Tadukhipa
Tadukhipa, di dalam bahasa Hurri Tadu-Hepa, merupakan putri Tushratta, raja Mitanni (bertahta sek. 1382 SM–1342 SM) dan ratunya, Tushratta dan keponakan Artashumara. Bibi Tadukhipa, Gilukhipa (saudari Tushratta) menikah dengan Pharaoh Amenhotep III pada 10 tahun masa pemerintahannya. Tadukhipa dinikahkan dengan Amenhotep III lebih dari dua dasawarsa kemudian.[1]
Pernikahan dengan Amenhotep III
suntingTidak banyak yang diketahui tentang puteri Mitanni ini. Ia diyakini telah lahir pada sekitar tahun 21 dimasa pemerintahan Pharaoh Mesir Amenhotep III, (sek. 1366 SM). Lima belas tahun kemudian, Tushratta menikahkan putrinya dengan sekutunya Amenhotep III untuk menyemen ikatan kedua negara pada tahun 36 dimasa pemerintahan Amenhotep III (1352 SM). Tadukhipa direferensikan Tushratta di dalam tujuh dari tiga belas Surat Amarna, pada sekitar 1350-1340 SM.[2] Tushratta meminta agar putrinya dijadikan seorang permaisuri, meskipun posisi tersebut dipegang oleh Ratu Tiye.[3] Berbagai hadiah dikirim dari Mesir ke Tushratta termasuk sepasang kuda dan sebuah kereta, yang dilapisi dengan emas dan dihiasi dengan batu-batu mulia, seekor unta yang dihiasi dengan emas dan batu-batu mulia, kain dan pakaian, perhiasan seperti gelang, ban tangan dan ornamen lainnya, pelana untuk kuda dihiasi dengan elang emas, berbagai pakaian dengan warna ungu, hijau dan merah dan satu peti besar untuk menyimpan benda-benda berharga.[4] Sebagai imbalannya, Amenhotep III tidak pernah mengirimkan patung-patung emas yang ia tawarkan dan setelah kematiannya Tushratta mengeluh tentang kurangnya timbal balik.[5]
Pernikahan dengan Akhenaten
suntingAmenhotep III meninggal tak lama setelah Tadukhipa tiba di Mesir dan ia akhirnya menikah dengan putra dan ahli warisnya Amenhotep IV (Akhenaten).[3]
Diidentifikasikan dengan Kiya atau Nefertiti
suntingBeberapa sarjana tentatif mengidentifikasikan Tadukhipa dengan Kiya, seorang ratu Akhenaten.[1] Dikemukakan bahwa kisah Kiya dapat menjadi sumber untuk cerita Kerajaan Baru yang disebut Dongeng Dua Bersaudara. Kisah ini menceritakan tentang bagaimana Firaun jatuh cinta dengan seorang wanita asing yang cantik setelah mencium rambutnya. Jika Tadukhipa kemudian dikenal sebagai Kiya, maka ia akan tinggal di Amarna dimana ia memiliki kerainya sendiri dan digambarkan dengan Firaun dan setidaknya memiliki seorang putri.[6]
Lainnya seperti Petrie, Drioton dan Vandier menyatakan bahwa Tadukhipa diberikan sebuah nama yang baru setelah menjadi permaisuri Akhenaten dan diidentifikasikan sebagai ratu yang terkenal Nefertiti.[6] Teori ini menunjukkan bahwa nama Nefertiti berarti "si cantik telah tiba" dirujuk pada asal Nefertiti sebagai orang Tadukhipa. Seele, Meyer dan lainnya menyatakan bahwa Tey, istri Ay, memegang gelar pengasuh Nefertiti, dan dengan adanya suatu pendapat terhadap identifikasi ini. Seorang puteri yang beranjak dewasa tiba di Mesir tidak membutuhkan seorang pengasuh.[7]
Referensi
sunting- ^ a b Dodson, Aidan and Hilton, Dyan. The Complete Royal Families of Ancient Egypt. Thames & Hudson. 2004. ISBN 0-500-05128-3
- ^ William L. Moran, The Amarna Letters, Johns Hopkins University Press, 1992, EA 23, pp. 61-62
- ^ a b Tyldesley, Joyce. Chronicle of the Queens of Egypt. Thames & Hudson. 2006. p. 124 ISBN 0-500-05145-3
- ^ A. L. Frothingham, Jr., Archæological News, The American Journal of Archaeology and of the History of the Fine Arts, Vol. 8, No. 4 (Oct. - Dec., 1893), pp. 557-631
- ^ Aldred, Cyril, Akhenaten: King of Egypt,Thames and Hudson, 1991 (paperback), ISBN 0-500-27621-8
- ^ a b Tyldesley, Joyce. Nefertiti: Egypt's Sun Queen. Penguin. 1998. ISBN 0-670-86998-8
- ^ Cyril Aldred, The End of the El-'Amārna Period, The Journal of Egyptian Archaeology, Vol. 43, (Dec., 1957), pp. 30-41