Sungai Lamandau

sungai di Provinsi Kalimantan Tengah

Sungai Lamandau adalah sungai di pulau Kalimantan di bagian selatan Kalimantan Tengah, Indonesia.[1][2] Bagian hilir setelah melewati desa Nanga Bulik menjadi Sungai Kotawaringin.[3]

Sungai Lamandau
Sungai Kotawaringin, Lamandau River
Sungai Lamandau dari Jembatan Sei Lamandau di desa Kujan, Kecamatan Bulik
Sungai Lamandau di Kalimantan
Sungai Lamandau
Lokasi mulut sungai
Sungai Lamandau di Indonesia
Sungai Lamandau
Sungai Lamandau (Indonesia)
PetaKoordinat: 2°51′20″S 111°43′14″E / 2.85556°S 111.72056°E / -2.85556; 111.72056
Lokasi
Negara Indonesia
Ciri-ciri fisik
Hulu sungai 
 - lokasiKalimantan Tengah
Muara sungaiLaut Jawa
 - lokasiKumai, Kotawaringin Barat
Panjang300 km (190 mi)
Informasi lokal
Zona waktuWIB (UTC+7)
GeoNames1638633

Kota kuno Kotawaringin terletak di lembah yang dibentuk oleh aliran sungai dan anak sungainya berikut daerah pertambangan emas dan batu permata. Di hulu anak sungai lembah Sungai Arut kota Pangkalan Bun berkembang di tepiannya.

Hidrologi

sunting

Sungai Lamandau mengalir di bagian selatan Kalimantan Tengah, melintasi Pangkalan Bun, bermuara ke Laut Jawa di dekat Kumai pada koordinat 2°51′20″S 111°43′14″E / 2.85556°S 111.72056°E / -2.85556; 111.72056. Anak sungai utamanya, Sungai Kotawaringin  dikenal dengan nama ini setelah pertemuan di bawah desa Nanga Bulik. Anak sungai lain termasuk Sungai Arut, di mana hulunya mencapai lokasi kota Pangkalan Bun. Sementara hilir sungai melintasi daerah yang padat penduduknya, bagian hulu memiliki kawasan hutan bersambungan yang merupakan habitat Orangutan.[3] Kota Kotawaringin di sebelah barat Sungai Lamandau adalah ibu kota kuno dari suatu Kesultanan[4] Sejumlah anak sungai lainnya adalah Sungai Bulik, Sungai Samaliba, Sungai Sebelimbingan, dan Sungai Dawak.

Daerah resapan Sungai Lamandau terdiri dari distrik barat Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Kotawaringin Barat memiliki populasi 200.000 orang yang meliputi orang Dayak Tuman (sekitar 33%) yang beragama Kristen. Ibu kota kabupaten ini adalah Pangkalan Bun, yang memiliki suatu sub-distrik, daerah tradisional  Dolang, dekat dengan kota Kundangan di mana 7000 orang Dayak berdiam di sekitar 100 rumah adat "rumah panjang" yang tersebar di 19 desa.[5]

Kota Pangkalan Bun adalah kota di tepi air, yang memiliki pabrik kayu lapis. Ketenarannya adalah karena tambang terdekat di mana emas dan batu kecubung digali. Untuk mendukung kegiatan penambangan ini, beberapa toko yang menjual diesel set untuk digunakan dalam pertambangan telah didirikan. Lain spin-off dari tambang adalah pembentukan sejumlah toko permata di kota. Barang yang sangat populer dijual adalah satu set lima batu keberuntungan terdiri dari batu ametis berwarna gelap, yang telah dipoles dan dibuat berkilau untuk dijual.[6]

Geografi

sunting

Sungai ini mengalir di wilayah tengah selatan pulau Kalimantan yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[7] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Januari, sekitar 22 °C.[8] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2778 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah November, dengan rata-rata 386 mm, dan yang terendah September, rata-rata 66 mm.[9]

Sungai Lamandau
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
198
 
24
21
 
 
270
 
26
21
 
 
305
 
24
23
 
 
339
 
25
22
 
 
282
 
26
23
 
 
207
 
25
22
 
 
118
 
25
21
 
 
132
 
26
21
 
 
66
 
26
22
 
 
147
 
27
22
 
 
386
 
24
22
 
 
329
 
24
21
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: [8]

Orang-orang di lembah

sunting

Lembah sungai ini dihuni oleh masyarakat Dayak, khususnya Tumon di hulu sungai. Sungai ini populer dengan turis yang melakukan perjalanan di sepanjang sungai dengan speedboat dan perahu tradisional klotok  untuk mengunjungi dan melihat pengalaman kehidupan orang Dayak. Pengaruh Buddha juga ditelusuri di lembah Sungai Lamandau di Kotawaringin. Patung Buddha dengan nama allah Dewata atau Mahatara telah ditemukan di sini.[10]

Pertanian

sunting

Banyak tanah antara Sungai Jelai-Bila dan Sungai Lamandau ini dikembangkan untuk pertanian.

Suaka Margasatwa Sungai Lamandau

sunting
 
Orangutan kalimantan

Sungai ini mengalir melalui 76,000-hektar Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (Lamandau River Wildlife Reserve), di hutan primer di Kalimantan, yang memiliki banyak spesies yang terancam punah seperti orangutan Kalimantan. Eksploitasi manusia di daerah tersebut telah menyebabkan pencemaran Sungai Lamandau dari penambangan emas dan zirkon, penebangan liar dan deforestasi skala besar untuk membuat perkebunan kelapa sawit. Namun, kampanye kesadaran telah diprakarsai oleh LSM untuk melestarikan Orangutan di taman dan juga memperkenalkan praktik-praktik pertanian yang kompatibel dengan tindakan pelestarian hutan.[11]

Di dalam taman, ada dua perkemahan (camp) yaitu, Perkemahan Siswoyo dan Perkemahan I, yang dikelola oleh Orangutan Foundation International (OFI). Terletak dekat dengan Pangkalan Bun dan Pasir Pajang, di perbatasan timurnya. Infrastruktur fasilitas di kamp-kamp ini telah diperbaiki di sini sejak September 2003, dengan dana yang disediakan oleh Orangutan Foundation, Britania Raya. Pos jaga juga telah dibentuk untuk mencegah serangan ke hutan atau ke sungai oleh para penebang liar yang di masa lalu telah mengakibatkan kerusakan skala besar  hutan di wilayah tersebut.[12]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Rand McNally, The New International Atlas, 1993.
  2. ^ Sungai Lamandau at Geonames.org (cc-by); Last updated 2012-01-17; Database dump downloaded 2015-11-27
  3. ^ a b H. D. Rijksen, E. Meijaard (1999). Our vanishing relative: the status of wild orang-utans at the close of the twentieth century. Springer. hlm. 209–210. ISBN 0-7923-5754-X. 
  4. ^ Dalton, Bill (1992). Indonesia. Passport books. hlm. 279. ISBN 0-8442-9692-9. Diakses tanggal 2010-11-01. 
  5. ^ "Travel New asphalt and old totems". Discover Indonesia Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-13. Diakses tanggal 2010-11-01. 
  6. ^ Backshall, Stephen (2003). The Rough Guide to Indonesia. The Rough Guide to Indonesia. hlm. 825. ISBN 1-85828-991-2. Diakses tanggal 2010-11-01. 
  7. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. 
  8. ^ a b "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-07. Diakses tanggal 2018-12-11. 
  9. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2018-12-11. 
  10. ^ Brown, Alfred Reginald Radcliffe-; Raymond Firth; Adolphus Peter Elkin (1946). Oceania: a journal devoted to the study of the native peoples of Australia, New Guinea, and the islands of the Pacific Ocean, Volumes 16-17. University of Sydney. hlm. 95. Diakses tanggal 2010-01-01. 
  11. ^ "Support sustainable forest management in Borneo". National Geographic Global Action Atlas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-18. Diakses tanggal October 30, 2010. 
  12. ^ "Lamandau Nature Reserve: An Orangutan Release Site". Orangutan Foundation International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-26. Diakses tanggal 2010-11-01. 

2°51′20″S 111°43′14″E / 2.85556°S 111.72056°E / -2.85556; 111.72056