Semiotika
Semiotika atau ilmu ketandaan adalah kajian sistematis tentang proses tanda (semiosis) dan komunikasi makna. Dalam semiotika, tanda diartikan sebagai segala sesuatu yang mengomunikasikan makna atau perasaan yang disengaja dan tak disengaja kepada penafsir tanda. Ilmu ini juga dikenal sebagai kajian semiotik atau studi semiotik.
Semiosis adalah segala kegiatan, perilaku, atau proses yang melibatkan tanda-tanda. Tanda sering kali dikomunikasikan melalui bahasa lisan, tetapi juga melalui gerak tubuh, atau bentuk bahasa lainnya, misalnya dengan cara yang artistik (musik, lukisan, patung, dll). Semiotika kontemporer merupakan salah satu cabang ilmu yang umumnya mempelajari pembuatan makna (baik dikomunikasikan atau tidak) dan berbagai jenis pengetahuan yang terkait.[1]
Berbeda dengan linguistik, semiotika juga mempelajari sistem tanda non-linguistik. Semiotika mencakup kajian tentang indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, alegori, metonimia, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi.
Semiotika sering dianggap mempunyai dimensi antropologis dan sosiologis yang penting. Beberapa ahli semiotika menganggap setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai semacam komunikasi.[2] Ahli semiotika juga fokus pada dimensi logis dari semiotika, mengkaji pertanyaan-pertanyaan biologis seperti bagaimana makhluk hidup membuat perkiraan tentang dan beradaptasi dengan relung semiotik mereka di dunia.
Teori semiotik mendasar mengambil tanda atau sistem tanda sebagai barang kajiannya. Semiotik terapan menganalisis budaya dan artefak budaya menurut cara mereka membangun makna melalui keberadaan tanda. Komunikasi informasi dalam makhluk hidup tercakup dalam biosemiotika termasuk zoosemiotika dan fitsemiotika.
Sejarah and peristilahan
suntingPentingnya tanda dan makna telah diakui sepanjang sejarah filsafat dan psikologi. Istilah ini diturunkan dari bahasa Yunani Kuno σημειωτικός (sēmeiōtikós), artinya "pemerhati tanda-tanda"[3] (dari σημεῖον (sēmeîon), artinya "tanda, token").[4] Bagi orang Yunani, 'tanda' (σημεῖον sēmeîon) terjadi di dunia alam dan 'simbol' (σύμβολον sýmbolon) terjadi di dunia budaya. Oleh karena itu, Plato dan Aristoteles menjelajahi hubungan antara tanda-tanda dan dunia.[5]
Baru pada masa Augustinus dari Hippo[6], hakikat tanda dapat dipertimbangkan dalam sistem konvensional. Augustinus memperkenalkan usulan tematik untuk menyatukan keduanya di bawah gagasan 'tanda' signum yang melampaui batas alam–budaya dan mengenali simbol sebagai spesies (atau subspesies) dari signum.[7] Sebuah kajian terperinci tentang pertanyaan ini dilakukan oleh Manetti (1987).[8] Teori-teori ini memiliki pengaruh yang bertahan lama dalam filsafat Barat, khususnya melalui filsafat skolastik.
Kajian umum tentang tanda yang dimulai dalam bahasa Latin bersama Augustine mencapai puncaknya dengan karya John Poinsot Tractatus de Signis pada 1623 dan kemudian dimulai lagi pada akhir modernitas dengan upaya Charles Sanders Peirce pada 1867 untuk menyusun yang disebutnya "daftar kategori baru". Baru-baru ini Umberto Eco, dalam karyanya "Semiotics and the Philosophy of Language", berpendapat bahwa teori semiotik tersirat dalam karya sebagian besar, mungkin semua, pemikir besar.
John Locke
suntingJohn Locke (1690), yang juga seorang pria kedokteran, akrab dengan "semeiotika" sebagai nama cabang ilmu kedokteran khusus. Di perpustakaan pribadinya terdapat dua edisi ringkasan Scapula tahun 1579 tentang bacaan Thesaurus Graecae Linguae punya Henricus Stephanus, yang mencantumkan σημειωτική sebagai nama untuk 'diagnostik',[9] cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penafsiran gejala penyakit ("ilmu pergejalaan"). Dokter dan sarjana Henry Stubbe (1670) telah mengalihaksarakan istilah Yunani tersebut ke dalam bahasa Inggris secara tepat sebagai "semeiotics", menandai penggunaan pertama istilah tersebut dalam bahasa Inggris.[10] Locke menggunakan istilah sem(e)iotike dalam An Essay Concerning Human Understanding di mana dia menjelaskan bagaimana ilmu dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Rujukan
sunting- ^ Campbell, C., Olteanu, A., & Kull, K. (2019). Learning and knowing as semiosis: Extending the conceptual apparatus of semiotics. Sign Systems Studies 47(3/4), 352–381.
- ^ Caesar, Michael (1999). Umberto Eco: Philosophy, Semiotics, and the Work of Fiction. Wiley-Blackwell. hlm. 55. ISBN 978-0-7456-0850-1.
- ^ Liddell, Henry George, and Robert Scott. 1940. "σημειωτικός." A Greek-English Lexicon. Revised and augmented by H. S. Jones and R. McKenzie. Oxford: Clarendon Press. Available via Perseus Digital Library.
- ^ σημεῖον, Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, on Perseus
- ^ "Semiotics for Beginners: Signs". visual-memory.co.uk. Diakses tanggal 2017-03-26.
- ^ Deely, John. 2009. Augustine & Poinsot: The Protosemiotic Development. Scranton: University of Scranton Press. [menyediakan rincian penuh tentang orisinalitas Augustinus akan gagasan semiotikanya]
- ^ Romeo, Luigi. 1977. "The Derivation of 'Semiotics' through the History of the Discipline." Semiosis 6(2):37–49.
- ^ Diarsipkan 2018-10-01 di Wayback Machine..
- ^ "Semiotics." Oxford English Dictionary (1989). ["The branch of medical science relating to the interpretation of symptoms."]
- ^ Stubbes, Henry. 1670. The Plus Ultra reduced to a Non Plus. London. p. 75.