangan
suntingPertambangan merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Kecamatan Toboali, karena di dalamnya terdapat produk yang bernilai tinggi yaitu timah dan sektor ini cukup banyak dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dari data yang ada, produksi bijih timah di Kec. Toboali selama tiga tahun terakhir terus menurun. Tahun 2008 produksi bijih timah mencapai 3.683 ton dan terus menurun hingga tahun 2010 mencapai 1.665 ton.[12]
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, tahun 2008 sektor pertambangan mampu menyerap 805 Tambang Inkonvensional (TI) dengan tenaga kerja 2523 orang. Tahun 2009 penyerapnya menurun menjadi hanya 186 TI dengan tenaga kerja 605 orang. Tahun 2010 penyerapanya meningkat lagi menjadi 801 TI dengan tenaga kerja 3204 orang. Dengan produksi bijih timah yang menurun dan peningkatan tenga kerja pada tahun 2010 menunjukan adanya penurunan produktivitas.[13]
Energi
suntingPada sektor energi, penyediaan listrik PLN di Kecamatan Toboali hanya dinikmati sekitar 28,37 persen dari rumah tangga (RT) yang ada, sisanya sebesar 10,48 persen menggunakan mesin diesel sendiri, 41,61 persen menggunanakan diesel milik orang lain dan sebanyak 10,48 persen menggunakan minyak tanah.[14]
Transportasi
suntingUntuk hal transportasi, masyarakat Kecamatan Toboali lebih banyak menggunakan motor & sepeda. Dari data yang ada, jumlah kendaraan bermotor yang digunankan terus meningkat dari tahun 2008 yaitu 32256 motor menjadi 32869 motor pada tahun 2010 serta jumlah pesepeda yang meningkat tiap tahunnya. Guna mendukung kelancaran sektor transportasi tersebut dibuatlah jalan-jalan aspal, jalan aspal juga selelu di pelihara untuk kelancaran transportasi bis-bis yang menuju ke Pangkalpinang. Sampai tahun 2010 kondisi jalan di Kecamatan Toboali sudah cukup bagus. Dari sekitar 230 km panjang jalan yang ada di Kecamatan Toboali, 75 persen jalan sudah diaspal sedangkan 25 persen masih dalam kondisi tanah.[http://bangkaselatankab.go.id/
Pariwisata
suntingBenteng Toboali merupakan peninggalan Belanda.[7] Pembangunan Benteng Toboali dilakukan pada tahun 1825.[8] Lokasi pembangunannya di sebuah bukit yang berada di pinggir pantai sebelah utara kelurahan Tanjung Ketapang, Toboali di Bangka Selatan.
Jarak benteng dari pusat kota Toboali hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Jarak benteng ini sekitar 130 Km dari Kota Pangkalpinang. Dari bukit yang berketinggian sekitar 18 meter itu, dapat dilihat pemandangan Pantai Bhayangkara atau yang lebih akrab di sebut warga setempat dengan Pantai Nek Aji.
Ketika memasuki area benteng, pengunjung akan disambut oleh deretan anak tangga yang landai dan sebuah artifak berbentuk rudal tua yang dipasang mengarah ke langit di sisi kanan anak tangga. Pada dinding benteng terdapat pohon-pohon yang tumbuh dengan akar-akar besarnya yang menempel, yang menjadi spot menarik bagi pengunjung untuk berfoto.
Benteng dengan ukuran luas 54X32 meter ini memang sudah tidak utuh lagi. Atap serta sebagian dinding sudah rubuh. Benteng ini dibangun dengan tinggi bervariasi antara 2 meter – 3 meter, dengan ketebalan dinding benteng bagian utama sekitar 90–120 cm. Di dalam benteng dapat dilihat ada 7 ruangan yang dulunya digunakan sebagai barak prajurit, dapur, ruang administrasi, gudang makanan dan tempat menyimpan senjata. Di tengah benteng terdapat kursi-kursi batu yang katanya menjadi tempat para prajurit bertemu ataupun makan.
Benteng Toboali memang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk melindungi Kota Toboali yang mempunyai posisi sangat strategis dalam penguasaan pertambangan timah oleh pemerintah kolonial Belanda sejak abad ke-16. Lokasi benteng juga dipilih karena alasan strategis, yaitu berada di atas bukit yang dapat memantau perairan di laut Jawa di sebelah selatan Bangka serta Pelabuhan Bom Pendek di Toboali.
Seperti kota Muntok di ujung barat Pulau Bangka, Pemerintah kolonial Belanda juga membagi Toboali dalam beberapa klaster, yaitu klaster Eropa, klaster Cina dan klaster Melayu untuk pribumi agar dapat mengendalikan penduduk Bangka dan stabilititas di Toboali. Dari Benteng Toboali, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan kota Toboali serta Pantai Nek Aji dan beberapa bangunan-bangunan tua yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda, yang salah satunya berfungsi sebagai gedung wedana. Biasanya, orang-orang berkunjung ke benteng ini di waktu sore hari.
Referensi
sunting- ^ "Kejari Bangka Selatan Sosialisasikan Program Betempo Desa di Kecamatan Toboali". 19 September 2024.
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 6 Agustus 2021.
- ^ Faisal, Satrio, N., dan Ferdian, K. J. (2021). Toni, ed. Penegakan Hukum Pertambangan: Genealogi Hukum dan Kekuasaan; Revitalisasi Kebijakan Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan (PDF). Yogyakarta: Penerbit Istana Agency. hlm. 16. ISBN 978-623-6226-02-5.
- ^ a b "Suku Bangsa Bangka Belitung". www.senibudayaku.com. Diakses tanggal 24 Januari 2021.
- ^ "Berobat Pakai e-KTP: Cara Basel Sehat Ala Riza-Debby". 2022-11-10. Diakses tanggal 2022-11-10.
- ^ Faisal, Satrio, N., dan Ferdian, K. J. (2021). Toni, ed. Penegakan Hukum Pertambangan: Genealogi Hukum dan Kekuasaan; Revitalisasi Kebijakan Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan (PDF). Yogyakarta: Penerbit Istana Agency. hlm. 17. ISBN 978-623-6226-02-5.
- ^ Situmorang, Nurarta (2019). Sunjaya, Sapta, ed. Citra Kabupaten Bangka Selatan dalam Arsip. Jakarta Selatan: Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 59. ISBN 978-602-6503-19-0.
- ^ Januardi, Kristanto (2008). "Benteng Toboali: Memaknai Arti Sebuah Reruntuhan" (PDF). Relik (6): 30.