Suku Tutong
Suku Tutong adalah kelompok etnis asli Brunei Darussalam, terutama di Daerah Tutong. Mereka secara tradisional berbicara dalam bahasa Tutong. Mereka secara resmi diakui sebagai salah satu dari tujuh kelompok etnis ras Melayu Brunei (jati Melayu).[2]
Jumlah populasi | |
---|---|
16,958[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Brunei | |
Daerah Tutong | 10,974[1] |
Bahasa | |
Tutong, Melayu (Melayu Brunei) | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Belait, Dusun Brunei |
Nama
suntingDalam bahasa Melayu, bahasa resmi Brunei, mereka disebut puak Tutong. Endonimnya adalah Bunu Tutong dalam bahasa Tutong.[3] Suku Dusun Brunei, kelompok etnis pribumi lain di Brunei, menyebut orang Tutong sebagai Sang Keluyoh.[4]
Asal
suntingAsal usul suku Tutong tidak diketahui secara pasti.[5] Menurut cerita lisan, mereka adalah keturunan seorang Murut bernama Tutong yang pernah menolong masyarakat Lurah Saban, sebuah desa di tepi Sungai Tutong, melawan perburuan kepala oleh suku Kayan.[6][1] Sungai itu sendiri diyakini diberi nama menurut namanya untuk menghormati tindakan heroiknya.[6] Selain itu, masyarakat yang pernah ditolongnya akhirnya menganggap diri mereka sebagai pengikut Tutong.[1]
Tradisi lisan lain menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan dari seseorang bernama Si Letong yang bermigrasi dari Sulawesi, Indonesia.[7] Dipercaya bahwa ia awalnya menetap di Kampung Telisai[a] dan menikah dengan penduduk lokal yang merupakan anggota suku Dusun (Brunei).[7] Dikatakan bahwa ia tidak menyukai tinggal di sana karena kebisingan dari ombak laut, karenanya ia memutuskan untuk pindah jauh dari pantai.[7] Sungai di pemukiman baru tempat ia tinggal akhirnya dinamai menurut namanya, maka dari itu namanya Sungai Tutong.[7]
Para peneliti linguistik bahasa Tutong berhipotesis bahwa orang Tutong mungkin berasal dari Baram Hilir,[8] sebuah wilayah dekat muara Sungai Baram di Sarawak, Malaysia. Hal ini didasarkan pada penelitian kumulatif yang menunjukkan adanya kesamaan linguistik antara bahasa tersebut dan bahasa Miri,[9] bahasa penduduk asli wilayah tersebut.
Bahasa
suntingSuku Tutong adalah penutur asli bahasa Tutong (Basa' Tutong), bahasa Austronesia. Bahasa ini dianggap terancam punah.[10] Inisiatif penting untuk merevitalisasi bahasa ini termasuk penerbitan kamus dwibahasa antara Tutong dan Melayu oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, otoritas bahasa Brunei, dan pengenalan bahasa Tutong sebagai mata kuliah bahasa di universitas nasional Universitas Brunei Darussalam.[11]
Populasi
suntingPopulasi tercatat sebesar 16.958 jiwa di Brunei Darussalam.[1] Mayoritas berada di Daerah Tutong sebesar 64,7%, diikuti oleh Daerah Brunei-Muara sebesar 24,5%, Daerah Belait sebesar 10,5% dan Daerah Temburong sebesar 0,2%.[1]
Agama
suntingSuku Tutong seluruhnya beragama Islam. Namun, di masa lalu, mereka pernah mempraktikkan animisme.[12] Tidak diketahui secara pasti kapan mereka masuk Islam, namun diperkirakan hal ini berkaitan dengan migrasi umat Islam dari Brunei dan Sarawak serta pernikahan mereka dengan penduduk lokal Tutong pada abad ke-18 dan ke-19.[12]
Catatan
sunting- ^ saat ini sebuah desa di pesisir Daerah Tutong
Rujukan
sunting- ^ a b c d e f Mohd Shahrol Amira 2016, hlm. 90.
- ^ Brunei Darussalam In Brief (PDF). Information Department. 2013. hlm. 46. Diakses tanggal 8 July 2021.
- ^ Haji Ramlee 2009, hlm. 19.
- ^ Haji Abdul Karim 2004, hlm. 5.
- ^ Haji Ramlee 2009, hlm. 2.
- ^ a b Haji Abdul Karim 2004, hlm. 2.
- ^ a b c d Haji Abdul Karim 2004, hlm. 3.
- ^ Haji Ramlee 2009, hlm. 5.
- ^ Haji Ramlee 2009, hlm. 4.
- ^ McLellan 2014, hlm. 17.
- ^ McLellan 2014, hlm. 18.
- ^ a b Haji Abdul Karim 2004, hlm. 12.
Referensi
sunting- Haji Abdul Karim bin Haji Abdul Rahman (2004). "Puak Tutong: Sejarah dan Perkembangan Awal Sosiobudaya". Puak Tutong: Sejarah dan Perkembangan Awal Sosiobudaya (dalam bahasa Melayu). Bandar Seri Begawan: Pusat Sejarah Brunei. hlm. 1–18. OCLC 1130272106.
- Haji Ramlee Tunggal (2009). Struktur Bahasa Tutong (dalam bahasa Melayu). Berakas: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. ISBN 9991704264. OCLC 1223363153.
- McLellan, James (2014). "Strategies for revitalizing endangered Borneo languages: A comparison between Negara Brunei Darussalam and Sarawak, Malaysia" (PDF). Southeast Asia. 14: 14–22. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 August 2021. Diakses tanggal 25 November 2021.
- Mohd Shahrol Amira bin Abdullah (2016). "Being 'Malay' in modern Brunei". Dalam Ooi Keat Gin. Brunei — History, Islam, Society and Contemporary Issues. Routledge. hlm. 81–99. ISBN 9781138787650. OCLC 939548670.