Taman Korea adalah arsitektur taman yang merefleksikan gaya dan pemikiran Korea.[1][2]

Sebuah taman di Jeju

Sejarah

sunting

Sejarah mengenai taman dalam kehidupan rakyat Korea pertama kali tertulis dalam catatan sejarah Tiga Kerajaan Samguk Yusa namun dengan bumbu-bumbu mistis. Contohnya pada tahun ke-6 masa berkuasanya Raja Dongmyeong (32 SM) di kerajaan Goguryeo terdapat taman istana yang menarik perhatian burung merak dari langit.[1] Pada zaman Baekje, sebuah taman bunga teratai digali di sebelah selatan istana dan air dialirkan dari 4 km jauhnya untuk mengisi kolam tersebut.[1] Sementara di Silla disebutkan kecantikan taman istana di ibu kota Seorabeol menarik perhatian seekor naga.[1]

Konsep

sunting

Taman Korea memiliki kesamaan dengan taman Tiongkok dan Jepang, yaitu sama-sama menerapkan konsep Taoisme.[1] Taman Tiongkok membentuk mikrokosmos, "dunia dalam versi kecil", sementara taman Jepang dibuat dalam bentuk alam secara miniatur.[1] Namun, taman Korea menolak konsep tiruan dan membiarkan alam sebagaimana adanya.[1] Karena lingkungan Korea bergunung-gunung, banyak bebatuan dan sumber air maka elemen dasar untuk menciptakan taman telah terbentuk, sehingga taman diusahakan dalam bentuk yang paling asli.[2] Fondasi pembuatan dengan cara ini telah dipraktikkan sebagai penghormatan terhadap alam.[2]

Taman Korea yang sederhana dan tak dipaksakan, ditanami pohon berdaun lebar dengan sedikit tanaman hijau tahunan di sana-sini agar bisa menampilkan perubahan alam dan harmoni di dalamnya.[2]

Elemen air

sunting

Orang Korea menggunakan elemen air secara bijak dalam kehidupan mereka.[3] Kaum terpelajar pada zaman kuno mencari kedamaian jiwa pada air yang tenang di kolam dan menikmati tanaman yang tumbuh di taman.[3] Mereka senang mendengar suara air dan menyepi untuk menjauhi kehidupan duniawi.[3] Air dijadikan dianggap dapat membersihkan jiwa dan pikiran, sehingga di Korea kata seshim ("membersihkan pikiran") sering dijadikan nama kolam dan pendopo (paviliun).[3] Air yang mengisi bentuk kolam dan di tengahnya dibuat pulau dengan pohon dinamakan chungdo ("bale kambang"), didasarkan dari pemikiran Taoisme, shinson.[3]

Taman-taman dan kolam terkenal

sunting

Taman-taman terkenal Korea banyak yang berasal dari zaman Dinasti Joseon (1392-1910) dan masih dipelihara dengan baik. Berbagai situs taman dari zaman kuno sudah dikonstruksikan kembali menjadi objek wisata, sebagian besar dari situs taman asli Baekje atau Silla yang menampilkan ukuran besar-besar. Beberapa taman terkenal antara lain:

  • Taman Seongnakwon di Seoul. Bergaya Joseon, dibangun pada masa pemerintahan Raja Cheoljong.[4]
  • Taman Soswaewon di Damyang, Jeolla Selatan.[1]
  • Taman Gwanghalluwon di Namwon, Jeolla Utara.[1]
  • Taman Buyong di Bogildo, tempat favorit penyair dari Joseon, Yun Seon-do (1587-1675).[1]
  • Taman Seodong di Buyeo, situs kolam bersejarah Gungnam (Gungnamji) yang dibangun atas perintah Raja Mu.[5]
  • Kolam Anap (Anapji), kolam besar yang dibangun pada tahun ke-4 pada masa pemerintahan Raja Munmu (661-681).[6]
 
Huwon.

Huwon adalah taman yang terletak di bagian belakang Istana Changdeok dan merupakan taman utama bergaya Joseon.[7] Taman ini dipenuhi hutan dan aliran mata air alami walau letaknya tak jauh dari pusat kota Seoul.[7]

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j Korean Cultural Insights. Junggu, Seoul: Korea Tourism Organization. 2009. 
  2. ^ a b c d Choi, Jung-hwa (2007). This is all you everwanted to know about Korea. Seoul: NewRUN. hlm. 162–163. ISBN 89-01-06259-3. 
  3. ^ a b c d e Korean Cultural Heritage, Traditional Lifestyles. Moonhwa Printing. Co, Seoul. 1997. ISBN 89-86090-13-9. 
  4. ^ (Inggris)Seongnagwon (Seongnagwon Garden) Diarsipkan 2009-12-07 di Wayback Machine., jikimi. Diakses pada 21 April 2011
  5. ^ (Inggris)Seodong Park and Gungnamji Pond Diarsipkan 2013-09-14 di Wayback Machine., visitkorea. Diakses pada 21 April 2011
  6. ^ (Inggris)Anapji Pond Diarsipkan 2015-10-17 di Wayback Machine., visitkorea. Diakses pada 21 April 2011
  7. ^ a b Kim, Dong-uk (2006). Palaces of Korea. Seoul: Hollym Corp. hlm. 102–105. ISBN 1-56591-224-1. 

Pranala luar

sunting