Tandjung Sari
Tandjung Sari adalah sebuah hotel butik mewah yang terletak di tepi Pantai Sanur, Bali. Hotel yang dibuka pada tahun 1962 ini sering disebut sebagai sanggraloka pertama yang ada di Bali, serta salah satu hotel butik pertama yang ada di Asia Tenggara. Awalnya dibangun sebagai rumah tinggal pengusaha barang antik Indonesia bernama Wija Waworuntu, dia memutuskan untuk memperluas hotel dan menjadikannya sebagai penginapan bagi wisatawan yang mengunjungi Bali. Sejarah Tandjung Sari melibatkan berbagai arsitek dan pengusaha yang kelak berperan penting di dunia perhotelan Bali.[1]
Tandjung Sari | |
---|---|
Informasi umum | |
Lokasi | Bali, Indonesia |
Alamat | Jl. Danau Tamblingan No.41, Sanur, Denpasar Selatan, Denpasar |
Koordinat | 8°41′20″S 115°15′55″E / 8.68887°S 115.26527°E |
Pembukaan | 1962 |
Pemilik | Aviadi Purnomo Wita Waworuntu |
Desain dan konstruksi | |
Pengembang | Wija Waworuntu Donald Friend |
Informasi lain | |
Jumlah kamar | 31 |
Jumlah rumah makan | 1 |
Situs web | |
www |
Sejarah
suntingWija Waworuntu, seorang pengusaha Indonesia yang lahir dan dibesarkan di Utrecht, berbisnis dalam usaha barang antik setelah dia dan keluarganya pindah ke Jakarta. Bersama dengan istri pertamanya, Judith, Wija membangun sebuah rumah di tepi Pantai Sanur agar dia dapat memantau usahanya lebih dekat. Rumah tersebut menempati sebuah bekas pura bernama Tandjung Sari. Saat itu, Sanur merupakan wilayah yang liar; orang Bali bukanlah orang bahari, dan mereka menganggap laut adalah wilayah terkutuk, sehingga mereka membangun jejeran pura di tepi Pantai Sanur. Tidak ada jalan beraspal yang menghubungkan Sanur dengan Denpasar, dan lebih banyak ditemukan pohon kelapa dan pisang ketimbang bangunan di sana.[1]
Menurut menantunya, Wija merupakan "arsitek alamiah"; meskipun dia tidak memiliki pengalaman dalam merancang bangunan, dia mengawasi pembangunan rumah yang kelak menjadi Tandjung Sari secara pribadi. Arsitek-arsitek Bali yang Wija pekerjakan membangun rumahnya dengan arahan lisan dari Wija, dengan memberatkan arsitektur khas Bali. Tandjung Sari selesai dibangun pada tahun 1962. Meskipun Tandjung Sari pada dasarnya adalah sebuah rumah, Wija kerap mengundang teman-temannya untuk menginap di sana.[2]
Pada tahun 1967, Donald Friend, seorang seniman Australia, mengunjungi Bali dan bermitra dengan Wija. Terinspirasi oleh Tandjung Sari, dia merancang sebuah kompleks vila yang lebih besar, Villa Batujimbar, tidak jauh dari hotel. Friend adalah seorang pengelana dan memiliki banyak teman yang berprofesi sebagai seniman dan arsitek dari seluruh dunia, seperti Geoffrey Bawa dan Peter Muller. Saat Friend mengundang teman-temannya ke Bali, mereka menginap di Tandjung Sari. Adrian Zecha, yang nantinya terkenal karena mendirikan jaringan Regent Hotels dan Aman Resorts, menyebutkan bahwa Tandjung Sari adalah "pusat bersosialisi komunitas orang asing" di Bali. Tokoh-tokoh seperti David Bowie, Mick Jagger, John Lennon, dan Yoko Ono pernah menginap di Tandjung Sari. Bowie sangat terkesan dengan Tandjung Sari sehingga dia merancang vila pribadinya, Mandalay, di Mustique semirip mungkin dengan hotel tersebut, dan dia berpesan dalam wasiatnya bahwa, apabila dia meninggal, jasadnya dikremasi dan abunya ditebarkan di Bali.[1]
Salah satu proyek kerja sama antara Wija dan Friend adalah Hotel Matahari, yang nantinya dibuka pada tahun 1973 sebagai Bali Hyatt (sekarang Hyatt Regency Bali). Hotel tersebut merupakan sanggraloka tepi pantai besar pertama yang ada di Bali, dan dapat dikatakan sebagai penjelmaan Villa Batujimbar dalam skala yang lebih besar. Desain Bali Hyatt berbanding terbalik dengan Bali Beach Hotel, sebuah hotel milik pemerintah yang juga terletak di Sanur, karena hotel tersebut memiliki desain "arus utama" dengan mengambil Gaya Internasional layaknya hotel perkotaan. Kebanyakan hotel-hotel mewah yang dibuka di Bali pada tahun-tahun berikutnya lebih condong ke desain yang dikedepankan oleh Tandjung Sari, sehingga hotel tersebut dapat dikatakan sebagai "nenek moyang" sanggraloka di Bali.[3]
Wija meninggal pada tahun 2001. Kepemilikan Tandjung Sari saat ini berada di tangan Wita Waworuntu, putri Wija dengan istri keduanya, Oemiati "Tatie" Soesetio, bersama dengan suami Wita, Aviadi Purnomo.[2]
Fasilitas
suntingTandjung Sari memiliki kapasitas kamar sebanyak 31, semuanya berbentuk bungalow, dengan 6 tipe berbeda. Hotel ini juga memiliki fasilitas kolam renang, pusat kebugaran, rumah makan, dan akses langsung ke Pantai Sanur. Seperti halnya dengan Aman Resorts, Tandjung Sari terkenal karena standar pelayanan yang sangat tinggi dan penuh perhatian terhadap tamu. Hal ini merupakan perwujudan dari motto Wija Waworuntu, yakni "Hotelku adalah ruang tamuku, tamu-tamuku adalah teman-temanku" (My hotel is my living room, my guests are my friends).[4]
Rujukan
sunting- ^ a b c "Tandjung Sari Part 1: The Old, Flamboyant Sanur". NOW! Bali. 6 Oktober 2017. Diakses tanggal 2 Agustus 2024.
- ^ a b "AVIADI PURNOMO OF TANDJUNG SARI". From Where I Stand. Diakses tanggal 2 Agustus 2024.
- ^ "Designed to Last: Lessons from Bali's Tourism History". NOW! Bali. 1 Februari 2024. Diakses tanggal 2 Agustus 2024.
- ^ "Review: Tandjung Sari Hotel, Sanur, Bali". Jakarta Potato. 3 Maret 2023. Diakses tanggal 2 Agustus 2024.