Tempursari, Sidoharjo, Wonogiri

desa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

" DAM CINTA "

sunting

Tempat yang indah satu ini dinamakan "Dam Cinta" entah kenapa bisa dinamakan demikian. Mungkin karena banyaknya pasangan muda - mudi yang datang  saat musim liburan atau saat hari Minggu. Jembatan ini merupakan daya tarik wisata baru di kota Wonogiri karena belum lama diresmikan pada  07/04/2019. Jembatan yang beralamat di Dusun Sengon, Tempursari, Sidoharjo, Wonogiri ini  dikelilingi area persawahan yang dapat memanjakan mata para pengunjungnya. Bila anda ingin sekedar melepas penat atau berfoto selfie, berkunjunglah ke Dam Cinta ini. Disana juga terdapat warung yang menjual aneka jajanan yang penuh dengan kearifan lokal.

Tempursari
Negara  Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenWonogiri
KecamatanSidoharjo
Kode pos
57682
Kode Kemendagri33.12.14.2003  
Luas... km²
Jumlah penduduk3407 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
 Koordinat: 7°52′21″S 111°2′44″E / 7.87250°S 111.04556°E / -7.87250; 111.04556

Tempursari adalah desa di kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

ASAL USUL DESA TEMPURSARI

sunting

Desa Tempursari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, yang mempunyai letak strategis.

Pada tahun 1918 masehi atau 1852 Tahun Jawa bertepatan pada tahun 1340 hijriah, pemerintah Belanda memasang batas desa untuk pembagian jatah tanah kepada penduduk desa dengan melakukan verifikasi tanah. Untuk pembagian tanah tersebut, setiap keluarga mendapatkan jatah tanah perkarangan (p) satu patok, sawah (s) satu patok, dengan tegal (d) satu patok. Pembagian tanah tersebut dilakukan dengan pengundian lotre, penduduk tidak boleh memilih sendiri. Pada saat itulah terjadi gerilya dari bangsa kita yang tidak bermarkas di Desa Bendungan. Pejuang - pejuang nusantara bekerja sama dengan rakyat untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda.

Namun nasib kurang beruntung, adanya markas pejuang gerilya di tempat Lurah Bendungan rupanya tercium oleh pemerintahan Belanda. Markas pejuang gerilya diserbu dan dibakar oleh tentara Belanda. Akhirnya, Lurah Bendungan yang merupakan salah satu pemimpin pejuang gerilya pun ditangkap juga oleh Belanda. Lurah Bendungan akan ditembak oleh Belanda di hadapan penduduk. Tapi apa yang terjadi, saking ampuhnya Lurah Bendungan tersebut, senapan yang akan digunakan untuk menembak tiba tiba macet. Tentara Belanda merasa keheranan terhadap apa yang terjadi. Padahal sebelumnya senapan dalam keadaan yang baik. Kemudian, tentara Belanda mencoba memperbaiki senapan tersebut. Nasib beruntung berpihak pada pejuang gerilya kita, tiba - tiba saja senapan yang sedang di perbaiki itu neletus sehingga mengenai tentara Belanda. Tentara Belanda itu terluka hingga sekarat, kemudian ditandu untuk dibawa ke markas Belanda di Sidoharjo.

Saru bulan kemudian. Lurah Bendungan bernama Bapak Karyodikromo dinobatkan menjadi Kepala Desa Bendungan dengan disaksikan oleh seluruh keluarga se-Desa Bendungan. Dengan demikian, Bapak Karyodikromo resmi menjadi Kepala Desa Bendungan dibantu oleh carik desa yang bernama Carik Putih.

Untuk mengenang jasa para pejuang, sari - sarinya warga Bendungan yang bertempur melawan Belanda, maka diubahnya Desa Bendungan menjadi Desa Tempursari dikandung maksud pertempuran inti pejuang melawan Belanda.

Pada masa kepemimpinan kepala desa Karyodikkromo, warga berkumpul untuk selapanan atau sentral selapanan setiap hari Sabtu Wage. Kehidupan masyarakat Desa Tempursari aman, makmur, dan damai. masyarakat pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan mengandalkan tanah yang subur dan persedian air yang cukup. Hasil pertanian yang dihasilkan biasanya padi dan berbagai jenis palawija. Sebagian masyarakat ada pula yang bermata pencaharian berternak sapi dan berkebun.

Desa Tempursari terdiri dari 11 dusun, yaitu Tempursari, Krawat, Banyuripan, Kebyuk Lor, Kebyuk Kidul, Poncol, Kopen, Banjaran, Sengon, Garon, dan Klampok.