Sumberwringin, Klakah, Lumajang

desa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur


Sumberwringin adalah desa di Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa ini merupakan salah satu dari desa-desa yang berada di kabupaten Lumajang yang sebagian besar dihuni oleh etnis atau suku Madura, lebih tepatnya merupakan subsuku Madura Pendalungan. Desa ini menjadi salah satu desa yang berada di bawah kaki Gunung Lemongan yang berlokasi di sebelah utara Lumajang.

Sumberwringin
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenLumajang
KecamatanKlakah
Kode pos
67356
Kode Kemendagri35.08.19.2004 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3508190004
Luas9,64 km² atau 964 ha
Jumlah penduduk3009 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Situs webhttps://www.sumberwringin-klakah.lumajangkab.go.id/
Peta
PetaKoordinat: 8°0′48″S 113°17′39″E / 8.01333°S 113.29417°E / -8.01333; 113.29417

Etimologi

sunting

Sumberwringin sendiri berasal dari 2 (dua) kata, yakni "Sumber" dan "Wringin" yang berarti sumber mata air di bawah pohon beringin. Penamaan ini tidak terlepas dari keberadaan Mbah Bujuk Brenthi. Sosok tersebut diyakini oleh masyarakat setempat sebagai pendiri (founding father) dari Desa Sumberwringin.

Sejarah Penamaan Desa

sunting

Alkisah, pada zaman penjajahan Belanda, wujud dan nama Desa Sumberwringin belum terbentuk. Pada suatu saat, kaum kolonialis Belanda tengah mengadakan pelatihan militer (pelatihan baris berbaris dan pelatihan berperang) tepatnya di jalan menuju Ranu Lading yang berada di sebelah timur laut desa. Pada saat melakukan pelatihan, seringkali mereka berteriak keras dan terdengar suara tembakan dari mereka. Hal ini mengundang perhatian orang-orang di sekitar sembari mereka bersembunyi. Akan tetapi, terdapat seseorang yang memberanikan diri melihat secara langsung pelatihan militer yang dilakukan oleh Belanda tersebut.

Mengetahui hal tersebut, pada saat itu, komandan barisan tentara Belanda tercengang dan memberikan aba-aba “Berhenti” secara serentak. Kata “berhenti” sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia (masih disebut sebagai bahasa Melayu pada saat itu). Sementara itu, hanya sebagian dari tentara Belanda yang memahami kata tersebut.

Ketika pasukan Belanda yang sedang melakukan latihan itu berhenti, ada salah satu di antara tentara Belanda memanggil orang yang tengah berdiri tegak dengan tanpa rasa takut itu pun dengan nama “Brenthi” (dengan aksen/logat khas Bule yang bagi orang Madura disebut "Loklak" dan "Pelo" menurut orang Jawa). Orang tersebut dikenal sebagai Mbah Sejulung dan pada akhirnya menyandang julukan “Bujuk Brenthi”. Kata “Bujuk” sendiri merujuk kepada bahasa Madura dari kata “Mbah” atau orang yang sangat tua dan dituakan dalam silsilah keluarga. Secara konteks sosial, “Bujuk” dapat diartikan sebagai orang yang dituakan dan yang patut dituruti segala nasihat dan arahannya.

Mbah Sejulung atau Bujuk Brenthi juga disebut sebagai pembabat (pionir/pendiri) desa ini. Hal ini lantaran Bujuk Brenthi sendirilah yang telah menemukan danau yang sumber mata airnya berada di bawah pohon beringin. Dengan begitu, Bujuk Brenthi menyebut wilayah cikal bakal desa ini dengan sebutan “Sumberwringin” atau dapat dimaknai sebagai “Sumber Beringin” dalam bahasa Indonesia yang berarti sumber mata air di bawah pohon beringin.

Komoditas

sunting

Desa Sumberwringin sendiri memiliki beberapa komoditas yang menjadi penunjang perekonomian masyarakat desa. Komoditas unggulan di sektor pertanian yang dapat dihasilkan dari desa ini antara lain tanaman kopi, kapulaga, kelapa, dan kayu sengon. Sementara itu, komoditas primadona lainnya di sektor peternakan dari desa ini di antaranya kambing dan domba.

Desa Sumberwringin dianugerahi dengan bentang alam yang mempesona. Di antaranya seperti Ranu Lading dan Ranu Wurung. Ranu Lading sendiri merupakan salah satu danau atau orang Lumajang menyebutnya sebagai "ranu" yang terletak di Kecamatan Klakah. Klakah sendiri sebenarnya telah dikenali sebagai wilayah yang memiliki "Segitiga Ranu" atau "The Triangle of Lakes" yang merupakan garis khayal yang terbentuk dengan menarik garis antara 3 ranu terkenal di Kecamatan Klakah, Lumajang. Ranu tersebut yakni Ranu Klakah, Ranu Pakis, dan Ranu Bedali.

Ranu Lading

sunting
 
Pemandangan Rumah Apung beserta Tambak Ikan yang Berada di Tengah Ranu Lading, Desa Sumberwringin

Ranu Lading ini terletak di kawasan timur laut desa dan berdekatan dengan perbatasan antara Desa Sumberwringin dan Desa Papringan. Secara administratif, ranu ini masuk ke dalam Dusun Ranulading yang bersamaan dengan RW 4. Ranu ini berada persis di bawah kaki Gunung Lemongan. Di sekitar ranu ini, terdapat juga bangunan peninggalan Belanda yang oleh warga sekitar disebut sebagai "loji" yang masih terawat hingga kini. Akses untuk menuju ke Ranu Lading ini dapat ditempuh dari berbagai arah, baik dari Desa Sumberwringin dan Desa Papringan di Kecamatan Klakah maupun Desa Salak di Kecamatan Randuagung (sebelah timur). Letak ranu ini sendiri berkisar sejauh 25-30 km dari pusat kota Kabupaten Lumajang yang berada di bagian utara dari pusat kota dari kabupaten.[1]

 
Pemandangan Ranu Lading secara Keseluruhan

Di tengah ranu ini, terdapat tambak ikan yang digunakan warga sebagai tempat pembudidayaan ikan. Tambak ikan tersebut juga disertai dengan rumah apung sebagai tempat persinggahan tatkala berada di tambak tersebut. Untuk menuju ke sana, warga setempat memanfaatkan rakit bambu sebagai transportasi dari pinggiran ranu. Warga setempat melakukan pembudidayaan ikan-ikan seperti mujair di tambak tersebut.

Ranu Wurung

sunting

Ranu Wurung ini terletak di kawasan selatan desa dan berdekatan dengan perbatasan antara Desa Sumberwringin dan Desa Ranuwurung yang sudah memasuki wilayah Kecamatan Randuagung. Asal nama Ranu Wurung berangkat dari bahasa Jawa yang terdiri atas 2 (dua) kata, yakni "Ranu" dan "Wurung" yang berarti "danau yang gagal/urung terbentuk". penampakan alam dari Ranu Wurung sendiri merupakan hamparan sawah yang di sisi utaranya terdapat sumber mata air yang mengalir ke selatan. Sumber mata airnya ini sendiri dimanfaatkan sebagai sumber aliran irigasi sawah yang ada di Ranu Wurung sebagai sumber air bersih oleh desa tetangga yang namanya diambil dari wilayah tersebut, yakni Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung.

Geografi

sunting

Batas Wilayah

sunting

Desa Sumberwringin merupakan desa yang berada di daerah ujung timur dari wilayah Kecamatan Klakah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Randuagung di sisi timur dan selatannya. Beberapa desa yang bertetangga dengan Desa Sumberwringin sebagai berikut.

Utara Desa Papringan (Kecamatan Klakah)
Selatan Desa Ranuwurung (Kecamatan Randuagung)
Timur Desa Salak (Kecamatan Randuagung)
Barat Desa Duren (Kecamatan Klakah)

Koordinat Wilayah

sunting

Secara astronomis, Desa Sumberwringin berkedudukan di antara garis lintang yang berkoordinat di kisaran 8°01’13,17” LS dan di garis bujur yang berkoordinat di kisaran 113°30’19,72” BT.

Garis Lintang (Latitude) 8°01’13,17” LS
Garis Bujur (Longitude) 113°30’19,72” BT

Pemerintahan

sunting

Daftar Kepala Desa

sunting
Kepala Desa Sumberwringin
 
Badge Kepala Desa Sumberwringin
Petahana
KASIM

sejak 2020
Dibentuk1935
Pejabat pertamaSARPUYA

Desa Sumberwringin layaknya desa pada umumnya dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Warga setempat kerap kali menyebutnya sebagai "Pak/Bu Inggih" untuk merujuk kepada kepala desa petahana atau kepala desa yang sedang berkuasa. Sebenarnya, Desa Sumberwringin sebelumnya dipimpin oleh tokoh ulama. Namun, hal tersebut berubah tatkala rezim kolonial Hindia Belanda meresmikan pemerintahan desa secara formal. Berikut daftar Kepala Desa Sumberwringin sejak pembentukan formal pertama kali pada 1935 di zaman rezim Hindia Belanda hingga kini.[2]

Kepala Desa Masa Jabatan Foto
Awal Tugas Purna Tugas
Hindia Belanda  
SARPUYA 1935 1942 -
Ky. HAYADIN 1942 1944 -
SINGO REJO 1944 1945 -
Republik Indonesia  
SINGO REJO 1945 1989 -
MISNADI 1990 1998 -
ROHMAN 1999 2013 -
SIDIN 2014 2016 -
YUHEMI 2016 2019 -
KASIM 2020 Petahana
 

Pembagian Administrasi

sunting

Desa Sumberwringin terdiri atas 4 dusun sekaligus RW yang wilayah yurisdiksinya saling bertumpang tindih dan 24 RT yang tersebar di setiap dusun tersebut. Daftar dusun yang wilayahnya sekaligus RW dan RT di Desa Sumberwringin sebagai berikut.[2]

Dusun RW Jumlah RT Daftar RT
Krajan 1 RW 1 5
  • RT 1
  • RT 2
  • RT 3
  • RT 4
  • RT 5
Krajan 2 RW 2 6
  • RT 1
  • RT 2
  • RT 3
  • RT 4
  • RT 5
  • RT 6
Sumur RW 3 7
  • RT 1
  • RT 2
  • RT 3
  • RT 4
  • RT 5
  • RT 6
  • RT 7
Ranulading RW 4 6
  • RT 1
  • RT 2
  • RT 3
  • RT 4
  • RT 5
  • RT 6

Demografi

sunting

Suku Bangsa

sunting

Desa Sumberwringin sebagian besar dihuni oleh subsuku Madura Pendalungan. Subsuku ini merupakan bagian dari suku Madura yang mendiami wilayah di kawasan timur dari Jawa Timur yang disebut sebagai wilayah Tapal Kuda (bahasa Madura: Pendalungan; bahasa Jawa: Bang Wetan). Selain itu, suku bangsa lainnya yang menghuni Desa Sumberwringin yaitu suku Jawa dengan subsuku Jawa Arekan yang tersebar dari kawasan Surabaya Raya hingga eks-Karesidenan Malang (kini masuk ke dalam kawasan metropolitan Malang Raya dan sebagian Tapal Kuda). Adapun keberadaan suku Jawa di desa ini merupakan minoritas.[2]

Distribusi Penduduk

sunting

Berikut rincian distribusi penduduk Desa Sumberwringin berdasarkan dusun yang bertumpang tindih dengan RW dan RT yang dihuni.[2]

Dusun RW RT Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

Jumlah

Keluarga (KK)

Krajan 1 1 1 81 86 167 47
2 65 72 137 44
3 76 77 153 44
4 41 36 77 24
5 68 72 140 40
Jumlah (Jiwa) 331 343 674 199
Krajan 2 2 1 68 71 139 51
2 80 83 163 41
3 35 37 72 20
4 68 67 135 40
5 48 47 95 25
6 41 56 97 33
Jumlah (Jiwa) 340 361 701 210
Sumur 3 1 91 90 181 55
2 63 59 122 33
3 66 65 131 40
4 53 63 116 31
5 42 46 88 26
6 39 37 76 23
7 33 41 74 24
Jumlah (Jiwa) 387 401 788 232
Ranulading 4 1 56 72 128 40
2 70 77 147 46
3 61 79 140 44
4 95 108 203 56
5 65 82 147 39
6 38 43 81 23
Jumlah (Jiwa) 385 461 846 248
Total Keseluruhan 3009 Jiwa 889 KK

Bahasa

sunting

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Sumberwringin merupakan bahasa Madura dialek Tapal Kuda atau Pendalungan. Meskipun demikian, sebagian masyarakat Desa Sumberwringin juga menggunakan bahasa Jawa dialek Arekan sebagai basantara (lingua franca) kepada masyarakat Lumajang non-Madura. Kendati bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi nasional, beberapa warga Sumberwringin masih cenderung menjadi penutur pasif bahasa Indonesia (hanya bisa mendengarkan sementara kurang lancar untuk menuturkan).[2]

Agama dan Kepercayaan

sunting

Mayoritas warga Desa Sumberwringin memeluk agama Islam bermazhab Sunni yang cenderung taat. Hal tersebut tidak bisa terlepaskan dari kebudayaan Madura yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma Islam. Dalam kepercayaan mereka, mereka meyakini hari Jumat Legi sebagai hari Jumat yang keramat yang di dalamnya mereka melakukan amalan dan tradisi seperti berziarah ke makam Bujuk Brenthi sembari menyelenggarakan pagelaran wayang semalam suntuk, berziarah ke makam keluarga dan sanak saudara, hingga mengadakan pengajian. Meskipun Islam mendominasi, terdapat warga Sumberwringin yang memeluk Kekristenan sebagai agamanya. Mereka umumnya berasal dari etnis Jawa.

Berikut merupakan detail distribusi penduduk Desa Sumberwringin berdasarkan agama yang dianut.

Agama dan/atau Kepercayaan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)
Islam Sunni 1441 1564
Kekristenan 2 2
Jumlah (Jiwa) 1443 1566
Total Keseluruhan (Jiwa) 3009
Total Keluarga (KK) 899

Mata Pencaharian

sunting

Secara garis besar, warga Desa Sumberwringin memiliki mata pencaharian yang terdiri atas beberapa jenis profesi atau pekerjaan di berbagai sektor sebagai berikut.

  • Guru/Tenaga Pendidik
  • Karyawan Swasta
  • Ibu Rumah Tangga (IRT)
  • Pedagang
  • Peternak
  • Aparatur Sipil Negara (ASN)
  • Pelajar/Mahasiswa
  • Perangkat Desa
  • Petani/Perkebunan
  • Wiraswasta

Referensi

sunting
  1. ^ Angguniawan, Selamet (2023-07-29). "Potensi Desa: Ranu Lading". Desa Sumberwringin. Diakses tanggal 2025-01-13. 
  2. ^ a b c d e Angguniawan, Selamet (2023-07-29). "Profil Singkat Desa Sumberwringin Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang" (PDF). Desa Sumberwringin. Diakses tanggal 2025-01-13.