Tarmizi Abbas

Ulama Indonesia

K. H. Tarmizi Abbas (lahir pada tahun 1920-an, meninggal pada tanggal 25 Agustus 1997) adalah seorang ulama dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan pernah menjadi Imam Besar Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin pada tahun 1981 hingga 1998. [1]

Infobox orangTarmizi Abbas
Biografi
Kelahiran1920 dekade Edit nilai pada Wikidata
Kematian25 Agustus 1997 Edit nilai pada Wikidata (67/77 tahun)
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Edit nilai pada Wikidata
Tempat pemakamanMakam Datu Amin Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! Edit nilai pada Wikidata
Imam
Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanulama, Ustadz, Qari' Edit nilai pada Wikidata
Bekerja diMasjid Raya Sabilal Muhtadin Edit nilai pada Wikidata

Kelahiran

sunting

Dia lahir pada tahun 1920-an dari pasangan H. Abbas bin H. Muhammad Saleh dan Hj. Rahmah binti H.Marwan bin Syekh Muhammad Amin Al-Banjari (Datu Amin Benau Anyar), yang berarti dia juga keponakan dari K.H Hasan Mugeni Marwan (qori dari Kalimantan Selatan). Dia juga memiliki saudara yang bernama H. Acil.[2]

Pendidikan

sunting

Dia pernah belajar di madrasah dan Volk School (Sekolah Rakyat) pada tahun 1936, lalu dia belajar ke Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Shaulatiyah di Makkah dari tahun 1938 sampai 1948. Selama di Makkah, dia belajar beberapa cabang ilmu secara formal dan nonformal, yaitu hadis, fikih, ushul fikih, bahasa Arab, dan lain-lain. Beberapa guru-guru yang pernah mengajarinya antara lain Syekh Hasan Mashab, Syekh Umar Hamdan, Syekh Mukhtar Makdum, Sayyid Ahmad, Syekh Muhammad Yusuf, Syekh Hasan Massath, dan lain-lain. Beberapa temannya dari Tanah Banjar saat belajar di Makkah antara lain Syekh Abdul Karim al-Banjari, K.H. Salman Jalil, K. H Semman Mulia, dan lain-lain. Sekembalinya dari Makkah, dia belajar lagi dengan K.H Hasan Mugeni Marwan yang merupana pamannya, dan K.H Muhammad Aini Marwan untuk mempelajari bacaan Al-Quran, seperti tajwid dan makhrajul huruf.[1][2]

Muasabaqah Tilawatil Al-Qur'an

sunting

Di Banjarmasin. banyak qari-qariah senior di Kalimantan Selatan yang memiliki prestasi di Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) belajar kepadanya. Di antaranya Hj. Alfisyah Arsyad, Drs. HM> Djamani, Dra Hj. Wahidah Arsyad, Hj. Siti Aisyah Sanusi, dan lain-lain. Dalam kegiatan belajar-mengajar, biasanya dilakukan di rumahnya dan dapat dilakukan di tempat lain sesuia perjanjian dengan murid-muridnya. Oleh karena itu, dia pernah menjadi Dewan Hakim MTQ dari tahun 1970 hingga 1995, baik tingkat kota, provinsi, maupun nasional.[1][2]

Menjadi Imam Masjid

sunting

Sejak tiba dari Makkah dalam menuntut ilmu sampai menjelang kematiannya hingga tahun 1998, dia aktif sebagai khatib dan mubalig di beberapa masjid di Banjarmasin, terutama Masjid Al-Amin Banua Anyar dan khatib tunggu Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Bahkan yang tidak kalah pentingnya beliau mengabdikan diri sebagai Imam Besar Masjid Raya Sabilal Muhtadin, tepatnya sejak tahun 1981 sampai menjelang kematiannya. Selama menjadi Imam Besar di Masjid Raya, dia sering memanggil para pengurus dan marbot untuk belajar Al-Quran, khususnya surah Al-Fatihah. Selain itu, suaranya saat membaca Al-Quran direkam dan diputar melalui Radio Dakwah Sabilal Muhtadin.[1][2]

Organisasi

sunting

Dia pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Syariah Balikpapan, Ketua Kerapatan Qadhi Besar Banjarmasin, dan Direktur Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP 1946) Banjarmasin.[1] Selain itu, dia aktif di Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ), dan Nahdlatul Ulama (NU) provinsi Kalimantan Selatan.[2]

Kematian

sunting
 
Makam K.H Tarmizi Abbas di daerah Makam Datu Amin di Benua Anyar, Banjarmasin

K. H. tarmizi Abbas meninggal dunia pada tanggal 25 Agustus 1997/ 21 Rabiulawal 1418 Hijriah di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin, Banjarmasin. Jasadnya dimakamkan di samping Makam Datu Amin di Benua Anyar Banjarmasin. Dia meninggalkan istri yang bernama Hj. Nur’ainah binti H.M. Noor Marwan, dan 6 orang anak yaitu: Hj. Miskiah, Drs. H. Misbahul Munir, H. Muhammad Siraj, Muhammad S. Sos, Fuad Syakir, dan Muhammad Surur.[1][2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f Barije, Ahmad (2018). Mengenal Ulama dan Tokoh Banjar. Banjarmasin: CV Rahmat Hafiz Al Mubaraq. 
  2. ^ a b c d e f Tim MUI Kalsel; Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin (2019). Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi). Banjarmasin: Antasari Press. ISBN 9786237665052.