Superstratum Indo-Arya di Mitanni

Beberapa nama dewa, nama tempat, dan istilah di Mitanni yang berbahasa Hurri dianggap sebagai fenomena superstratum yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Indo-Arya, yang menunjukkan bahwa para bangsawan Indo-Arya Kuno pernah menguasai bangsa Hurri selama ekspansi Indo-Arya.

Dalam perjanjian antara bangsa Het dan Mittani (oleh Suppiluliuma dan Sattiwaza, sekitar 1380 SM), dewa Mitra, Baruna, Indra, dan Nasatya (Aswin) diperkenalkan. Catatan pelatihan kuda Kikkuli (sekitar 1400 SM) mencakup istilah teknis seperti aika (eka, berarti "satu" dalam bahasa Sanskerta Weda), tera (tri, berarti "tiga"), panza (pañca, berarti "lima"), satta (sapta, berarti "tujuh"), na (nava, berarti "sembilan"), vartana (vartana, berarti "bundar"). Angka aika berarti "satu" merupakan contoh yang sangat penting karena bukti bahwa ada kontak bahasa dengan Indo-Arya (eka dalam bahasa Sanskerta, dengan kontraksi perubahan bunyi /ai/ menjadi [eː]) yang berlawanan dengan fitur bunyi pada bahasa Indo-Iran atau bahasa Iran awal (yaitu *aiva; bandingkan eva yang berarti "hanya" dalam bahasa Sanskerta) secara umum.[1]

Catatan-catatan kuno menyebut babru(-nnu) (babhru berarti "warna cokelat" dalam Sanskerta), parita(-nnu) (palita, "abu-abu"), dan pinkara(-nnu) (pingala, "merah"). Festival utama mereka adalah perayaan titik balik matahari (vishuva) ang umum di sebagian besar budaya di dunia kuno. Prajurit-prajurit Mitanni disebut marya (bahasa Hurri: maria-nnu), juga istilah untuk prajurit muda dalam bahasa Sanskerta;[2] Kata mišta-nnu (= miẓḍha,~ dalam Sanskerta disebut mīḍha) berarti "pembayaran (untuk menangkap buronan)" (Mayrhofer II 358).

Penafsiran melalui bahasa Sanskerta pada nama-nama Mitanni menjadikan Artashumara (artaššumara) sebagai Arta-smara, berarti "memikirkan Arta/Ṛta" (Mayrhofer II 780), Biridashva (biridašṷa, biriiašṷa) sebagai Prītāśva berarti "kuda yang tersayang" (Mayrhofer II 182), Priyamazda (priiamazda) sebagai Priyamedha berarti "kebijaksanaan yang terhormat" (Mayrhofer II 189, II378), Citrarata sebagai Citraratha berarti "kereta yang bersinar" (Mayrhofer I 553), Indaruda/Endaruta sebagai Indrota berarti "dibantu oleh Indra" (Mayrhofer I 134), Shativaza (šattiṷaza) sebagai Sātivāja berarti "memenangkan harga perlombaan" (Mayrhofer II 540, 696), Šubandu sebagai Subandhu berarti "memiliki kerabat baik" (sebuah nama di Palestina, Mayrhofer II 209, 735), Tushratta (tṷišeratta, tušratta, etc.) sebagai *tṷaišaratha, (Tveṣaratha dalam bahasa Sanskerta Weda) berarti "kereta yang kuat" (Mayrhofer I 686, I 736).

Perbandingan kosakata yang terbukti

sunting

Semua contoh berikut berasal dari Witzel (2001).[3] Untuk pengucapan bunyi yang ditranskripsi dari aksara paku sebagai š dan z.

Nama orang

sunting
Transkripsi aksara paku Penafsiran Padanan dalam Weda Catatan
bi-ir-ya-ma-aš-da Priyamazdha Priyamedha "kebijaksanaan yang terhormat"; /azd(ʰ)/ menjadi [eːd(ʰ)] adalah perkembangan reguler dalam bahasa Sanskerta Weda dan turunannya (bahasa Indo-Arya lainnya dalam cakupan sempit)
bi-ir-ya-aš-šu-wa, bi-ir-da-aš-šu-wa Priyāśva ~ Prītāśva Prītāśva "kuda yang tersayang"
ar-ta-aš-šu-ma-ra Artasmara Ṛtasmara "yang memikirkan Arta/Ṛta"
ar-ta-ta-a-ma Artadhāma(n?) Ṛtadhāman "yang tinggal di Ṛta"
tu-uš-rat-ta, tu-iš-e-rat-ta, tu-uš-e-rat-ta Tvaiša(?)ratha Tveṣáratha "kereta kuda yang kuat"
in-tar-ú-da, en-dar-ú-ta Indrauta Indrota "dibantu oleh Indra"; bunyi /au/ menjadi [oː] adalah perkembangan reguler dalam bahasa Sanskerta Weda; ú secara khusus menunjukkan [u] sebagai lawan bunyi [o]

Nama dewa

sunting

Dari perjanjian Mitanni.

Transkripsi aksara paku Penafsiran Padanan dalam Weda Catatan
a-ru-na, ú-ru-wa-na Varuna Waruṇa
mi-it-ra Mitra Mitra
in-tar, in-da-ra Indra Indra
na-ša-ti-ya-an-na Nasatya(-nna) Nāsatya -nna pada imbuhan akhir tata bahasa Hurri
a-ak-ni-iš Āgnis Agni bukti hanya ditemukan dalam bahasa Het, yang mempertahankan imbuhan akhir nominativus -/s/ dan memperpanjang suku kata yang ditekankan

Pelatihan kuda

sunting

Dari Kikkuli.

Transkripsi aksara paku Penafsiran Padanan dalam Weda Catatan
a-aš-šu-uš-ša-an-ni āśva-san-ni? aśva-sana- "pelatih kuda yang hebat" (Kikkuli sendiri)
-aš-šu-wa -aśva aśva "kuda"; dalam nama-nama orang
a-i-ka- aika- eka "satu"
ti-e-ra- tera- ? tri "tiga"
pa-an-za- pańća- ? pañca "lima"; c dalam Weda tidak afrikat, namun sepertinya afrikat dalam Mitanni
ša-at-ta satta sapta "tujuh"; /pt/ hingga /tː/ adalah inovasi dalam Mitanni atau salah tafsir oleh juru tulis yang merupakan orang Hurri asli (šinti berarti "tujuh" dalam bahasa Hurri)
na-a-[w]a- nāva- nava "sembilan"
wa-ar-ta-an-na vartan(n)a vartana bundar, belok

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Fournet, Arnaud (2010). "About the Mitanni Aryan gods". Journal of Indo-European Studies. 38 (1–2): 26–40. 
  2. ^ Manfred Mayrhofer, Etymologisches Wörterbuch des Altindoarischen, Heidelberg 1986-2000, II 293
  3. ^ Witzel, Michael (2001). "Autochthonous Aryans? The evidence from Old Indian and Iranian texts". Electronic Journal of Vedic Studies. 7 (3): 1–115. doi:10.11588/ejvs.2001.3.830 . 

Daftar pustaka

sunting
  • James P. Mallory. "Kuro-Araxes Culture", Encyclopedia of Indo-European Culture. Chicago–London: Fitzroy Dearborn, 1997.
  • Manfred Mayrhofer. Etymologisches Wörterbuch des Altindoarischen, 3 vols. Heidelberg: Carl Winter, 1992-2001.
  • Manfred Mayrhofer. “Welches Material aus dem Indo-arischen von Mitanni verbleibt für eine selektive Darstellung?”, in Investigationes philologicae et comparativae: Gedenkschrift für Heinz Kronasser, ed. E. Neu. Wiesbaden: O. Harrassowitz, 1982, pp. 72-90.
  • Paul Thieme, The 'Aryan Gods' of the Mitanni Treaties, Journal of the American Oriental Society 80, 301-317 (1960)