Si Muntu atau dikenal cimuntu, simuntu (orang buruk) merupakan salah satu peninggalan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Pagaruyung, Tanah Datar yang bagian tubuh Si Muntu dibungkus dengan jerami serta menggunakan topeng. Si Muntu digunakan ketika ada acara-acara keramaian di Pagaruyung untuk menghibur masyarakat yang hadir.[1]

Foto Si Muntu sedang keliling kampung sambil meminta sumbangan ke masyarakat.
Foto Si Muntu sedang keliling kampung sambil meminta sumbangan ke masyarakat.

Si Muntu dikenal selalu membuat orang tertawa bahagia sambil menghibur masyarakat disekitarnya Si Muntu keliling sambil meminta sumbangan kepada masyarakat sekitarnya untuk membantu dalam kegiatan alek nagari di daerah tersebut. Kostum yang dikenakan juga sangat unik. Membutuhkan kreativitas untuk membuat karakter Simuntu. Dengan memanfaatkan bahan seadanya seperti kerisik atau daun pisang kering, ijuk enau, karung, hingga kantong plastik bekas. Bahan-bahan tersebut dililitkan kebagian badan sehingga tertutup seluruh badan, hanya bagian tangan dan telapak kaki kelihatan. Dibagikan wajah dipakaikan topeng dengan berbagai karakter.[2]

Sejarah

sunting

Konon katanya Simuntu pada zaman Kerajaan Pagaruyung. Mereka mendatangi rumah masyarakat satu persatu diiringi alunan Musik Talempong dan ketika itu masyarakat ikut bersorak-sorai menyoraki Si Muntu. Mendengar sorak-sorai tersebut Si muntu semakin memainkan peran, ada dari mereka yang asyik bergoyang sambil menunggu sumbangan dari tuan rumah mengisi kantong yang mereka bawa.[3]

Tari Si Muntu

sunting

Tari Simuntu meruapan sebuah tarian tradisional minangkabau yang terdapat diberbagai daerah Sumatera Barat seperti daerah Padang, Pariaman, Kabupatan Agam dan Tanah Datar. Tarian ini terinspirasi dari perjuangan masyarakat minangkabau dalam melawan musuh di Perang Padri tahun 1803. Tarian ini dahulunya dibawa oleh para ibu-ibu dan generasi muda. Pakian yang digunakan dalam tarian ini berupa jerami dan menyandang senjata mainan yang terbuat dari pelapah pisang sambil keliling kampung dengan membawa kardus atau tempat sumbangan seperti keranjang.[2]

Tujuan

sunting

Di Era sekarang Si Muntu digunakan ketika ada acara acara keramaian di Pagaruyung untuk menghibur masyarakat yang hadir. Di daerah Kabupaten Agam usai menunaikan salat Idulfitri, warga Kenagarian Koto Kaciek, Kecamatan Tanjung Raya memeriahkan lebaran dengan kedatangan arak-arakan Si Muntu.[4]

Referensi

sunting