Sungai Gajahwong
Sungai Gajahwong (bahasa Jawa: ꦏꦭꦶꦒꦗꦃꦮꦺꦴꦁ, translit. Kali Gajahwong) adalah sebuah sungai yang membelah Kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai ini merupakan ekosistem perairan yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, peruntukkannya dikategorikan ke dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum yang harus diolah terlebih dahulu.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10]
Sungai Gajahwong ꦏꦭꦶꦒꦗꦃꦮꦺꦴꦁ | |
---|---|
Peta OpenStreetMap
| |
Etimologi | Gajah + Wong (gajah dan orang) |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Daerah istimewa | Daerah Istimewa Yogyakarta |
Kabupaten/Kota | Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | Gunung Merapi |
- lokasi | Kabupaten Sleman |
Muara sungai | Kali Opak |
- lokasi | Kabupaten Bantul |
- koordinat | 7°52′34″S 110°23′43″E / 7.876004°S 110.395157°E |
Panjang | 22,81 kilometer (14,17 mi) |
Etimologi
suntingDari cerita rakyat yang turun-temurun di kalangan masyarakat Yogyakarta, sungai ini dahulu menjadi tempat memandikan gajah milik Kesultanan Mataram.[11]
Kisah bermula ketika seorang pawang gajah bernama Ki Sapa Wira rajin memandikan gajah milik Kesultanan Mataram di sungai ini. Gajah tersebut didatangkan dari Siam (Thailand) dan diberi nama Kyai Dwipangga.[11]
Ketika tangan Ki Sapa Wira merasa sakit, ia digantikan oleh adik iparnya Ki Kerti Peyok. Karena tidak memiliki pengalaman untuk merawat gajah, Ki Sapa Wira memberi kiat khusus untuk merawat gajah tersebut. Ki Kerti Peyok akhirnya berhasil memandikan gajah tersebut berkat kiat yang diberikan.[11]
Namun pada suatu hari, sungai berada dalam situasi surut sehingga Ki Kerti Peyok memilih memandikannya di bagian hilir sungai ini. Tiba-tiba banjir bandang dari arah hulu melanda sungai tersebut dan menghanyutkan gajah dan orang tersebut sampai Laut Selatan. Untuk mengenang keduanya, sungai tersebut diberi nama "Gajahwong" oleh Sultan Agung.[11]
Lihat pula
suntingRujukan
sunting- ^ "Tak Kalah dengan Jepang, Ribuan Ikan Ada di Kali Gajah Wong". Tempo. Diakses tanggal 22 Januari 2022.
- ^ "Serunya Susur Sungai Gajah Wong dengan Perahu Wisata". Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta. Diakses tanggal 22 Januari 2022.
- ^ "Baznas Yogyakarta Berdayakan Warga Bantaran Sungai Gajah Wong". Republika. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Kali Gajah Wong: Dulu Banyak Sampah, Kini Jadi Lokasi Wisata Murah Meriah". Harian Jogja. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Makna Larung Kali di Sungai Gajah Wong Yogyakarta dalam Peringatan Sumpah Pemuda". Liputan 6. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Warga Pinggir Kali Gajah Wong Kelola Sampah Rumah Tangga Jadi Tabungan Hari Raya". Merdeka. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Sungai Gajah Wong Kini Bersih dan Asri". Koran Bernas. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Pemkab Bantul Segera Menangani Talud Sungai Gajah Wong yang Longsor". Info Indonesia. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Kawasan Sungai Gajah Wong Dikembangkan Jadi Spot Wisata". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ "Taman Gajah Wong Terdampak Longsor". Radar Jogja. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
- ^ a b c d "Cerita Rakyat Yogyakarta, Asal Usul Kali Gajah Wong". I-News Yogyakarta. Diakses tanggal 21 Januari 2022.
Daftar pustaka
sunting- Ahdiaty, Rahmi; Fitriana, Dewi (2020). "Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota Yogyakarta". Indonesian Journal of Chemical Analysis. 3 (2). ISSN 2622-7126.
- Riswanto, Florentinus Dika Octa, dkk (2017). "Kualitas Air Sungai Gajah Wong Ditinjau dari Penghambatan Enzim Asetilkolinesterase". Jurnal Manusia dan Lingkungan. 24 (2). ISSN 2460-5727.