Tionghoa Bangka-Belitung

Tionghoa Bangka-Belitung adalah etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah Babel (Bangka Belitung), Indonesia.[4][5] Bangka Belitung merupakan salah satu daerah dengan konsentrasi etnis Tionghoa yang besar di Indonesia selain di Jawa, Riau, Sumatra Timur dan Kalimantan Barat.[6]

Tionghoa Bangka-Belitung
Jumlah populasi
115.000-120.000 (perkiraan kasar tahun 2023). [1]
103.736 (Sensus 2000)[2]
99.624 (Sensus 2010[3])
Daerah dengan populasi signifikan
Pulau Bangka, Pulau Belitung, Jakarta
Bahasa
Hakka, Melayu Bangka, Melayu Belitung, Hokkian, Indonesia
Agama
Agama tradisional Tionghoa, Konfusianisme, Buddhisme, Kristen, Islam
Kelompok etnik terkait
Tionghoa Palembang, Tionghoa Jakarta

Sejarah

sunting

Awal kedatangan dengan skala besar orang Tionghoa di Bangka Belitung terjadi antara tahun 1700-1800-an. Orang Hakka (客家) awalnya didatangkan dari berbagai wilayah di Provinsi Guangdong seperti Meixian, Prefektur Huizhou, Prefektur Chaozhou menjadi tenaga penambang timah.

Sebagian besar etnis Tionghoa di Bangka Belitung didominasi Orang Hakka dengan minoritas Orang Minnan (Hokkian). Berdasarkan sensus pada tahun 1920, Total populasi orang Tionghoa Bangka mencapai 44% dari keseluruhan 154.141 jiwa.

Demografi dan agama

sunting

Suku Tionghoa di Bangka-Belitung secara historis merupakan yang terbesar kedua setelah suku Melayu. Namun, seiring waktu komposisi tersebut berubah karena banyaknya perpindahan etnis Tionghoa keluar Bangka-Belitung. Menurut Sensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah suku Jawa di provinsi ini telah sedikit melebihi suku Tionghoa.

Dari perhitungan kasar berdasarkan penganut agama Buddha dan Konghucu pada tahun 2023, dua agama terbesar yang dianut masyarakat Tionghoa di Bangka-Belitung, jumlah penduduk etnis Tionghoa dihitung sekitar 92.000 jiwa. Agama lain yang banyak dianut oleh masyarakat Tionghoa di daerah ini adalah Kristen Protestan dan Katolik. Namun tidak ada data mengenai persentase etnis Tionghoa Bangka-Belitung yang menganut kedua agama tersebut.

Budaya

sunting

Budaya Tionghoa di Bangka agak sedikit berbeda dengan Tionghoa di Belitung.[4] Orang Tionghoa di Bangka didatangkan pada awal abad ke-18 ketika pertambangan resmi dibuka. Mereka umumnya tidak membawa istri sehingga menikahi penduduk bumiputera, sehingga Tionghoa di Bangka sebagian besar merupakan peranakan yang berbicara Bahasa Hakka yang bercampur Bahasa Melayu.[4]

Tionghoa Belitung dianggap "totok" karena datang pada abad ke-19 membawa istri.[4] Mereka beradaptasi dengan kebudayaan Nusantara antara lain dengan mengganti pakaian mereka dengan pakaian suku Nusantara seperti baju kurung dengan kebaya, celana dengan sarung.[4] Mereka masih berbicara dengan Bahasa Hakka yang asli.[4]

Tokoh-tokoh Tionghoa Bangka-belitung

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Perkiraan diambil dari data BPS Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung tahun 2023 berdasarkan penganut agama per kabupaten dan kota
  2. ^ Indonesia's Population Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta (2003)
  3. ^ (Indonesia)Jumlah Penduduk Menurut Provinsi dan Suku Bangsa. Tabel L26 Hal 50, sp2010.bps.go.id 18-10-2016.
  4. ^ a b c d e f (Indonesia)Peranakan Tionghoa di Bangka-Belitung, historia.id. 18-10-2016
  5. ^ (Indonesia)Melayu-Tionghoa Bersaudara Tanpa Sekat, edukasi.kompas.com. 18-10-2016
  6. ^ (Inggris) Reid, Anthony (1996). Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese. University of Hawaii Press. 
  7. ^ Galeri sejarah pertama marga Bun hadir di Pangkalpinang, Antaranews. Akses: 29 Oktober 2024.