Sultan Amai (ditulis juga Sultan Amay) adalah raja pertama di Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam yang kemudian bergelar Ta Olongia Lopo Isilamu (Raja yang menerima Islam). Sultan Amai adalah sultan muda yang memerintah antara tahun 1523 - 1550. Sultan Amai lahir pada tahun 1460 Masehi dan wafat di Biawu, ibukota Kesultanan Gorontalo.

Sultan Amai
Ti Tulutani Amai Ta Olongia Lopo Isilamu Sultan Amai
Sultan pertama dalam Kesultanan Gorontalo atau Raja ke-7 dari Pohala'a Hulontalo atau Kerajaan Gorontalo
Berkuasa1523 - 1550
PendahuluRaja Detu
PenerusSultan Matolodula Kiki
KelahiranTahun 1460 Masehi
KematianBiawu, Kesultanan Gorontalo

Sultan Amai digantikan oleh putera mahkotanya, Matolodulakiki. Matolodulakiki merupakan Sultan kedua kesultanan Gorontalo atau Raja ke-8 sejak terbentuknya Kerajaan Gorontalo yang kembali menyempurnakan konsep kerajaan Islam yang dirintis oleh ayahnya, Sultan Amai.

Makam Sultan Amay di kompleks Masjid Hunto Sultan Amai

Proses Masuk Islam

sunting

Sultan Amai ingin meminang putri Raja Palasa dari Sulawesi Tengah, sang putri yang berasal dari kerajaan Islam di Sulawesi Tengah inipun mengajukan beberapa persyaratan. Pertama, Sultan Amai dan rakyat Gorontalo harus diislamkan, dan yang kedua adat kebiasaan dalam masyarakat Gorontalo harus bersumber dari Alquran. Dua syarat itu diterima oleh Amai.

Sebelum menikah Sultan Amai mengumpulkan seluruh rakyatnya. Sultan Amai dengan terang-terangan mengumumkan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah. Pada pesta tersebut Sultan Amai meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat. Saat pendeklarasian sumpah tersebut, adalah hari terakhir rakyat Gorontalo memakan babi.

Usai proses sumpah adat, Sultan Amai kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Ia sendiri kemudian mengganti gelarnya yang sebelumnya disebut Raja dengan gelar raja Islam, yaitu sultan.

Pranala luar

sunting