Suku Panaragan atau biasanya juga disebut Wong Ponorogo adalah suku yang lebih mendekati etnik sub rumpun Jawa yang mendiami antara gunung Lawu dan gunung Wilis dengan memiliki bahasa, dialek, pakaian, budaya yang berbeda dengan budaya Jawa pada umumnya hasil Modernisasi pasca majapahit runtuh yang sebelumnya adalah Kawula Wengker. Penduduk Suku Panaragan mendiami sebagain wilayah Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk.[1]

Tradisi Larungan pada Telaga oleh Suku Panaragan

Asal Sebutan

sunting

Suku Panaragan merupakan hasil dari modernisasi manusia Jawa kuno yang disebut Kawula Wengker menjadi Ponorogo setelah dipimpin oleh Batoro Katong yang memiliki arti Orang-orang Terhormat.

Meski mayoritas dalam sensus beragama Islam, tetapi mayoritas orang-orang Panaragan masih menganut keyakinan Kejawen dalam kehidupan sehari-hari baik skala kecil hingga skala besar. meski demikan terdapat beberapa pondok pesantren skala internasional seperti Ponpes Modern Gontor di Ponorogo dan Ngawi, dan Ponpes Al Fatah Temboro di Magetan.[2][3][4]

Sedangkan agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha sebagiannya turut melakukan kegiatan Kejawen.

Bahasa, Dialek dan Logat

sunting

Bahasa yang dituturkan oleh suku Panaragan menggunakan bahasa Jawa pada umumnya hampir serupa dengan Jawa etnik rumpun Mataraman, akan tetapi bahasa kawi masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Panaragan yang kadang kala susah dipahami oleh masyarakat Jawa pada Umumnya.

Selain itu, Dialek dan Logat Panaragan memiliki ciri khas tersendiri, seperti pengungkapan yang lebih tegas dan keras dibandingkan Jawa etnik rumpun Mataraman.

Seni Budaya Tradisi

sunting

Tradisi Suku Panaragan yang umum dilakukan ialah cara berterima kasih kepada diri sendiri masih dilakukan, hingga tradisi pada lingkungan seperti ruwatan desa, bersih desa, sedekah desa hingga larungan yang dilakukan pada sungai, telaga, maupun laut.

Seni Budaya tradisional masih sangat diminati di wilayah suku Panaragan, dapat dipastikan ramai seperti pagelaran Reog Dadak Merak, Jaranan Thek, Wayang Kulit, Wayang Thengul, Ketoprak, Campursari, Tayub, Gambyong, Gajah-gajahan, Unto-untoan, Odrot, Gumbeng kongkil.

Pakaian

sunting

Pakaian Suku Panaragan sangat nyentrik karena dominan warna serba hitam baik pria maupun perempuan yang disebut Penadon.