Tari ini berati tarian yang menirukan gerak-gerak binatang memiliki kekuatan magi. Secara lazim disebut magi simpatetis (sympathetic magic). Tari binatang semacam ini mengakibatkan persatuan mistis antara manusia dengan binatang tersebut. Tari binatang totem biasa diadakan untuk upacara inisiasi anak laki-laki. Tari binatang pada umumnya banyak terdapat pada masyarakat yang menggunakan sistem kekeluargaan patrilineal. Selanjutnya, tari binatang merupakan tari yang hampir selalu ada pada setiap suku bangsa.[1]

Tujuan Tari Binatang

sunting

Tarian yang menirukan gerakan binatang lazimnya mmeiliki tujuan.[2] Beberapa tujuan tari binatang ini adalah sebagai sarana untuk mempengaruhi binatang yang diburu, ada yang khusus untuk mendatangkan hujan atau memanggil matahari, ada yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengembangbiakan binatang yang ditiru geraknya (umumnya gerak percintaan) dan mengadakan hubungan mistis antara manusia dengan binatang totemnya. Selanjutnya, terakhir ada manusia-manusia yang berbudaya purba memiliki kepercayaan kepada binatang-binatang tertentu yang dianggap mempunyai hubungan darah dengan mereka.[1]

Beberapa Tari Binatang di Daerah Indonesia

sunting

1. Tari-tarian burung cenderawasih di Irian Jaya. Burung cederawasih merupakan burung yang indah kebanggaan masyarakat Irian Jaya.[2] Dimana para penarinya selalu menempatkan burung atau bulu burung cenderawasih yang telah diawetkan di atas kepala. Ketika mereka menari selalu memperhatikan jangan sampai burung ini jatuh dari kepala. Apabila jatuh, orang yang memakai itu akan mengalami mala petaka yang besar, sebab jatuhnya burung itu berarti penghinaan kepada saudara tua. Tari sepasang burung cenderawasih dimaksudkan untuk mempengaruhi pengembangbiakan burung tersebut sehingga tergolong tarian kesuburan, yaitu kesuburan bagi burung cenderawasih. Burung cenderawasih adalah burung yang indah sekali yang merupakan kebanggaan orang-orang Irian Jaya. Berdasarkan legenda Irian Jaya burung cenderawasih adalah saudara tua dari penduduk lrian Jaya. Dahulu kala ada seorang dewa yang mempunyai anak dua orang; yang tua berwujud burung cenderawasih dan yang muda berupa manusia. Karena adanya legenda ini orang-orang lrian Jaya selalu menghormati burung cenderawasih yang dianggap sebagai saudara tua.

2. Tari ular yang disebut tari sarar, berasal dari daerah Sorong. Tari ini dilakukan oleh penari-penari pria dan wanita berselang-seling. Tari sarar dipimpin oleh kepala suku yang membawa tombak dan parang. Para penari menari sambil berjalan membuat lingkaran berbelok-belok seperti ular. Tari ini juga berfungsi sebagai tari penyambutan, biasanya penyambutan bagi pahlawan-pahlawan yang baru saja pulang dari medan perang. Dalam menari para penari sating bergandengan.

3. Tari kasuari di daerah pegunungan Jayawijaya di Irian Tengah. Tarian ini dilakukan oleh penari-penari pria dan wanita. Para penari mengenakan pakaian yang dibuat dari bulu-bulu burung kasuari sebagai penutup badan bagian bawah, serta penghias lengan mereka.

4. Tari kangguru di daerah Merauke, banyak dilakukan oleh suku-suku pedalaman.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Djamaludin;, SUDARSONO; Atjep. Tari-Tarian Indonesia I (dalam bahasa Indonesia). Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. 
  2. ^ a b Monografi daerah Irian Jaya. Proyek Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980.