Sutardji Calzoum Bachri

penyair asal Indonesia

Sutardji Calzoum Bachri (lahir 24 Juni 1941) adalah seorang penyair kontemporer terkemuka Indonesia. Berkat dedikasinya terhadap perkembangan syair di Indonesia, ia dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia dan diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama. Selain itu, ia merupakan pelopor penyair angkatan 1970-an.[1]

Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji Calzoum Bachri pada tahun 2022
Lahir24 Juni 1941 (umur 83)
Indragiri Hulu, Riau, Indonesia
Pekerjaan
Tahun aktif1966—sekarang
Suami/istriMariam Linda
AnakMila Seraiwangi
Karier menulis
Genre
Aliran sastraAngkatan 70
PenghargaanAnugerah Seni Dewan Kesenian Jakarta (1977),
The S.E.A. Write Award (1979), dll

Sutardji juga dikenal dengan ungkapan "Kredo Puisi" yang menyatakan bahwa kata-kata harus terbebas dari pengertian dan beban ide. Kredo Puisi memberikan pemahaman pembaca terhadap karya-karya sajak dan sikap kepenyairannya.[2]

Kehidupan pribadi

sunting

Sutardji adalah anak dari pasangan Mohammad Bachri dan May Calzoum. Ayahnya berasal dari Prembun, Jawa Tengah, sedangkan ibunya berasal dari Tambelan, Kepulauan Riau. Sejak remaja, ayahnya merantau ke Riau dan menetap di sana hingga memperoleh jabatan Ajun Inspektur Polisi, Kepolisian Negara, Kementerian Dalam Negeri. Ia merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara.

Karier

sunting

Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik, jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat menjadi mahasiswa, ia memulai proses kreatifnya di usia dua puluh lima tahun, yaitu pada tahun 1966. Ia mengirimkan sajak dan esai kepada surat kabar dan mingguan yang terletak di Bandung dan Jakarta. Pada tahun 1971, kumpulan puisi pertamanya yang berjudul O dimuat dalam majalah sastra Horison. Lalu pada tahun 1972, kumpulan puisinya yang berjudul Amuk dimuat oleh majalah yang sama. Karya ini berhasil mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta pada 1976/1977.[3]

Pada 30 Maret 1973, Sutardji dikenal dengan "Kredo Puisi" yang menyatakan gagasan dan pemikirannya terhadap kata dan bahasa dalam sajak. Dalam Kredo Puisi tersebut, ia berpendapat bahwa kata-kata harus bebas dalam menentukan dirinya karena kata-kata itu sendiri adalah pengertian. Maka dari itu, kata-kata di dalam sajak Sutardji dapat ditulis sungsang, dipotong, atau bahkan dibalik susunannya. Menurutnya, menulis puisi adalah mengembalikan asal mula kata sebagai mantra. Hal ini memperluas pandangan persajakan Indonesia pada masanya. Manifesto itu diterbitkan di Horison pada Desember 1974.[4]

Pada tahun 1979, ia menerbitkan kumpulan puisi ketiganya yang berjudul Kapak. Ketiga karya kumpulan puisi tersebut digabungkan dan diterbitkan kembali oleh Sinar Harapan dengan judul O, Amuk, Kapak. Selain menulias sajak, ia juga menulis cerita pendek. Salah satunya adalah kumpulan cerpen berjudul Hujan Menulis Ayam yang diterbitkan oleh Indonesia Tera pada tahun 2001. Ia pernah bekerja sebagai redaktur di majalah Horison dan menjadi redaktur senior pada 1966. Selain itu, ia juga bekerja di majalah mingguan Fokus. Setelah berhenti menjadi redaktur di majalah Horison, ia menjadi redaktur rubrik budaya "Bentara" di harian Kompas dan menangani puisi pada tahun 2000 hingga 2002.[5] Pekerjaannya sebagai redaktur di "Bentara" memberinya kesempatan untuk membuat karya esai. Kumpulan esainya yang berjudul Gerak Esai dan Ombak Sajak Anno 2001 dan Hijau Kelon & Puisi 2002 merupakan dua esai yang menjadi pengantar dalam kumpulan puisi "Bentara".[6]

Pada musim panas tahun 1974, Sutardji mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa, Amerika Serikat, sejak Oktober 1974 hingga April 1975.

  • O, kumpulan puisi (Stensilan 1973)
  • Amuk, kumpulan puisi (1973—1976)
  • Kapak, kumpulan puisi (1976—1979)
  • O, Amuk, Kapak, kumpulan puisi (1981)
  • Hujan Menulis Ayam, kumpulan cerpen (2001)
  • Isyarat, kumpulan esai (2007)
  • Atau Ngit Cari Agar, kumpulan puisi (2008)
  • Kecuali, kumpulan puisi (2021)

Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Kolkata, India, 1976), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979).

Empat sajaknya yakni "Shang Hai", "Solitude", "Batu", dan "Tanah Air Mata" diterjemahkan ke bahasa Rusia dan dimuat dalam buku Mencari Mimpi. Puisi Modern Indonesia dalam Terjemahan Victor Pogadaev yang diterbitkan di Moskow pada tahun 2016.[7]

Penghargaan

sunting

Kajian tentang Sutardji

sunting
  • Popo Iskandar. "Sutardji Calzoum Bachri: Potret Seorang Penyair Muda dan Karyanya". Budaya Jaya. Desember 1973
  • Umar Junus. "Misteri dalam Mantra". Budaya Jaya. Januari 1979
  • Dami N. Toda. Hamba-Hamba Kebudayaan. 1984.
  • A. Teeuw. "Terikat dalam Pembebasan Kata" dalam Tergantung Pada Kata. Pustaka Jaya: 1983 (cetakan kedua)[8]

Referensi

sunting
  1. ^ "Artikel "Sutardji Calzoum Bachri" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2021. 
  2. ^ "Artikel "Kredo Puisi" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2021. 
  3. ^ "Artikel "O, Amuk, Kapak" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  4. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 436
  5. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 780
  6. ^ Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Sutardji Calzoum Bachri". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses tanggal 23 Desember 2021. 
  7. ^ В поисках мечты. Современная поэзия Индонезии в переводах Виктора Погадаева. М.: Ключ-С, 2016, с. 34-37 ISBN 978--5-906751-78-3
  8. ^ A. Teeuw. 1983. Tergantung Pada Kata. Pustaka Jaya (cetakan kedua)