Syaura Qotrunadha
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Syaura Qotrunadha (lahir 1992), atau biasa dikenal dengan nama Syaura, adalah seorang seniman lintas disiplin asal Indonesia. Karyanya banyak menggunakan medium fotografi, seni interaktif, kertas daur ulang, video art, arsip digital, seni instalasi, and materi publikasi.
Syaura Qotrunadha | |
---|---|
Lahir | 1992 Mataram, Nusa Tenggara Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Seniman Visual |
Kehidupan Awal
suntingSyaura lahir di Mataram dengan darah keturunan Sumatra dan Jawa. Ibunya adalah seorang pensiunan arsitek lanskap dan ayahnya adalah instruktur selam.
Memiliki kedekatan yang erat dengan laut dan fotografi, pada tahun 2011 ia sempat melanjutkan studi di Departemen Teknik Mesin jurusan Teknik Perkapalan di Universitas Indonesia, sebelum akhirnya pindah ke Institut Seni Indonesia Yogyakarta [1] pada tahun 2012 untuk menggeluti minatnya di bidang fotografi. Ia lulus kuliah pada tahun 2017.
Karir
suntingSyaura memulai karirnya pada tahun 2014 sebagai fotografer magang di Rolling Stone Indonesia. Pada tahun yang sama pula, ia diundang untuk terlibat di dalam salah satu program residensi yang diadakan oleh Ruang MES 56. Program inilah yang kemudian memperkenalkan dirinya untuk pertama kali dengan komunitas seni kontemporer di Yogyakarta. Beberapa karyannya membahas mengenai musik, sains, sejarah dan permasalahan sosial.
Tahun-tahun berikutnya, ia fokus melanjutkan kuliah sambil merintis karirnya di bidang seni rupa. Beberapa proyek seni yang diinisiasi pada masa tersebut berhubungan erat dengan peristiwa sejarah seperti Lokananta Project (2014-2016)[1], Omitted Narrative, Gathered Memories (2015) bersama Venti Wijayanti dan Agni Saraswati, dan Sambunghambar (2015-2018) bersama Testa Siregar dan kolektif seni di Jakarta, Bandung, dan Bogor. Selain itu, ia juga menjadi pengisi workshop untuk publik di berbagai kesempatan, mempublikasikan komik untuk zine di Kanada, dan aktif memamerkan karyanya di dalam maupun luar negeri.[2][3][4]
Setelah lulus kuliah pada tahun 2017, Syaura bekerja sebagai fotografer dan perancang grafis lepas sambil terus melanjutkan praktik kekaryaannya. Pada akhir 2019, ia memulai kolaborasi bersama A. Semali dan Timothy Satyaabieza untuk menciptakan trilogi video art berjudul Astronaut, Living Area, and Nomad's Land Identity Card (2020), The Fattest Land at the Fair (2020)[5], dan Fluidity of Future Machines (2021).
Referensi
sunting- ^ a b "Merawat Ingatan Bersama Lokananta Project". www.vice.com. Diakses tanggal 2022-04-15.
- ^ Wulandari, Trisna (2016-09-26). "Menyoal Tubuh lewat Perspektif Maskulin". Sarasvati. Diakses tanggal 2022-04-15.
- ^ Foster, Kristina (2021-05-14). "Art prize winners use technology to tackle Southeast Asia's big issues". Financial Times. Diakses tanggal 2022-04-15.
- ^ Agnes, Tia. "Seniman Syaura Qotrunadha Dinominasikan di Penghargaan Seni Media Baru Asia". detikcom. Diakses tanggal 2022-04-15.
- ^ "Exhibited as losers". Inside Indonesia: The peoples and cultures of Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-15.