Tilapia adalah nama umum untuk jenis ikan cichlid yang ratusan ragamnya dari suku tilapiine cichlid, termasuk ikan nila dan mujair. Tilapia umumnya ikan air tawar, hidup di aliran-aliran, kubangan, danau, sungai dangkal. dan jarang dijumpai di air payau. Sepanjang sejarah bernilai penting untuk perikanan artisan di Afrika dan Levant, serta meningkat perannya dalam akuakultur dan akuaponik. Tilapia dapat menjadi spesies invasif yang bermasalah pada habitat air hangat baru, yang masuk baik disengaja maupun tidak, tetapi umumnya tidak pada iklim sedang karena tidak mampu hidup di air yang dinginnya di bawah 21 °C (70 °F).[2]

Ikan nila, Oreochromis niloticus
Panen tilapia di dunia dalam juta ton sebagaimana dilaporkan oleh FAO, 1950–2009[1]

Sejarah

sunting
 
Makam "Tomb of Nakht", 1500 SM, memuat suatu hieroglif tilapia di atas (sedikit ke kanan) kepala tokoh utama.
Tilapia disebut dengan banyak nama. Pembudidayaan akuatik tilapia sungai Nil sudah dimulai pada zaman Mesir kuno, di mana ikan ini dilambangkan dengan aksara hieroglif Mesir K1,
K1
, pada Daftar Kode Gardiner.

Tilapia adalah salah satu dari tiga jenis ikan utama yang ditangkap pada zaman Alkitabiah di Danau Galilea. Pada waktu itu dikenal dengan nama musht, atau sekarang dengan julukan "Ikan Santo Petrus" ("St. Peter's fish"). Nama ini muncul dari kisah yang dicatat pada Injil Matius mengenai Santo Petrus memancing seekor ikan yang di mulutnya ada sekeping uang bernilai empat dirham untuk membayar bea Bait Allah baginya dan bagi Yesus Kristus, meskipun nas itu tidak menyebut jenis ikannya.[3] Meskipun nama Tilapia juga dipakai untuk menyebut ikan Zeus faber, yang tidak dijumpai di daerah itu, beberapa spesies tilapia (Sarotherodon galilaeus galilaeus dan lain-lain) juga hidup dalam Danau Galilea, di mana kisah dalam Injil Matius itu terjadi. Spesies ini menjadi sasaran peternakan ikan artisan skala kecil di wilayah tersebut selama beribu-ribu tahun.[4][5]

 
Ikan nila, Oreochromis niloticus

Tilapia berciri khas bagian samping yang tertekan tipis dan dalam. Sebagaimana jenis cichlid lain, bagian tulang pharyngeal bawah terpadu menjadi satu struktur gigi tunggal. Suatu kumpulan otot kompleks menggerakkan tulang pharyngeal atas dan bawah menjadi rahang kedua untuk mencerna makanan (bandingkan dengan jenis belut moray), mengizinkan pembagian kerja antara "rahang sejati" (mandible) dan "rahang pharyngeal". Dengan demikian mereka merupakan pemakan yang efisien yang dapat menangkap dan memproses berbagai jenis luas makanan.[6] Mulutnya bersifat protrusible, biasanya dibatasi dengan moncong yang lebar dan sering kali menebal. Rahangnya mempunyai gigi konikal. Secara khas, tilapia memiliki sirip dorsal panjang, dan garis lateral yang sering terputus pada akhir sirip dorsal, serta muncul lagi dua atau tiga baris sisik di bawahnya.[7]

Spesies

sunting

Tilapia merupakan nama umum yang digunakan untuk berbagai jenis cichlid dari tiga genus berbeda: Oreochromis,[8] Sarotherodon[9] dan Tilapia.[10] Anggota-anggota kedua genus lain dulunya termasuk ke dalam Tilapia tetapi kemudian dipisahkan menjadi genus sendiri. Namun, semua spesies masih biasa disebut "tilapia" tanpa memperdulikan nomenklatur taksonomi sesungguhnya. Templat:Common fish

Spesies komersial

sunting

Jenis tilapiine dari Afrika Utara merupakan ikan cichlid komersial terpenting. Tumbuhnya cepat, tahan densitas stoking serta mudah beradaptasi, spesies tilapiine banyak dibudidayakan di berbagai tempat di Asia dan menjadi akuakultur yang semakin umum di tempat-tempat lain.

Spesies tilapia komersial utama
Nama umum Nama ilmiah Panjang
umum
Panjang
umum
Berat
maksimum
Usia
maksimum
Level Trofik Fish
Base
FAO WoRMS IUCN status
Ikan nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) 60 cm cm 4.324 kg 9 years 2.0 [11] [12][13] [14] Not assessed
Ikan nila biru     - Oreochromis aureus
      (Steindachner, 1864)
45.7 cm 16 cm 2.010 kg years 2.1 [15] [16]   Least concern[17]
Hibrida Ikan nila + Ikan nila biru cm cm kg years
Mujair Oreochromis mossambicus (Peters, 1852) 39 cm 35 cm 1.130 kg 11 years 2.0 [18] [19] [20]   Near threatened[21]
Global harvest of tilapia species in million tonnes
as reported by the FAO, 1950–2009 [1]
↑ Wild capture
↑ Aquaculture production

Akuakultur

sunting
 
Ikan nila merah pada percobaan di CLSU, Filipina

Produksi peternakan tilapia adalah sekitar 1.500.000 ton (1.500.000 ton panjang; 1.700.000 ton pendek) setiap tahunnya dengan nilai US$1.8 miliar,[22] hampir setara dengan salmon dan trout.

Bahan makanan

sunting
 
Tilapia Escabeche segar
 
Tilapia Redbelly, Tilapia zilli ("St. Peter's fish"; "Ikan Santo Petrus") disajikan pada sebuah restoran di kota Tiberias, di tepi Danau Galilea.

Seluruh bagian ikan tilapia dapat diproses sebagai makanan[23] menjadi potongan daging ikan (fillet) tanpa kulit, tanpa tulang (Pin-Bone Out, atau PBO): dengan hasil dari 30 persen sampai 37 persen, tergantung dari ukuran fillet dan trim akhir.[24][25] Penggunaan tilapia dalam industri makanan komersial membawa kepunahan garis keturunan murni genetik. Kebanyakan tilapia liar saat ini adalah hibrida dari beberapa spesies. Amerika Serikat menghasilkan 1,5 juta ton tilapia pada tahun 2005, dengan proyeksi 2,5 juta ton pada tahun 2010.[26]

Penggunaan lain

sunting
Tilapia, muda dan dewasa, dari Tamil Nadu

Tilapia menjadi alat kontrol alamiah biologis bagi banyak persoalan tanaman akuatik. Tilapia makan tanaman akuatik yang terapung, misalnya duckweed watermeal (Lemna sp.), banyak tanaman terendam yang "tidak diinginkan" dan kebanyakan bentuk ganggang.[27] Di Amerika Serikat dan negara-negara seperti Thailand, ikan ini menjadi metode terpilih untuk mengontrol jumlah tanaman, mengurangi penggunaan pembasmi ganggang (algaecide) dari jenis bahan kimia berbahaya atau mengandung logam berat. Di Kenya, tilapia membantu kontrol nyamuk yang membawa parasit Malaria. Ikan ini suka makan larva nyamuk, sehingga mengurangi jumlah nyamuk betina, suatu vektor penyakit yang berbahaya.[28]

Tilapia juga merupakan sumber makanan berlimpah untuk para predator akuatik.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Fisheries and Aquaculture Department Statistics". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  2. ^ Fitzssimmons, Kevin. Tilapia: The Most Important Aquaculture Species of The 21st Century. Arizona: University of Arizona. hlm. 4. 
  3. ^ Matius 17:24−27
  4. ^ Baker, Jenny (1988). Simply Fish. London: Faber & Faber. hlm. 197. ISBN 0-571-14966-9. 
  5. ^ Rosencrans, Joyce (2003-07-16). "Tilapia is a farmed fish of biblical fame". The Cincinnati Post. E. W. Scripps Company. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-18. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  6. ^ Loiselle, P.V. (1994). The Cichlid Aquarium. Tetra Press. ISBN 1-56465-146-0. 
  7. ^ Nandlal, Satya (March, 2004). The Potential of Farming Tilapia (oreochromis niloticus) and Freshwater Prawn (Macrobrachium Rosenbergh) in Vanuatu. New Celadonia: Food and Agricultural Organization of United Nations. hlm. 7. 
  8. ^ "Oreochromis". Integrated Taxonomic Information System. 
  9. ^ "Sarotherodon". Integrated Taxonomic Information System. 
  10. ^ "Tilapia". Integrated Taxonomic Information System. 
  11. ^ "Oreochromis niloticus". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. September 2012 version. N.p.: FishBase, 2012.
  12. ^ "Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)". Species Fact Sheet. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  13. ^ "Oreochromis niloticus". Cultured Aquatic Species. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  14. ^ WoRMS. "Oreochromis niloticus". World Register of Marine Species. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  15. ^ "Oreochromis aureus". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. September 2012 version. N.p.: FishBase, 2012.
  16. ^ WoRMS. "Oreochromis aureus". World Register of Marine Species. Diakses tanggal September 2012. 
  17. ^ Herdson D and Priede I (2011). "Oreochromis mossambicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal September 2012. 
  18. ^ "Oreochromis mossambicus". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. September 2012 version. N.p.: FishBase, 2012.
  19. ^ "Oreochromis mossambicus (Peters, 1852)". Species Fact Sheet. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  20. ^ WoRMS. "Oreochromis mossambicus (Peters, 1852)". World Register of Marine Species. Diakses tanggal September 2012. 
  21. ^ Herdson D and Priede I (2011). "Oreochromis mossambicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal September 2012. 
  22. ^ De Silva, S.S; Subasinghe, R.P.; Bartley, D.M.; Lowther, A. (2004). "Tilapias as Alien Aquatics in Asia and the Pacific: A Review". FAO Fisheries Technical Paper - No. 453. [pranala nonaktif permanen]
  23. ^ "Whole Fish to Fillet (HACCP procedures videos of Tilapia fillet processing". Diakses tanggal 2012-09-15. [sumber tepercaya?]
  24. ^ "Different Processing Styles of Tilapia Fillets". Diakses tanggal 2012-09-15. [sumber tepercaya?]
  25. ^ "Title unknown". Tropical Aquaculture Products, Inc. Diakses tanggal 2012-09-15. [sumber tepercaya?]
  26. ^ Wake Forest University Baptist Medical Center (2008, July 10).Popular Fish, Tilapia, Contains Potentially Dangerous Fatty Acid Combination. ScienceDaily. Retrieved July 11, 2008, from www.sciencedaily.com
  27. ^ Cross, John W., Ph.D. "Aquatic Weed Control". The Charms of Duckweed. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-21. Diakses tanggal 2012-09-15. 
  28. ^ Petr, T (2000). "Interactions between fish and aquatic macrophytes in inland waters. A review". FAO Fisheries Technical Papers. 396. 

Pustaka tambahan

sunting

Pranala luar

sunting

Templat:Tilapia Templat:Commercial fish topics