Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū

Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū (天真正伝香取神道流) adalah salah satu seni beladiri Jepang yang tertua, dan sebuah contoh dari koryū bujutsu. Perguruan Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū didirikan oleh Iizasa Ienao, lahir tahun 1387 di desa Iizasa (sekarang bernama Takomachi, Prefektur Chiba), yang tinggal dekat Kuil Katori (Kota Sawara, Prefektur Chiba) pada saat itu. ryū ini memberikan angka 1447 sebagai tahun berdirinya, tetapi beberapa cendekiawan mengklaim bahwa sekitar tahun 1480 sebagai angka yang secara historis lebih akurat.[1]

Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū
(天真正伝香取神道流)
Foundation
PendiriIizasa Chōisai Ienao (飯篠 長威斉 家直, kira-kira tahun 1387–kira-kira tahun 1488)
Tanggal didirikankira-kira tahun 1447
Periode didirikanPertengahan Periode Muromachi (1336–1573)
LokasiProvinsi Shimōsa
Informasi mutakhir
Ketua sekarangYasusada Iizasa (飯篠 修理亮 快貞 Iizasa Shūri-no-Suke Yasusada, lahir kira-kira abad ke-20)
Markas besar sekarangKatori, Chiba
Seni yang diajarkan
SeniDeskripsi
KenjutsuSeni pedang
IaijutsuSeni mengeluarkan pedang
Ryōtōjutsu (両刀術)Seni menggunakan baik tongkat panjang dan pendek secara bersamaan
BōjutsuSeni tongkat
NaginatajutsuSeni tombak mata golok
SōjutsuSeni tombak
ShurikenjutsuSeni melempar paku
JujutsuSeni beladiri kuncian tanpa senjata
Aliran pendahulu
Tidak ada
Aliran turunan
Nakamura-ryūMeifu Shinkage-ryūShintō Musō-ryūYagyū Shinkage-ryū

Sejarah

sunting

Awal berdiri

sunting

Iizasa Ienao (飯篠 長威斎 家直 Iizasa Chōi-sai Ienao, c.1387–c.1488) adalah ahli tombak dan ahli pedang terhormat yang daimyo atau tuannya digulingkan, mendorong dia untuk melepaskan jabatan dari kediaman klannya untuk melakukan ritual pemurnian dan mempelajari seni bela diri dalam isolasi.

Lahir di desa Iizasa di Provinsi Shimosa dia pindah ketika masih muda ke sekitar Kuil Katori yang terkenal, sebuah gedung Shinto yang terkemuka disebelah timur laut Tokyo yang sekarang masuk kedalam Prefektur Chiba. Kuil Katori menikmati reputasi sebagai tempat bela diri yang cukup besar, bahkan nama dewa Kuil tersebut menjadi nama suara pedang membelah udara - 'Futsu'.

Setelah mempelajari seni berpedang dia pergi ke Kyoto, dimana, menurut banyak pejabat yang berwenang, dia dipekerjakan pada masa mudanya oleh shōgun Muromachi kedelapan, Ashikaga Yoshimasa (1436–1490), penggemar beladiri. Iizasa dikemudian hari dikenal sebagai Yamashiro no kami (gubernur Provinsi Yamashiro) berdasarkan kebiasaan zaman Muromachi dimana samurai-samurai kawakan mengambil gelar dewan yang lama. Masih dikemudian hari Iizasa menjadi biksu Buddha rendahan dan dikenal sebagai Chōi-sai, 'sai' menjadi sebuah karakter yang dipilih banyak ahli pedang terkemuka untuk nama pedang mereka.

Ketika Chōi-sai kembali ke rumah dia berdoa ke baik dewa-dewa Kuil Katori dan Kuil Kashima, yang terakhir disebut adalah kuil terkenal setempat di dekat Prefektur Tochigi ketika pengurus kuil konon melatih sebuah bentuk ilmu berpedang, yang disebut 'hitotsu no tachi' (pedang penyendiri). Bahkan sekarang balai latihan Kuil Kashima Shrine menarik para praktisi Kendō dari seluruh dunia, dan pusat objek kunjungan bagi para pengunjung adalah pedang keramat milik kuil tersebut. Melengkapi keterampilan yang cukup besar dengan berbagai macam persenjataan, Choi-sai juga ahli dalam Muso Jikiden Ryu Yawaragi, memegang posisi kepala perguruan yang ketujuh dalam sejarah ryū tersebut. ('Yawara/yawaragi' adalah istilah lama yang lebih betul dari jūjutsu, pertempuran tanpa senjata, dari periode tersebut)

Menurut legenda pada umurnya yang ke-60 Chōi-sai menghabiskan 1000 hari di Kuil Katori melatih teknik beladiri siang dan malam, sampai kami kuil, Futsunushi no Mikoto (経津主之命), muncul dihadapannya dalam mimpi dan menyerahkan strategi beladiri rahasia dalam bentuk gulungan bernama Mokuroku Heiho no Shinsho. Dia menamakan gaya seni berpedangnya berasal dari mimpi yang ajaib atau Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū, "Surgawi Benar, Gaya yang Diberikan Secara benar dari Jalan Dewa Katori".

Legenda ini merupakan ciri dari seni beladiri ryūha dan juga bentuk budaya lainnya. Pendiri Ryūha sering kali dikaitkan keahlian mereka terhadap ilmu magis yang disebarkan oleh dewa-dewi Shinto atau Buddha, oleh tokoh-tokoh yang telah lama mati seperti Minamoto no Yoshitsune, atau oleh makhluk supranatural legendaris seperti 'Tengu', goblin Jepang yang sering digambarkan mempunyai hidung merah panjang. Ienao meninggal tahun 1488 pada usia 102.

Tenshin Shōden Katori Shintō-ryū milik Iizasa, pada akhirnya mungkin terhubung dengan tradisi suci dari kedua kuil Katori dan Kashima, yang disebarkan melalui keluarganya sendiri.

Catatan

sunting
  1. ^ Perguruan TSKSR sendiri memberikan angka 1387 sebagai tahun kelahiran sang pendiri. Lihat Deity and the Sword, Vol 1 p. 16-17. Watatani (1967) memperkirakan 1417-1420 adalah angka yang secara historis lebih akurat.

Referensi

sunting
  1. ^ Watatani, Kiyoshi (1967). (Zusetsu) Kobudōshi, Tokyo

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Amdur, Ellis (2002). Old School: Essays on Japanese Martial Traditions, Edgework, p. 21-45
  • Draeger, Donn F. The Martial Arts and Ways of Japan series, 3 volumes.
  • Friday, Karl F (1997). Legacies of the Sword, the Kashima-Shinryu and Samurai Martial Culture, University of Hawaii Press, p. 26 & 93, ISBN 0-8248-1847-4
  • Hall, David Avalon. Marishiten: Buddhism and the warrior Goddess, Ph.D. dissertation, Ann Arbor: University microfilms, p. 274-292.
  • Hurst 111, G. Cameron (1998). Armed Martial Arts of Japan, Swordsmanship and Archery, Yale University Press, p. 46-49 & 58, ISBN 0-300-04967-6
  • Mol, Serge (2001). Classical Fighting Arts of Japan, A Complete Guide to Koryu JuJutsu, Kodansha International, p. 43 & 151, ISBN 4-7700-2619-6
  • Otake, Risuke (1977). The Deity and the Sword - Katori Shinto-ryu Vol. 1, Japan, Japan Publications Trading Co. ISBN 0-87040-378-8 (Original Japanese title for all three volumes in this series is Mukei Bunkazai Katori Shinto-ryu)
  • Otake, Risuke (1977). The Deity and the Sword - Katori Shinto-ryu Vol. 2, Japan, Japan Publications Trading Co. ISBN 0-87040-405-9
  • Otake, Risuke (1977). The Deity and the Sword - Katori Shinto-ryu Vol. 3, Japan, Japan Publications Trading Co. ISBN 0-87040-406-7
  • Ratti, Oscar & Westbrook, Adele (1973). Secrets of the Samurai, A Survey of the Martial Arts of Feudal Japan, Charles E. Tuttle Co. ISBN 0-8048-0917-8
  • Skoss, Diane (editor) (1997). Koryu Bujutsu, Classical Warrior Traditions of Japan, Koryu Books, vol 1, ISBN 1-890536-04-0
  • Skoss, Diane (editor) (1999). Sword & Spirit, Classical Warrior Traditions of Japan, Koryu Books, vol 2, p. 67-69. ISBN 1-890536-05-9
  • Skoss, Diane (editor) (2002). Keiko Shokon, Classical Warrior Traditions of Japan, Koryu Books, vol 3, ISBN 1-890536-06-7
  • Sugino, Yoshio & Ito, Kikue (1977). Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu Budo Kyohan (A Textbook of Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu Martial Training; originally published in 1941).
  • Warner, Gordon & Draeger, Donn F. (1982). Japanese Swordsmanship: Technique And Practice, ISBN 0-8348-0236-8
  • Watatani, Kiyoshi (1967). (Zusetsu) Kobudōshi, Tokyo

Pranala luar

sunting