TIji Tibeh adalah semboyan perjuangan Pangeran Sambernyawa yang berarti "mati siji, mati kabeh" (mati satu, mati semua) atau "mukti siji, mukti kabeh" (berjaya satu, berjaya semua). Selain diterapkan dalam bidang kemiliteran atau peperangan, semboyan ini juga diterapkan dalam bidang pemerintahan.[1]

Apabila salah satu orang dalam kelompok mengalami kesulitan, maka semua orang dalam kelompok tersebut akan mengalami kesulitan yang sama pula; apabila salah satu orang dalam kelompok mengalami kebahagiaan, maka semua orang dalam kelompok tersebut juga ikut menikmati kebahagiaan yang sama.[2]

Penerapan

sunting

Dalam peperangan, semboyan Tiji Tibeh diterapkan salah satunya dengan membagi rata harta rampasan perang tanpa memandang status prajurit atau pemimpin.[1] Semboyan ini juga diserukan untuk membakar semangat di medan tempur ketika melawan penjajahan Belanda.[3][4]

Lihat juga

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Mangkoehadiningrat, Soeryo Soedibyo (2011-01-01). Sambernyawa Menggugat Indonesia. GUEPEDIA. ISBN 978-602-97263-5-0. 
  2. ^ M.Pd, Dr Novia Wahyu Wardhani; M.Pd, Dr Sabar Narimo, M. M. (2021-05-25). NASIONALISME MANGKUNEGARA IV. Insan Cendekia Mandiri. ISBN 978-623-348-031-4. 
  3. ^ "Semboyan Tiji Tibeh Pangeran Sambernyawa". SINDOnews.com. 2014-07-19. Diakses tanggal 2021-07-13. 
  4. ^ Mangkunegaran (2017-11-13). "Nilai Kepahlawanan Pangeran Sambernyawa". Puro Mangkunegaran (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-13.