Stereognosis adalah kemampuan perasaan seseorang untuk mengenal jenis dan bentuk sesuatu dengan cara memegang atau meraba benda itu.[1] Sumber lain menjelaskan bahwa Stereognosis merupakan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi objek umum dengan palpasi, bentuk, tekstur dan ukuran objek.[2] Tes stereognosis ini merupakan tes untuk pemeriksaan lesi lobus parietal di mana sebuah objek ditempatkan di tangan pasien dan mereka diminta untuk mengidentifikasinya.[3] Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi bentuk atau membedakan antar objek dapat menunjukkan lesi lobus (kontralateral) parietal.[3]

Berkas:Stereognosis.jpg
Tes Stereognosis

Pemeriksaan Stereognosis

sunting

Strereognosis merupakan fungsi integratif lobus parietalis dan oksipitalis, dalam kondisi ini pasien berusaha mengenali benda yang diletakkan di tangannya.[4] Tes stereognosis dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan meminta pasien menutup mata, kemudian letakkan sebuah benda di satu tangan untuk mengenali benda tersebut dengan satu tangan.[4] Benda yang biasa digunakan adalah pensil, kunci, klip kertas, uang logam atau bisa juga kelereng.[4] Setelah pasien mengidentifikasi benda tersebut, dengan cara yang sama tetapi menggunakan tangan yang berbeda kemudian bandingkan hasilnya.[4] Sehingga pasien dengan stereognosis normal mampu membedakan uang dan juga beberapa benda-benda tersebut.[2] Individu yang tidak bisa mengidentifikasi objek umum dan uang logam dengan satu tangan yang dapat melakukannya dengan tangan yang lain, individu tersebut menderita astereognosis pada tangan yang abnormal.[2]

Rujukan

sunting
  1. ^ "stereognosis". Diakses tanggal 17 Juni 14. 
  2. ^ a b c Ahmad H.Adie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam: (Harrison's Principles of Internal Medicine), Volume 1. Surabaya: EGC. hlm. 159. ISBN 9794484547.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "buku1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b "Definisi:Tes Stereognosis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-05. Diakses tanggal 17 Juni 14. 
  4. ^ a b c d Mark H. Swartz (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. hlm. 389.