Terakota

warna teracota

Terakota, terracotta, terra cotta atau terra-cotta (dari bahasa Itali berarti "tanah bakar",[1] yang berasal dari bahasa Latin terra cocta) adalah tembikar yang terbuat dari tanah liat,[2] walaupun kata tersebut dapat mengacu terhadap keramik glasir yang memiliki badan berpori dan berwarna merah.[3][4][5][6] Penggunaannya termasuk diantaranya untuk kendi, pipa air dan hiasan permukaan pada konstruksi bangunan, dan termasuk diantaranya patung seperti Pasukan Terakota dan arca terakota Yunani. Istilah ini juga dipergunakan untuk benda yang terbuat dari materi tersebut dan untuk warna naturalnya, coklat dengan sedikit oranye, yang sangat bervariasi. Pada bidang arkeologi dan sejarah seni, terakota sering dipergunakan untuk benda yang dibuat oleh roda pengrajin tembikar, seperti patung, di mana benda tersebut dibuat dari bahan yang sama, dan bahkan oleh orang yang sama, disebut sebagai tembikar.

Kepala dari terakota, diperkirakan dari masa Majapahit
Arca terakota Hanuman dari India. Warna kemerahan tercipta karena adanya besi dioksida yang terdapat di tanah liat. Tanah liat dengan kandungan besi yang rendah dapat mengakibatkan munculnya warna pucat pada saat pembakaran, mulai dari putih hingga kuning.

Pembuatan dan sifat

sunting

Tanah liat yang halus, dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah dikeringkan, karya tersebut diletakkan di dalam tungku, atau diatas api terbuka (api unggun), lalu dibakar. Temperatur pembakaran sekitar 1000 °C. Kandungan besi yang terdapat pada tanah liat, membuat karya tersebut berwarna kuning, oranye, merah, "terakota", merah jambu, abu-abu, atau cokelat. Terakota yang dibakar tidak menjadikannya tahan air. Tetapi penggosokan pada permukaan sebelum dibakar dapat mengurangi tingkat penyerapannya dan terakota tersebut dapat ditambah dengan glasir untuk membuatnya menjadi kedap air. Hasilnya cocok digunakan untuk membawa air (biasanya pada masa dahulu), untuk peralatan perkebunan atau dekorasi bangunan di lingkungan tropis, dan untuk wadah penyimpan minyak, lampu minyak, atau oven. Kebanyakan penggunaan lainnya adalah untuk peralatan makan dan minum, pipa saluran air, atau dekorasi bangunan di lingkungan dingin yang membutuhkan bahan-bahan yang diglasir. Terakota jika tidak retak, akan berdenging jika dipukul perlahan. Beberapa terakota dibentuk dari dasar yang ditambahkan terakota yang didaur ulang ("grog").

Sejarah

sunting
 
Desain terakota di luar Kuil Kantaji.

Terakota digunakan di sepanjang masa untuk memahat dan membuat wadah, dan juga untuk membuat bata dan genteng. Pada zaman dahulu, patung tanah liat yang pertama dikeringkan di bawah sinar matahari setelah dibentuk. Kemudian, patung tersebut diletakkan di abu dari api unggun untuk memperkeras, dan akhirnya mempergunakan tungku, seperti yang digunaan pada tembikar pada saat ini. Namun, hanya setelah pembakaran menggunakan suhu yang tinggi, bahan ini dapat digolongkan menjadi materi keramik.

Dalam Sejarah Seni

sunting
 
Dekorasi bangunan yang diglasir pada Kota Terlarang, Beijing, Cina.

Arca terakota kasar ditemukan oleh para arkeolog pada ekskavasi Mohenjo-daro dan Harappa, yang merupakan dua situs perkotaan besar pada periode Lembah Sungai Indus (3.000 - 1.500 SM), di daerah yang sekarang merupakan bagian dari Pakistan. Termasuk dalam benda yang ditemukan, diantaranya adalah batu berbentuk phallus, yang memberi kesan bahwa terdapat pemujaan terhadap dewa atau dewi kesuburan dan kepercayaan terhadap Dewi Ibu.[7]

Patung masa pre-kolonial Afrika Barat juga terbuat dari terakota.[8] Daerah ini merupakan daerah yang paling terkenal di dunia untuk produksi seni terakota termasuk diantaranya budaya Nok dari Nigeria tengah dan utara, kebudayaan Benin di bagian barat dan selatan Nigeria, dan kebudayaan Igbo di daerah timur Nigeria yang terkenal akan tembikar terakota.

Dalam ilmu kimia

sunting

Dalam ilmu kimia, keping-keping/lembaran terakota digunakan sebagai katalis heterogen untuk memutus alkana rantai-panjang. Proses ini berguna untuk mendapatkan produk-produk yang lebih berguna, seperti bensin atau petrol dari bahan yang kurang berguna semisal alkana rantai panjang berkekentalan tinggi.

Kelebihan dalam pemahatan

sunting

Dibandingkan dengan pemahatan dalam perunggu, terakota memakai cara yang jauh lebih sederhana untuk menghasilkan karya dengan biaya yang jauh lebih rendah. Teknik penggunaan cetakan yang dipakai kembali dapat dipergunakan untuk rangkaian kegiatan produksi. Jika dibandingkan dengan patung marmer dan hasil karya batu lainnya, hasil karya yang telah selesai, jauh lebih ringan dan dapat diglasir untuk menghasilkan produk dengan warna atau ketahanan yag lebih baik.

Warna terakota adalah antara jingga dan coklat.

Terakota
 
      Koordinat warna
Triplet hex#E2725B
sRGBB    (r, g, b)(226, 114, 91)
CMYKH   (c, m, y, k)(0, 44, 53, 11)
HSV       (h, s, v)(10°, 70%, 62%)
SumberDMC Color List
B: Dinormalkan ke [0–255] (bita)
H: Dinormalkan ke [0–100] (ratusan)
Terakota gelap
 
      Koordinat warna
Triplet hex#CC4E5C
sRGBB    (r, g, b)(204, 78, 92)
CMYKH   (c, m, y, k)(0, 49, 44, 20)
HSV       (h, s, v)(354°, 55%, 55%)
Sumber[Tidak ada sumber]
B: Dinormalkan ke [0–255] (bita)
H: Dinormalkan ke [0–100] (ratusan)

Hakikat Ilmu Alloh

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Merriam-Webster.com
  2. ^ OED, "Terracotta"
  3. ^ ‘Diagnosis Of Terra-Cotta Glaze Spalling.’ S.E. Thomasen, C.L. Searls. Masonry: Materials, Design, Construction and Maintenance. ASTM STP 992 Philadelphia, USA, 1988. American Society for Testing & Materials.
  4. ^ ‘Colour Degradation In A Terra Cotta Glaze’ H.J. Lee, W.M. Carty, J.Gill. Ceram.Eng.Sci.Proc. 21, No.2, 2000, p.45-58.
  5. ^ ‘High-lead glaze compositions and alterations: example of byzantine tiles.’ A. Bouquillon. C. Pouthas. Euro Ceramics V. Pt.2. Trans Tech Publications, Switzerland,1997, p.1487-1490 Quote: “A collection of architectural Byzantine tiles in glazed terra cotta is stored and exhibited in the Art Object department of the Louvre Museum as well as in the Musee de la Ceramique de Sevres.”
  6. ^ 'Industrial Ceramics.' F.Singer, S.S.Singer. Chapman & Hall. 1971. Quote: "The lighter pieces that are glazed may also be termed 'terracotta.'
  7. ^ Jacob Neusner, ed. World Religions in America. Louisville: Westminster John Knox Press, 2003.
  8. ^ H. Meyerowitz; V. Meyerowitz (1939). "Bronzes and Terra-Cottas from Ile-Ife". The Burlington Magazine for Connoisseurs 75 (439), 150-152; 154-155.