Sklerosis lateral amiotrofik

Penyakit saraf yang menyerang neuron yang mengendalikan otot lurik

Sklerosis lateral amiotrofik (bahasa Inggris: Lou Gehrig's disease, motor neuron disease, amyotrophic lateral sclerosis, ALS) adalah penyakit saraf yang menyerang neuron yang mengendalikan otot lurik.[1]

Neuron motorik terletak di dailam otak, batang otak dan sumsum tulang dan berfungsi sebagai unit pengendali dan komunikasi yang menghubungkan sistem saraf dengan otot lurik. Sinyal motorik yang dibawa neurotransmiter dari neuron motorik di dalam otak, yang dikenal sebagai "neuron motorik atas", diteruskan ke neuron motorik pada sumsum tulang, yang dikenal sebagai "neuron motorik bawah", dan diteruskan lebih lanjut ke otot lurik bersangkutan. Neuron motorik atau sering disebut motoneuron, merupakan neuron yang berfungsi di bawah kendali sinaptotrofik dari NGF.[2]

Pada ALS, terjadi degenerasi sel saraf, sehingga tidak terjadi transmisi molekul neurotransmiter dari otak menuju ke otot, dan mengakibatkan disfungsi otot, sehingga otot menjadi lemah, mengalami atrofi otot dan fasciculation. Defisiensi EAAT sering ditemukan pada penderita ALS.[3]

Banyaknya jumlah penderita ALS di Guam memberikan kesimpulan bahwa asupan Cyas circinalis berlebihan merupakan penyebabnya. Biji-bijian ini mengandung asam amino β-N-methylamino-l-alanine yang menjadi eksitotoksik saat bereaksi dengan asam bikarbonat dengan mekanisme yang melibatkan aktivasi pencerap AMPA dan NMDA di sumsum tulang belakang. Mekanisme pada pencerap AMPA pada sumsum tulang belakang dapat menjadi penyebab degenerasi pada neuron motor atas dan neuron motor bawah. Mekanisme ini dapat dihambat oleh NMDA receptor antagonist d-AP5.[3]

Pada tahun 2009, dilaporkan bahwa model tikus dengan ekspresi genetik termutasi pada TDP-43 (bahasa Inggris: TAR DNA-binding protein 43) menunjukkan gejala ALS dan degenerasi lobar frontotemporal dengan keping ubiquitin (FTLD-U). Studi yang lain menjelaskan hipotesis bahwa ALS terjadi melalui reaksi peroksidasi lipid melalui paparan formaldehid.[4] Hal ini menjelaskan bahwa simtoma yang ditimbulkan oleh ALS, selain ataksia, adalah demensia frontotemporal dengan mutasi gen TARDBP yang mengekspresikan TDP-43.[5][6]

Upaya penyembuhan

sunting

Menyusul ditemukannya kinom pada manusia, kinase protein telah menjadi prioritas terpenting kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari, namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut di atas.[7]

Kreatina, sejenis asam organik yang berperan di dalam sintesis ATP, menunjukkan efektivitas pada model tikus, sedangkan hasil pada model manusia masih bervariasi.[8]

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ (Inggris) "Amyotrophic Lateral Sclerosis Fact Sheet". National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-12. Diakses tanggal 2010-07-06. 
  2. ^ (Inggris) "Nerve growth factor regulates the firing patterns and synaptic composition of motoneurons". Departamento de Fisiología y Zoología, Facultad de Biología, Universidad de Sevilla; Davis-López de Carrizosa MA, Morado-Díaz CJ, Morcuende S, de la Cruz RR, Pastor AM. Diakses tanggal 2010-07-07. 
  3. ^ a b (Inggris) George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K Fisher, dan Michael D Uhler. (1999). Basic Neurochemistry - Molecular, Cellular and Medical Aspects : Excessive Glutamate Receptor Activation and Neurological Disorders. Edward Hines Jr Veterans Affairs Hospital, Loyola University Chicago Stritch School of Medicine, University of Michigan, National Institute of Neurological Disorders and Stroke, National Institutes of Health, Mental Health Research Institute (edisi ke-6). Lippincott-Raven. ISBN 0-397-51820-X. Diakses tanggal 2010-07-19. 
  4. ^ (Inggris) "[Research in amyotrophic lateral sclerosis: What is new in 2009?]". CHU Pitié-Salpêtrière; Pradat PF, Attarian S, Camdessanché JP, Carluer L, Cintas P, Corcia P, Echaniz-Laguna A, Gonzalez-Bermejo J, Guy N, Nicolas G, Perez T, Soriani MH, Vandenberghe N, Verschueren A; au nom de la coordination des centres de prise en charge des patients atteints de SLA. Diakses tanggal 2010-07-07. 
  5. ^ (Inggris) "Frontotemporal dementia and amyotrophic lateral sclerosis-associated disease protein TDP-43 promotes dendritic branching". Gladstone Institute of Neurological Disease, and Department of Neurology, University of California; Lu Y, Ferris J, Gao FB. Diakses tanggal 2010-07-08. 
  6. ^ (Inggris) "ALS and FTLD: two faces of TDP-43 proteinopathy". Institute for Medical Research and Occupational Health; Liscic RM, Grinberg LT, Zidar J, Gitcho MA, Cairns NJ. Diakses tanggal 2010-07-08. 
  7. ^ (Inggris) "Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for neurodegenerative diseases". Instituto de Quimica Medica-CSIC; Perez DI, Gil C, Martinez A. Diakses tanggal 2010-07-07. 
  8. ^ (Inggris) "Creatine for amyotrophic lateral sclerosis/motor neuron disease". Department of Neurology, UCSF Medical Center; Pastula DM, Moore DH, Bedlack RS. Diakses tanggal 2010-07-07.