H. Sulaiman Rasyid (Liwa,1898 - Bandar Lampung, 26 Januari 1976) adalah seorang tokoh Muslim Indonesia yang merupakan seorang penulis dari Fiqih Islam pada tahun 1976[2]. Beliau juga seorang akademisi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTIAN) Jakarta sembari mengajar sebagai dosen PTAIN Yogyakarta dimana pada tahun 1960, Sulaiman Rasjid diangkat menjadi guru besar Ilmu Fikih.

H.[1]
Sulaiman Rasyid
LahirSulaiman Rasjid bin Lasa
1898
Pekon Tengah, Liwa, Lampung
Meninggal26 Januari 1976(1976-01-26) (umur 77)
Bandar Lampung, Lampung
MakamTPU Pakiskawat Enggal, Enggal, Bandar Lampung
KebangsaanIndonesia
PekerjaanCendikiawan Muslim, Pengajar, Pendakwah, Pahlawan Kemerdekaan
Dikenal atasPenulis Buku Fiqih Islam
Pendiri IAIN Radin Intan (sekarang UIN Raden Intan)

Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Jawatan dan kepala Perjalanan Haji Indonesia di Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 1947[3].

Riwayat Hidup

sunting

Rasyid adalah seorang ulama dan ahli fikih yang berjasa dalam mengembangkan ilmu hukum Islam di Indonesia. Ia lahir di Lampung Barat pada akhir abad ke-19 dan mendapat pendidikan agama dari berbagai guru terkemuka di Sumatera Barat dan Mesir. Ia lulus dari Universitas Al-Azhar pada tahun 1935 dan kembali ke tanah air untuk mengabdi sebagai pegawai agama dan pejuang kemerdekaan.[4] Ia juga aktif dalam dunia pendidikan, baik sebagai dosen, rektor, maupun penulis buku. Salah satu karyanya yang terkenal adalah buku Fiqh Islam yang menjadi rujukan bagi banyak mahasiswa dan peneliti. Ia meninggal pada tahun 1976 dan dimakamkan di Bandar Lampung. Ia meninggalkan warisan ilmu yang berharga bagi generasi selanjutnya.[5]

Peranan di Masyarakat

sunting

Pengabdian Rasyid tidak hanya agamanya, namun beliau juga seorang pemikir dan pejuang bangsa. Pada 1936, bapak delapan anak ini ditunjuk Belanda menjadi ketua Penyelidik hukum agama pada Lampung. dalam rentang 1937–1942, beliau menjadi pegawai tinggi agama di kantor Syambu dalam era pendudukan Jepang. Namun, kedudukan yg diembannya tidak menghalanginya mengangkat senjata. Setahun menjelang kemerdekaan, Sulaiman berjuang pada Kalianda bersama tokoh setempat yaitu H. Ali. Setelah Indonesia merdeka, Presiden Sukarno menugaskannya ke Departemen Agama Republik Indonesia, lantas menjadi kepala Jawatan Agama Republik Indonesia Jakarta (1947–1955) lalu memangku amanat sebagai kepala Perjalanan Haji Indonesia. Dalam tahun itu pula ia menjadi staf ahli Kementerian Agama Republik Indonesia sekaligus menjadi asisten dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTIAN) Jakarta sembari mengajar sebagai dosen PTAIN Yogyakarta. Tahun 1960, Sulaiman Rasjid diangkat menjadi guru besar Ilmu Fikih. Ayah delapan putra-putri dan kakek 20 cucu ini juga tercatat sebagai pendiri IAIN Radin Intan Lampung tahun 1964 silam.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ [1]
  2. ^ admin (2017-01-09). "H Sulaiman Rasyid (1898-1976): Penyusun Fikih Pertama". Darul Funun El-Abbasiyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-21. 
  3. ^ admin (2017-01-09). "H Sulaiman Rasyid (1898-1976): Penyusun Fikih Pertama". Darul Funun El-Abbasiyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-21. 
  4. ^ Administrator (2023-05-12). "Buku Fiqih Sulaiman Rasyid: Panduan Hidup Islami". PikiranMuslim (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-21. 
  5. ^ suadh, Sutihat rahayu (2016-10-06). "SULAIMAN RASYID (1898-1976): PENYUSUN FIKIH PERTAMA". bukharawrite (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-21. 
  6. ^ suadh, Sutihat rahayu (2016-10-06). "SULAIMAN RASYID (1898-1976): PENYUSUN FIKIH PERTAMA". bukharawrite (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-21.