Sistem informasi geografis

sistem informasi data spasial

Sistem informasi merupakan metode untuk mengorganisasikan data dalam tujuan tertentu. Data atau informasi awal yang harus kita miliki perlu memenuhi jawaban bagi pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana, yang secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: fisik, sosial, dan ekonomi.[1] Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. SIG identik dengan penggunaan komputer karena komputer memiliki banyak keunggulan terutama kecepatan dan efisiensi. SIG dijadikan sebagai alat atau media yang digunakan untuk pemetaan dan analisis terhadap berbagai aktivitas di permukaan bumi.

Peta kelompok kasus kolera (ditunjukkan dengan tumpukan persegi panjang) pada epidemi London tahun 1854

Pengertian menurut ahli

sunting

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisis data serta memberi uraian.

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.

SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data.

SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisis data

SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi

  • Menurut Berry (1988)

SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.

  • Menurut Calkin dan Tomlison (1984)

SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.

  • Menurut Linden, (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

  • Menurut Alter

SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.

  • Menurut Prahasta

SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

  • Menurut Petrus Paryono

SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi.

  • Menurut Nico Nathanael (2019)

SIG adalah sistem informasi yang mempunyai data berspasial yang diambil berdasarkan letak geografis suatu wilayah untuk proses analisis, penyimpanan dan visualisasi.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).

Sejarah perkembangan

sunting

35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Prancis, para pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut.

Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.

Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an.

Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.

 
GIS dengan gvSIG.

CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika, memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangnya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG".

CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersial yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandardisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.

Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset.

Jenjang pendidikan SMU/senior high school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi. Lulusannya tidak sekadar mengoperasikan software namun mampu menganalisis dan menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun mata pelajaran.

Konsep

sunting

Data geografis

sunting

Data geografis merupakan data yang berkaitan dengan informasi spasial. Jenis data geografis yaitu koordinat dan lokasi. Data geografis berkaitan dengan aspek ruang dan semua fenomena yang terdapat di bumi. Penggunaan data geografis memiliki tujuan tertentu.[8] Sumber informasi dalam data spasial dapat berupa data grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran teodolit, dan pengukuran sistem pemosisi global. Data spasial dapat berbentuk analog maupun digital. Data geografi juga dapat berbentuk data atribut. Informasi yang diperoleh dari data atribut adalah penjelasan tentang objek geografi. Bentuk informasi dalam data atribut yaitu angka, foto, dan narasi. Data atribut diperoleh melalui metode statistika, pengukuran lapangan, dan sensus.[9]

Informasi geografis

sunting

Informasi geografis merupakan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang posisi dari tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui. Analisa terhadap objek dan lokasi tersebut penting dalam pengambilan keputusan atau demi kepentingan tertentu.[8]

Bentuk

sunting

Sistem informasi geografis konvensional

sunting

Sistem informasi geografis disajikan secara konvensional melalui peta yang dibuat oleh geograf. Penyajian peta dilakukan dengan cara kompilasi atau tumpang susun peta-peta yang berisi informasi yang diperlukan. Peta dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Tiap informasi yang diberikan harus dapat menjamin agar setiap orang dapat menangkap ide dari peta yang disajikan. Penyajian peta harus mudah, cepat dan tepat melalui indra penglihatan.[10]

Sistem informasi geografis komputerisasi

sunting

Sistem informasi geografis dalam komputer disajikan dalam bentuk data digital, peta dan tabel. Penyajian ini merupakan hasil dari pengolahan digital dengan mempergunakan perangkat lunak pengolah data geografi. Pembuaitan peta dalam sistem informasi geografis yang dilakukan secara komputerisasi memanfaatkan teknologi sistem digital dalam menghasilkan informasi spasial.[11]

Komponen

sunting

Perangkat Keras

sunting

Perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi geografis yaitu prosesor, kapasitas memori, dan ruang penyimpanan data. Pemilihan perangkat keras untuk keperluan sistem informasi geografis didasarkan kepada jenis perangkat lunak yang digunakan. Selain itu, perangkat keras yang digunakan harus memperhatikan jumlah analisa yang akan dilakukan dan jumlah data yang diperlukan selama analisa.[12]

Perangkat Lunak

sunting

Perangkat lunak dalam sistem informasi geografis umumnya hanya menyajikan beberapa fungsi tertentu. Fungsi ini terbagi menjadi fungsi analisa, manajemen basis data spasial, dan fungsi penyajian data. Pemilihan perangkat lunak untuk sistem informasi geografis harus disesuaikan dengan penggunaan yang diperlukan.[13]

Dalam SIG terdapat dua jenis data, yaitu data spasial dan data atribut atau non spasial. Data Spasial yaitu adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek keruangan (menyangkut titik koordinat) dari fenomena atau keadaan yang terdapat di dunia nyata. Data spasial ini sering disebut pula sebagai data posisi, koordinat atau keruangan. Data atribut atau data non spasial adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptid dari fenomena yang dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup item atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya.[14]

Pengguna

sunting

Komponen terpenting dalam sistem informasi geografis adalah pengguna. Pengelolaan analisa yang komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh pengguna. Pada sistem informasi geografi pengguna dibedakan menjadi pelaku analisa dan pengguna informasi. Pelaku analisa harus menguasai beragam disiplin ilmiah terutama geografi, matematika dan statistik. Selain itu, pelaku analisa harus mahir menggunakan komputer. Pengguna informasi merupakan semua orang yang memerlukan informasi geografis.[15]

Metode

sunting

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

Ruang Lingkup

sunting

Pada dasarnya pada SIG terdapat lima (5) proses yaitu:

  • Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning pada peta analog.

  • Manipulasi Data

Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-spasial.

  • Manajemen Data

Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

  • Query dan Analisis
    Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu:
    • Analisis Proximity
      Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.
    • Analisis Overlay
      Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.
  • Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

Manfaat

sunting

Dengan adanya SIG akan memudahkan peneliti atau pihak-pihak yang ingin menggunakan informasi geografis untuk melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan besar seperti saat ini, SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat dan menampilkannya. SIG juga mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih mudah.[16]

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Sitawati, Anita (1 Januari 2015). "Pengertian Dasar" (PDF). Repository UT. Diakses tanggal 11 Desember 2023. 
  2. ^ "Burrough, P.A. (1986) Principles of Geographical Information Systems for Land Resources Assessment. Oxford University Press, Oxford. - References - Scientific Research Publishing". www.scirp.org. Diakses tanggal 2023-05-14. 
  3. ^ Chang, Kang-Tsung (2002). Introduction to Geographic Information Systems (dalam bahasa Inggris). McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-238211-2. 
  4. ^ Remote Sensing. CRC Press. 2014-04-23. hlm. 55–178. ISBN 978-0-429-16248-0. 
  5. ^ Masser, Ian; Ottens, Henk (2019-09-25). Urban Planning and Geographic Information Systems. Boca Raton : CRC Press | Taylor & Francis Group , 2019. | “A CRC title, part of the Taylor & Francis imprint, a member of the Taylor & Francis Group, the academic division of T&F Informa plc.”: CRC Press. hlm. 3–28. ISBN 978-0-429-50590-4. 
  6. ^ Bernhardsen (2007). GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS: AN INTRODUCTION, 3RD ED (dalam bahasa Inggris). Wiley India Pvt. Limited. ISBN 978-81-265-1138-9. 
  7. ^ Dr.PH, Noor Alis Setiyadi, S. KM , M. KM; M.PH, Sri Darnoto, S. KM; M.Pd, Miftahul Arozaq, S. Si. Sistem Informasi Geografis (SIG) Kesehatan Masyarakat. Muhammadiyah University Press. ISBN 978-602-361-422-6. 
  8. ^ a b Hermawan 2009, hlm. 134.
  9. ^ Ekadinata, dkk. 2008, hlm. 3.
  10. ^ Hermawan 2009, hlm. 135.
  11. ^ Hermawan 2009, hlm. 135-136.
  12. ^ Ekadinata, dkk. 2008, hlm. 15-16.
  13. ^ Ekadinata, dkk. 2008, hlm. 14-15.
  14. ^ Nur Rochmah Dyah P.A, Efawan Retza Arsandy (2015). "Sistem Informasi Geografis Tempat Praktek Dokter Spesialis Di Provinsi D.I. Yogyakarta Berbasis Web". Informatika Mulawarman. 10 (1): 66. ISSN 1858-4853. 
  15. ^ Ekadinata, dkk. 2008, hlm. 16.
  16. ^ Koko Mukti Wibowo Mukti Wibowo, Indra Kanedi, Juju Jumadi (2015). "Sistem Informasi Geografis (SIG) Menentukan Lokasi Pertambangan Batu Bara di Provinsi Bengkulu Berbasis Website". 11 (1): 54. ISSN 1858-2680. 

Daftar pustaka

sunting
  1. Ekadinata, dkk. (2008). Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam Buku 1: Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Source (PDF). Bogor: World Agroforestry Centre. ISBN 978-979-3198-42-2. 
  2. Hermawan, I. (2009). Geografi: Sebuah Pengantar (PDF). Bandung: Private Publishing. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-09-14. Diakses tanggal 2020-12-08. 
  3. Sumantri, dkk. (2019). Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) Kerentanan Bencana (PDF). Jakarta: CV. Makmur Cahaya Ilmu. ISBN 978-602-53845-8-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-03. Diakses tanggal 2020-12-08. 
  4. Wardiyatmoko, K. Geografi 3 Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. ISBN 979-781-740-7.  (Indonesia)