Shiddiq Hasan Khan

Shiddiq Hassan Khan adalah seorang ulama besar Ahlussunnah (Sunni) dan ahli hadits yang sangat masyhur dimasanya. Nama lengkapnya adalah Sayyid Shiddiq bin Hasan bin Ali bin Luthfullah al-Husaini, dan nasabnya bersambung sampai kepada al-Imam Husain (cucu terkecil Ali bin Abi Thalib). Lahir pada tahun 1248 H (sekitar 1832 M) di Berlhi, kemudian pindah ke Qinnauj. Ia wafat pada tahun 1307 H (1889 M) di Bhopal.[1]

Biografi & Perjalanan Menuntut Ilmu

sunting

Sayyid Shiddiq Hasan Khan lahir pada tanggal 19 Jumadil Ulaa 1248 H (14 Oktober 1832) di Negeri Berlhi tanah air kakeknya yang terdekat dari pihak ibu. Kemudian keluarganya pindah ke kota Qinnauj, tanah air kakek-kakeknya. Ketika tahun keenam ayahnya wafat. Tinggallah ia di bawah asuhan ibunya dalam keadaan yatim. Shiddiq kecil tumbuh dibawah bimbingan dan pengawasan para ulama, belajar dari mereka hingga menginjak usia remaja.

Sayyid Shiddiq kemudian safar (melakukan perjalanan) ke Delhi untuk menyempurnakan pelajarannya di sana. Ia sangat bersungguh-sungguh mendalami Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan membukukan ilmu keduanya. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk mengumpulkan buku-buku agama, mendapatkan pemahaman tambahan dalam membacanya serta meraih faedah-faedahnya, khususnya kitab-kitab tafsir, hadits dan ushul. Kemudian ia safar ke Bahubal untuk mencari biaya penyambung hidupnya. Disana ia bekerja dan berdakwah dengan penuh ketekunan serta kesabaran hingga pada akhirnya mendapatkan faedah yang besar, yaitu menikah dengan Ratu Bahubal dan ia pun digelari dengan Nawwab Jaah Amirul Malik bi Hadar Sayyid Shiddiq Hasan Khan.

Dalam berbagai perjalanan menuntut ilmu itu, gurunya pun cukup banyak, di antaranya Syaikh Muhamad Ya’qub, saudara Syaikh Muhammad Ishaq cucu Syaikh al-Muhaddits Abdul Aziz Ad-Dahlawi. Di antara guru dia juga Syaikh al-Qadhi Husain bin al-Muhsin as-Sa’bi al-Anshari al-Yamani al-Hadidi, murid dari asy-Syarif al-Imam Muhammad bin Nashir al-Hazimi murid dari Imam Asy-Syaukani. Guru dia juga adalah Syaikh Abdul haq bin Fadhl al-Hindi, murid dari al-Imam asy-Syaukani juga, dan masih banyak lagi. Sayyid Shiddiq Hasan Khan wafat pada tahun 1307 H (1889 M) pada umur 57 tahun.[2]

Karya-karya

sunting

Dalam mengarang, Sayyid Shiddiq memiliki kemampuan yang menakjubkan, yaitu dapat menulis beberapa kitab biasa dalam satu hari dan mengarang beberapa kitab tebal dalam beberapa hari yang pendek. Karangan-karangan dia dalam beberapa bahasa hingga 222 buah. Demikian yang dihimpun oleh Syaikh Abdul Hakim Syafaruddin, pentashih dan penta’liq kitab at-Taajul Mukallal. Ia (Syaikh Abdul Hakim Syarafuddin) berkata: “Di antaranya 54 berbahasa Arab, 42 berbahasa Persia, dan 107 dengan bahasa Urdu”. Dan Syaikh Abdul Hakim pun belumlah menghitung jumlah yang sebenarnya.

Kitab-kitab Sayyid Shiddiq memenuhi dan mencapai segala penjuru dunia. Banyak para ulama tafsir dan hadits yang menulis risalah tentangnya yang berisi pujian kepada kitab-kitabnya dan mendoakan kebaikan kepadanya. Ia juga dianggap sebagai tokoh kebangkitan ilmu Islam dan mujaddid (pemurni Islam). Di antarakarangannya yang tercetak dengan bahasa Arab:

  • Fathu Bayaan fi Maqashisil Qur’an
  • Nailul Maran min Tafsiiri Aayatil Ahkam
  • Ad-Dinul Khalish
  • Husnul Uswah bimaa Tsabata ‘anilhiwa Rasuulihi fin Niswah
  • ‘Aunul Bari bi Halli Adillatil Bukhari
  • As-Sirajul Wahhaj min Kasyfi Mathaalihi Shahihi Muslim bin Al-Hajjaj
  • Al-Hittah fi Dzikrish Shihabis Sittah
  • Quthfus tsamar fii Aqidatil Atsar
  • Al-Ilmu Khaffaq fil Ilmil Itsiqaq
  • Abjadul Ulum
  • Dan masih banyak lagi.

Referensi

sunting
  1. ^ Indahnya Surga Dahsyatnya Neraka, karya Asy-Syaikh Ali Hasan, terbitan Pustaka Al-Haura’ Jogjakarta, halaman 81-84.
  2. ^ Asy Syariah Vol II/No 21/1427 H/2006 halaman 71-73.