Surah Hud

surah ke-11 dalam al-Qur'an

Surah Hud (bahasa Arab: سورة هود, translit. sūrah Hūd, har. 'Hud'),[1] adalah surah ke-11[2] dalam al-Qur'an dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini terdiri dari 123 ayat diturunkan sesudah surah Yunus. Surah ini dinamai surah Hud karena ada hubungan dengan kisah Nabi Hud dan kaumnya dalam surah. terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nuh, Saleh, Ibrahim, Lut, Syuaib, dan Musa.

Surah ke-11
هود
Hūd
KlasifikasiMakkiyah
Juz11-12
Hizb22-24
Jumlah ruku10
Jumlah ayat123
MuqaṭṭaʻātAlif, Lam, Ra
← Yunus
Yusuf →

Ayat 105-112 muncul dalam teks lapisan bawah dari Manuskrip Sana'a.[3]

  • Bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah
    • Perintah menyembah Allah (1–4)
    • Perbedaan sifat-sifat orang kafir dan mukmin (5–11)
    • Kebenaran wahyu (12–24)
  • Kisah Nuh (25–49)
  • Kisah Hud (50–60)
  • Kisah Saleh (61–68)
  • Kisah Ibrahim dan Lut (69–83)
  • Kisah Syuaib (84–95)
  • Kisah Musa (96–99)
  • Pelajaran dari kisah-kisah beberapa Nabi (100–123)

Ayat-ayat penting

sunting

25–49 Kisah Nuh

sunting

Ayat 25–49 mengisahkan Nuh dan kaumnya yang tetap berada dalam kekafiran serta menolak untuk beriman kepada Allah. Kaumnya yang masih bertahan dengan kekafiran akhirnya ditenggelamkan oleh air bah. Sebelum terjadinya air bah, Nuh diperintahkan oleh Allah untuk merakit sebuah bahtera yang akan menyelamatkan orang-orang yang tetap beriman.[4]

50–60 Kisah Hud dan kaum 'Ad

sunting

Ayat 50–60 mengisahkan Hud, yang namanya digunakan dalam surah ini. Ia diutus untuk kaum 'Ad, sebuah suku bangsa yang sudah menyimpang dari ajaran agama yang benar, padahal kaum 'Ad sudah memberikan segala kenikmatan hidup berupa tanah yang subur, air yang melimpah, serta tubuh yang sehat dan kuat. Kaumnya tidak beriman kepada Allah dan Hud; mereka sujud menyembah berhala. Allah mengazab kaum 'Ad dengan bencana kekeringan serta angin topan selama delapan hari tujuh malam sehingga kaum Hud yang masih berada dalam kesombongan dan kekafiran akhirnya musnah.[5]

61–68 Kisah Saleh dan kaum Tsamud

sunting

Ayat 61–68 mengisahkan kaum Tsamud serta nabi yang diutus untuk mereka, Saleh. Saleh berupaya untuk mengingatkan kepada kaum Tsamud untuk menyembah hanya kepada Allah saja, tetapi kaum tersebut tetap mengabaikan dakwah Saleh. Untuk membuktikan keesaan Allah, Saleh memohon sebuah mukjizat kepada Allah, yaitu mengeluarkan seekor unta betina dari sebongkah batu. Akan tetapi mereka berupaya untuk menangkap unta tersebut hingga mereka berhasil membunuhnya. Mereka akhirnya diazab dengan satu suara keras yang mengguntur dari langit.[6]

69–83 Kisah Lut

sunting

Kisah Alkitab Sodom dan Gomora versi Al-Qur'an muncul pada ayat 69–84. Ayat-ayat ini membahas mengenai perilaku homoseksual sebagai sebuah kekejian kaum Lut.

Cerita dimulai ketika Ibrahim dan Sarah memperoleh kabar gembira dari para malaikat tentang kelahiran anak mereka, Ishak dan beberapa tahun kemudian, cucu mereka Yakub.[7] Setelah itu, para malaikat berbincang-bincang dengan Ibrahim dan Sarah bahwa malaikat itu telah diutus kepada nabi Lut beserta kaumnya. Allah memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan perbincangan karena kaum Lut akan segera diazab. Mereka bergegas menemui Nabi Lut.[8]

Malaikat yang datang dalam wujud pemuda yang rupawan itu menemui Lut. Keluarga Lut, kecuali istrinya, diperintah untuk meninggalkan negeri kaum Sodom dan Gomora, karena terus menolak dakwah Nabi Lut. Lut mencoba mengingatkan kaumnya agar mendekati istri-istri mereka dan mengingatkan agar tidak terus-menerus melakukan perbuatan keji tersebut. Karena kaum Lut terus menolak dakwah Lut, Allah menetapkan azab terjadi pada waktu Subuh, dengan hujan batu.[9]

84–95 Kisah Syuaib

sunting

Ayat 85–95 membahas kisah Nabi Syuaib yang diutus untuk penduduk Madyan. Mereka menolak dakwah Nabi Syuaib; kali ini, Syuaib terus mengingatkan kepada kaumnya tentang orang-orang kafir yang hidup di zaman Nuh, Hud, Saleh, dan Lut. Penduduk Madyan menghina dakwah Nabi Syuaib, dan mereka diazab dengan suara keras dan menggelegar (gempa bumi).[10]

41 Bacaan imalah

sunting

Dalam qiraat Imam Ashim riwayat Hafs, ayat 41 dari Surah Hud memiliki bacaan imalah, yakni pada kata مَجْر۪ىٰهَا majrêhā. Imalah berarti "membelokkan" atau "memiringkan", maksudnya adalah "memiringkan" tanda harakat fathah ke harakat kasrah. Maksud dari membaca imalah dalam kata ini adalah untuk membedakan kata tersebut dengan majrāhā yang berarti "berjalan di darat", sedangkan pada konteks ayat ini berarti "berjaalan di laut", atau "berlayar".[11]

Referensi

sunting
  1. ^ Ibn Kathir (d.1373). "Tafsir Ibn Kathir (English): Surah Hud". Quran 4 U. Tafsir. Diakses tanggal 18 December 2019. 
  2. ^ Virginia Hooker; Norani Othman (2003). Malaysia: Islam, Society and Politics. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 211. ISBN 978-981-230-161-1. 
  3. ^ Behnam Sadeghi & Mohsen Goudarzi, "Sana'a and the Origins of the Qu'ran", Der Islam, 87 (2012), 37.
  4. ^ ash-Shallabi, Ali Muhammad (2020). Nuh: Peradaban Manusia Kedua. Diterjemahkan oleh Irham, Masturi; Basarah, Khoeruddin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 208–209. ISBN 978-979-592-901-7. 
  5. ^ Sani & Kadri 2018, hlm. 66-67.
  6. ^ Sani & Kadri 2018, hlm. 84-85.
  7. ^ Ibnu Katsir & Saefulloh MS 2015, hlm. 214-215.
  8. ^ Ibnu Katsir & Saefulloh MS 2015, hlm. 253-254.
  9. ^ Ibnu Katsir & Saefulloh MS 2015, hlm. 255-259.
  10. ^ Ibnu Katsir & Saefulloh MS 2015, hlm. 278-279.
  11. ^ Marzuki & Ummah 2020, hlm. 268.

Daftar pustaka

sunting
  • Marzuki; Ummah, Sun Choirol (2020). Dasar-dasar Ilmu Tajwid. Bantul: Diva Press. ISBN 9786232931459. 
  • Sani, R.A.; Kadri, M. (2018). Hikmah Kisah Nabi dan Rasul. Jakarta: Amzah. ISBN 9786020875408. 
  • Ibnu Katsir; Saefulloh MS (2018). Kisah Para Nabi: Sejarah Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Isa. Jakarta: Qisthi Press. ISBN 9789791303842. 

Pranala luar

sunting


Surah Sebelumnya:
Surah Yunus
Al-Qur'an Surah Berikutnya:
Surah Yusuf
Surah 11