Si Buta Lawan Jaka Sembung

film Indonesia
(Dialihkan dari Si Buta Vs Jaka Sembung)

Si Buta Lawan Jaka Sembung (Internasional: The Warrior 2) adalah film aksi laga epos dewasa tahun 1983 dari Indonesia yang disutradarai oleh Dasri Yacob dan dibintangi aktor laga kawakan kala itu, Barry Prima dan Advent Bangun. Film ini adalah sekuel dari film Jaka Sembung Sang Penakluk yang dirilis tahun 1981. Cerita film ini merupakan adaptasi lepas dari serial komik Indonesia "Jaka Sembung" karya komikus terkenal Indonesia Djair Warniponakanda, yang juga mengambil peran kecil dalam film ini. Film ini didistribusikan oleh Rapi Films pada bulan Juni 1983.

Si Buta Lawan Jaka Sembung
SutradaraDasri Yacob
ProduserSabirin Kasdani
PemeranBarry Prima
Advent Bangun
Sri Gudhi Sintara
W.D Mochtar
Zurmaini
Syamsuddin Syafei
Djair Warniponakanda
Gino Makasutji
Grace Zaharah
Hera Helmy
Rukman Herman
Yos Santo
Debby Rio
Tuty Kusnendar
Penata musikGatot Sudarto
SinematograferAsmawi
DistributorRapi Films (Indonesia)
Tanggal rilis
Juni 1983 (Indonesia)
Durasi103 menit
NegaraIndonesia Indonesia

Cerita film ini awalnya hendak dibuat berdasarkan komik berjudul "Jaka Sembung vs Si Buta Dari Gua Hantu". Namun karena masalah hak tampil dengan pemeran film "Si Buta Dari Gua Hantu", karakter dalam komik tersebut kemudian diganti menjadi "Si Buta Dari Gunung Iblis" dan cerita dalam film diubah. Komik "Jaka Sembung vs Si Buta Dari Gua Hantu" sendiri akhirnya terbit pada tahun 2011.[1]

Film ini dikenal dengan tingkat kekerasannya yang lebih banyak berlumuran darah dibandingkan film pendahulunya dan juga elemen dewasanya yang lebih kental. Film ini segera diikuti oleh sekuel berikutnya, yaitu Bajing Ireng dan Jaka Sembung yang dirilis pada tahun 1985.

Sinopsis

sunting

Pasukan "Kompeni" (Sebutan populer rakyat nusantara untuk pasukan penjajah Hindia Belanda kala itu, tidak hanya untuk VOC) mengobrak abrik rumah warga untuk mencari Jaka Sembung (Barry Prima) yang kian meresahkan Kompeni karena sepak terjangnya. Merasa kewalahan untuk mencari Jaka Sembung, akhirnya Komandan Kompeni Kapten De Mandes (Gino Makasutji) mengadakan sayembara bagi para jago-jago persilatan untuk mencari jagoan kuat, di mana pemenangnya akan mendapatkan hadiah 100 ringgit. Sayembara tersebut akhirnya dimenangkan oleh Soca Indrakusuma alias "Si Buta dari Gunung Iblis" (Advent Bangun), seorang jagoan sakti penderita tunanetra yang misterius. De Mandes kemudian menjanjikan lebih banyak uang untuk Si Buta supaya menangkap Jaka Sembung. Namun Si Buta menghendaki 1000 ringgit jika berhasil menangkap Jaka Sembung, yang disetujui oleh De Mandes. Akhirnya dilakukanlah pencarian Jaka Sembung dengan dibantu oleh pasukan De Mandes. Di suatu persawahan Jaka Sembung yang ditantang oleh Si Buta akhirnya keluar dari persembunyian dan terjadilah perkelahian antara keduanya. Si Buta sendiri dari awal sayembara hingga saat berhadapan dengan Jaka Sembung selalu dibayangi oleh teliksandinya, Dewi Magi (Sri Gudhi Sintara) yang memberikan bantuan informasi tentang Jaka Sembung.

Akhirnya Si buta berhasil mengalahkan Jaka Sembung dan memenggal kepalanya untuk diserahkan pada De Mandes. Merasa yakin, De Mandes merasa tidak rela untuk menyerahkan 1000 ringgit uang emas pada Si Buta. Setelah menyerahkan uang, De Mandes memerintahkan seorang jagoan untuk menyerang Si Buta hingga terluka parah. Si Buta berhasil mengalahkan jagoan tersebut, tetapi terluka parah. Si Buta ditolong oleh Dewi Magi yang selama ini menyimpan hati padanya, dan ketika pingsan Dewi Magi yang telah bernafsu akhirnya menciumi dan menggauli Si Buta dengan nafsu, tetapi ketika sadar Si Buta menolak dan marah karena cintanya telah ikut terkubur bersama mantan kekasihnya yang telah meninggal. Dewi Magi marah dan sebagai gantinya meminta uang hadiah dari De Mandes untuk dirinya. Namun Si Buta menolak dan terjadilah saling baku hantam dengan kemarahan Dewi Magi yang membuat Si Buta yang terluka tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat itulah muncul Jaka Sembung yang ternyata masih hidup bersama teman-temannya untuk menolong dan membawa Si Buta ke padepokan gurunya, Ki Sapu Angin (Syamsuddin Syafei). Setelah sembuh, Si Buta menyerahkan uang 1000 ringgit tersebut untuk perjuangan rakyat melawan kompeni. Si Buta menceritakan bahwa yang dikalahkan dan dipenggal kepalanya bukanlah Jaka sembung yang sebenarnya, akan tetapi kepala seekor kambing yang terlihat menyerupai muka Jaka Sembung karena bantuan sihir Dewi Magi. Si Buta akhirnya bergabung dengan padepokan Jaka Sembung. Sementara itu Dewi Magi yang kecewa pada Si Buta akhirnya mendatangi markas kompeni dan memberi tahu perihal masih hidupnya Jaka Sembung. De Mandes marah karena ia telah dikelabui oleh Si Buta dengan hanya kepala kambing. Akhirnya Dewi Magi bekerjasama dengan pasukan De Mandes untuk membunuh Si Buta dan Jaka Sembung dengan mengandalkan ilmu sihirnya.

Situasi bertambah rumit ketika suatu malam terjadi pencurian kotak uang hadiah De Mandes dari padepokan Jaka Sembung yang tidak terlihat pelakunya. Si Buta yang tajam penciuman dan pendengarannya berhasil menghalanginya. Jaka Sembung yang sedang tidur kaget karena tidak bisa melihat siapa pencuri yang tidak terlihat tersebut. Akhirnya melalui penciumannya Si Buta berhasil mengetahui bahwa pencurian itu adalah perbuatan Dewi Magi. Dewi Magi berhasil ditangkap dan dilukai, tetapi meloloskan diri. Dewi Magi yang sedang terluka parah menemui gurunya (WD Mochtar) dan berhasil menyembuhkan lukanya.

Setelah sembuh, Dewi Magi meminta bantuan gurunya untuk menangkap Kinong, adik dari Si Buta, untuk mendapatkan dua umpan, Jaka Sembung dan Si Buta sekaligus. Dewi Magi adalan pemimpin sebuah perguruan wanita liar yang semua anggotanya menyimpan dendam pada laki-laki. Mereka gemar menculik laki-laki untuk dijadikan pemuas nafsu birahi sebelum dilempar mati ke sebuah sumur maut yang berisi ular. Demikian juga nantinya nasib Kinong yang di gantung sebagai umpan di atas sumur maut tersebut.

Jaka yang datang seorang diri tidak bisa berbuat apa-apa melihat Kinong berada diatas sumur maut, tetapi kedatangan Si Buta dan guru Jaka berhasil membantu Jaka dalam menyelamatkan Kinong. Dewi Magi dan murid-muridnya kewalahan menghadapi Jaka Sembung dan Si Buta, hingga ia meminta bantuan gurunya dan De Mandes. Kedatangan guru Magi ternyata mampu membuat kewalahan Jaka Sembung dan gurunya. Setelah pertarungan sengit, akhirnya mereka mampu mengalahkan guru Dewi Magi. Kemudian datanglah pasukan kompeni yang dipimpin De Mandes dan Dewi Magi menembaki mereka. Saat itulah muncul Bajing Ireng (Zurmaini) yang kemudian membantu Jaka Sembung. Kedatangan Bajing Ireng mampu membuat pasukan kompeni De Mandes kalang kabut, tetapi Bajing Ireng tertembak oleh pasukan kompeni. Sementara itu De Mandes hendak memanfaatkan kekacauan ini untuk membunuh semua musuhnya dengan sekali tepuk. De Mandes mengarahkan meriam penghancur ke arah Si Buta dan kawan-kawannya. Dewi Magi mengetahui rencana licik tersebut dan karena cintanya pada Si Buta yang sebenarnya masih tulus, dia mengorbankan dirinya dengan menerima peluru meriam penghancur. Dewi Magi akhirnya tewas oleh peluru meriam yang di sulut Kapten De Mandes. Kesadaran akan perbuatannya yang salah telah didapatnya walaupun terlambat, sedangkan Si Buta, Jaka Sembung, Ki Sapu Angin dan Bajing Ireng selamat untuk meneruskan perjuangan mereka melawan penjajah.

Pemeran

sunting

Versi luar negeri

sunting

Si Buta Lawan Jaka Sembung juga dirilis di berbagai negara lain dengan judul yang berbeda-beda, seperti:

  • "The Warrior 2" atau "The Warrior II" sebagai judul internasional bahasa Inggris dan VHS
  • "Le guerrier des ténèbres" di Prancis
  • "Soturi ja sokea miekkamies" untuk judul rilis VHS di Finlandia
  • "The Warrior and the Blind Swordsman" atau "Warrior and Blind Warrior" di beberapa versi rilis DVD bahasa Inggris

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Warni, Djair. 2011. "Jaka Sembung vs Si Buta Dari Gua Hantu". Penerbit Pluz.