Gereja Unifikasi

gereja di Korea Selatan
(Dialihkan dari T’ongil-gyo)

Gereja Unifikasi adalah sebuah gereja gerakan mesianik di Korea yang didirikan oleh Moon Syun Myung.[1][2] Gerakan mesianik ini percaya bahwa pada hari terakhir, Tuhan dari Adven kedua akan datang untuk melengkapi misi Yesus yang belum tuntas.[2][3] Kemudian, Tuhan dari Adven kedua itu akan mendirikan kerajaan surga di bumi ini.[2][3]

Moon Syun Myung dan istri

Proses pendirian T’ongil-gyo

sunting

Moon dilahirkan di Korea Utara, pada tanggal 6 Januari 1920.[1] Menurut Moon, pada saat Paskah tahun 1936, Yesus menampakan diri kepadanya.[1] Yesus mengatakan kepada Moon, bahwa Moon terpilih untuk melengkapi tugas Yesus yang belum selesai di dunia ini.[1] Moon percaya bahwa Yesus Kristus gagal dalam menyelesaikan misi-Nya.[1] Moon mengakui bahwa dirinya mempunyai karunia penglihatan dan spiritual sejak ia lahir.[1] Ia mengaku, sering kali berhubungan dengan Buddha, Khrisna dan Musa.[1] Karena klaim telogisnya ini, pada tahun 1948, Moon diekskomunikasikan oleh gereja Presbiterian di Korea.[1]

Karena diekskomunikasikan oleh Gereja Presbiterian, pada tahun 1954, Moon membentuk T’ongil-gyo.[4] Dalam bahasa Inggris, gereja ini disebut sebagai the Holly Spirit Association for the Unification of World Christianity.[4] Kesempatan kemunculan T’ongil-gyo ini juga turut dirangsang oleh pertikaian teologis yang terjadi pada gereja-gereja di Korea saat itu.[4]

Pada tahun 1957, Moon menulis dan menerbitkan buku yang berjudul Wolli Kagnon (Penjelasan Prinsip Illahi).[5] Isi buku ini adalah penafsiran Moon terhadap Alkitab.[5] Moon menjelaskan bahwa kematian Yesus hanya membawa keselamatan spiritual dan tidak membawa keselamatan jasmani.[5] Ia mengacu Wahyu 7:2 dan menyatakan bahwa dirinya adalah inkarnasi Allah dari Timur (Korea).[5] Moon menganggap seluruh dunia berada di dalam tangannya. Ia menganggap dirinya lebih besar dan lebih mulia dari Yesus.[5]

Menurut Moon, kehidupan rakyat Korea paralel dengan kehidupan bangsa Israel.[1] Bangsa Israel menderita dalam perjalanan di padang gurun selama 40 tahun. Bangsa Korea juga menderita di bawah pemerintahan Jepang selama 40 tahun.[1] Oleh karena itu, cita-cita Moon adalah mendirikan Kerajaan Allah di bumi. Kerajaan Allah ini akan diperintah oleh Moon sendiri.[1]

Perkembangan T’ongil-gyo

sunting

Menurut James, Gereja ini berkembang dengan sangat cepat di Korea Selatan.[5] Pada akhir tahun 1955, sudah ada 30 gereja di Korea Selatan. Pada tahun 1958, gereja ini mengirimkan misionaris ke Jepang.[5] Pada tahun 1959, misionaris dikirim ke Amerika.[5] Pada tahun 1970, pertumbuhan gereja ini di Amerika Serikat sudah sangat pesat.[5] Pada tahun 1994, Gereja ini mengaku bahwa jumlah jemaatnya di Korea mencapai 550.000 orang dengan 1216 pendeta dan 502 gereja lokal.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k Ron Calrson dan Ed Decker, Fast Facts on False Teaching. Oregon: Harvest House Publisher. 1994. 151-152.
  2. ^ a b c Steve Brouwer, Paul Gifford, and Susan D. Rose Exporting the American Gospel: Global Christian Fundamentalism. New York: Routledge. 1996. hlm. 113.
  3. ^ a b Peter B. Clarke. New Religions in Global Perspective: A Study of Religious Change in the Modern World. New York: Routledge. 2006. hlm. 342-348.
  4. ^ a b c (Inggris) Anne Ruck. “Sejarah Gereja Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Hal. 311
  5. ^ a b c d e f g h i j James Huntley Grayson. Korea: A Religious History. London: Routledge Curzon, 2002. Hal. 211