Sembung
Sembung (Blumea balsamifera) adalah tanaman perdu yang biasa dipakai untuk mengobati penyakit pilek, reumatik, kembung, diare, sakit tulang dsb.[1][2] Di Filipina juga dipakai sebagai obat peluruh (diuretik).[3] Kegunaan lainnya adalah untuk mengobati luka yang terinfeksi, infeksi pernafasan, dan sakit perut di Thailand dan Tiongkok sebagai obat rakyat.[4]
Sembung
| |
---|---|
Blumea balsamifera | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 147637227 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Asterales |
Famili | Asteraceae |
Genus | Blumea |
Spesies | Blumea balsamifera DC., 1836 |
Tata nama | |
Basionim | Conyza balsamifera (en) |
Nama Ilmiah dan Daerah
suntingNama ilmiah Sembung adalah Blumea Balsamifera.[1] Sinonimnya: Baccharis Salvia Lour, Conyza Balsamifera Linn, dan Pluchea Balsamifera.[1]
Sembung dikenal sebagai sembung utan di daerah Sunda, sembung langu, sembung mingsa, sembung gula, sembung kuwuk, sembung gula, atau sembung lelet di daerah Jawa Tengah, kamandhin di Madura, dan sembung, capa, capo di Sumatra, apompase, mandikapu di Ternate, sembung di Bali.[1][2]
Di Tiongkok ia disebut ai na xiang, dan dalam bahasa Inggris orang menyebutnya nga champora.[2]
Ciri Umum Sembung
suntingGenus Blumea dijumpai di zona tropis dan sub-tropis Asia, terutama di India dan Asia Tenggara.[3] Tanaman ini biasanya tumbuh liar di ladang dan dianggap sebagai gulma pengganggu.[3] dan di padang rumput[5]
Sembung merupakan perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi pencapai 4 m dan berambut halus.[1] Daun bagian bawah bertangkai, sedang di bagian atas merupakan daun duduk yang tumbuh berseling, berbentuk bundar telur dan lonjong, bagian pangkal dan ujung lancip, pinggri bergerigi, dan terdapat 2-3 daun tambahan pada tangkai daunnya.[1] Permukaan daun bagian atas agak kasar, sedangkan bagian bawah halus seperti beludru.[1] Bunga bekelompok berupa malai, muncul di ujung cabang dan berwarna kuning.[1] Buah longkah sedikit melengkung dengan panjang 1 mm.[1]
Bagian yang digunakan
suntingBagian yang digunakan adalah bagian akar dan daun, baik dalam kondisi segar maupun kering.[1]
Contoh pemakaian untuk penyakit diare, sakit perut, kolera, dan masuk angin: cuci bersih 5 lembar daun sembung, lalu potong kecil-kecil, rebus daun dalam 3 gelas air sampai tersisa 1,5 gelas.[2] Dinginkan, kemudian disaring dan dibuat ramuan.[2] Minum hasil saringan 3 kali sehari, masing-masing 3/4 gelas besama 1 sendok makan madu.[2]
Kandungan Kimia
suntingKandungan kimianya terdiri dari borneol, cineole, limonene, dan dimenthyl ether phloroacetophenone, glukosida, alkohol sesquiterpen, asam palmitin, minyak siri, dan zat bergetah (untuk kapur barus).[1][2] Daun segarnya mengandung borneol, rasanya asam, sedikit pahit, agak hangat, dan harum.[2]
Cara berkembang
suntingTanaman Sembung berkembang dengan biji, pemeliharaannya sangat mudah, hanya diperlukan cukup air, dan kelembaban.[2] Pupuk yang diperlukan hanya pupuk dasar.[2] Sembung akan baik tumbuh di tempat yang cukup sinar matahari atau sedikit terbuka.[2]
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia)Dewi Damayanti., Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit (Google eBuku), Jakarta: AgroMedia, 2008, Hal. 222
- ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia) Arief Hariana., Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3, Jakarta: Niaga Swadaya, Hal. 63-64
- ^ a b c Sambong listing at Stuart X Change list of Medicinal plants. Diakses Desember 25, 2009.
- ^ Uthai Sakee, Sujira Maneerat; et al. (2011). "Antimicrobial activity of Blumea balsamifera (Lin.) DC. extracts and essential oil". Natural Product Research. 25 (19): 1849–1856. doi:10.1080/14786419.2010.485573. PMID 21500092.
- ^ http://www.bpi.da.gov.ph/Publications/mp/html/s/sambong.htm Diarsipkan 2009-02-26 di Wayback Machine. - Bureau of Plant Industry of the Department of Agriculture of the Republic of Philippines Official government website. Diakses Desember 25, 2009.