Sri Maharaja Tarusbawa
Sri Maharaja Tarusbawa yaitu raja pertama di Kerajaan Sunda. Ia menjadi raja di Kerajaan Sunda dari tahun 669 Masehi sampai 723 Masehi.[1]
Tarusbawa ᮒᮛᮥᮞ᮪ᮘᮝ | |||||
---|---|---|---|---|---|
Tohaan di Sunda | |||||
Raja Sunda ke 1 | |||||
Berkuasa | 669 - 723 | ||||
Penerus | Sanjaya dari Mataram atau Sanjaya dari Sunda | ||||
Kelahiran | tidak diketahui Sundapura, Tarumanagara | ||||
|
Biografi
suntingPada tahun 669 M, Maharaja Linggawarman, Raja Tarumanagara keduabelas meninggal. Akhirnya ia digantikan oleh menantunya, Tarusbawa, dengan nama gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sundasembawa. Pelantikannya berlangsung tanggal 9 bagian terang bulan Jesta taun 591 Saka (18 Mei 669 Masehi).[2]
Ketika Tarumanagara dipimpin oleh mertuanya, kejayaan kerajaan sudah hampir mati. Tarusbawa mengupayakan agar kerajaan bisa kembali seperti kejayaan Tarumanagara waktu dipimpin oleh Sri Maharaja Purnawarman (395-434 Masehi). Tarusbawa lahir dan dibesarkan di Sundapura (kota Sunda) bekas ibu kota Tarumanagara.[1]
Yang pertama dilakukan Tarusbawa adalah mengubah nama Tarumanagara jadi Kerajaan Sunda, dari nama kota kelahirannya yang pada waktu itu beralih fungsi dari sebutan Sundapura menjadi Sunda Sembawa (Tanah Kabuyutan/Tanah Leluhur). Oleh karena itu, di belakang nama pelantikannya juga menggunakan gelar Sundasembawa. Keadaan ini memancing protes dari Wretikandayun sehingga ia menyatakan kemerdekaan Kerajaan Galuh (Kendan) dari kekuasaan Kerajaan Sunda (pengganti nama Tarumanagara)[1]
Walaupun kerajaan sudah dibagi dua kekuasaannya oleh Wretikadayun, Tarusbawa masih sempat memberitakan penobatannya sebagai penerus tahta Tarumanagara, ke negara tetangga. Oleh karena itu dalam sumber berita China yang terakhir, menyebutkan bahwa ada utusan dari Tarumanagara tahun 669 M. Tarusbawa mempunya pribadi yang damai. Dia tidah ingin ada sengketa dengan Wretikadayun, walaupun Kerajaan Sunda belum tentu kalah ketika perang melawan Kerajaan Galuh. Prinsipnya lebih baik memimpin setengah negara tangguh daripada harus memaksakan memimpin satu negara penuh dengan keadaan yang belum tentu.[1]
Selain itu, Tarusbawa memindahkan ibu kota kerajaan dari Sundapura (Bekasi) ke Pakuan (Bogor). Di salah satu tanah, Tarusbawa mendirikan lima keraton, yang bangunannya dan besarnya sama juga posisinya sejajar. Keraton itu masing-masing diberi nama: Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati. Naskah Carita Parahiyangan menyebutkan ¬Sri Kadatwan Bima-Punta-Narayana-Madura-Suradipati.[3]
Setelah keraton selesai dibangun, selanjutnya diberkahi (diprebokta) oleh Bujangga Sedamanah. Jumlah keraton 5 itu dalam sastra klasik disebut panca persada.
Prameswari Maharaja Tarusbawa yaitu Manasih putri Linggawarman, raja keduabelas Tarumanagara. Adiknya Manasih, Sobakancana, jadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya, yang sama-sama naik tahta taun 669 Masehi.[1]
Referensi
sunting- Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
- Seri Biografi Tokoh - Abhesiva.id https://abhiseva.id/raja-tarusbawa/
Rujukan
sunting- ^ a b c d e Iskandar, Yoseph.1997.Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa.Bandung:Geger Sunten
- ^ Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor:Paguyuban Pasundan Cabang Kodya Bogor.
- ^ Atja & Ekajati, E.S.1989.Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”.Bandung:Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Linggawarman |
Raja Sunda ke-1 669–723 |
Diteruskan oleh: Sanjaya dari Sunda atau Sanjaya dari Mataram |