Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij

perusahaan asal Hindia Belanda


de Samarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij, N.V. (SCS) adalah salah satu perusahaan pada zaman kolonial Hindia Belanda yang pada tahun 1897-1914 membangun jalur kereta api dengan panjang 373 km yang menghubungkan Semarang dengan Cirebon hingga ke Kadhipaten di ujung barat. Jalur ini juga melewati kota-kota di sepanjang pantai Utara Jawa ke arah barat, seperti Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Dahulu stasiun dari jalur ini berada di Jalan Poncol. Sekarang diambil alih oleh PT KAI dan menjadi Stasiun Poncol.

de Samarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij, N.V.
Stasiun Semarang Poncol
Ikhtisar
Kantor pusatHindia Belanda Kota Tegal, Jawa Tengah, Hindia Belanda
LokalJawa Tengah, sebagian eks-Karesidenan Cirebon (Jawa Barat)
Teknis
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
600 mm (1 ft 11+58 in)
Panjang jalur373 km

Meskipun diberi nama SCS, kantor pusatnya sendiri berada di Tegal. Kantor pusatnya dikenal di kalangan masyarakat sebagai "Gedung Birao".

Sejarah

sunting

Pembangunan pertama

sunting
 
Jaringan rel SCS (garis merah tebal) per 1913

Untuk mendukung pengangkutan penumpang dan gula di jalur perdagangan lintas utara Jawa, dibutuhkan sebuah sistem transportasi massal. Di lintas utara Jawa sendiri terutama di jalur antara Semarang, Pekalongan, Tegal, dan Cirebon terdapat 54 pabrik gula yang beroperasi pada masa itu.[1]

SCS didirikan pada tahun 1895,[1] berdasarkan konsesi yang sudah diterbitkan pada tahun 1884 dan dialihkan ke Financiel Maatschappij van Nilverheidsondernemingen in Nederlandsch-Indië (sebuah perusahaan penghimpun modal Hindia Belanda) pada tahun 1893, serta menjadi awal pembangunan jalur kereta api di rute Semarang–Cirebon.[2][3]

Dalam verslag yang dibuat oleh SCS, jalur kereta apinya dimulai dari Semarang (Pendrikan) hingga Kendal (bukan dari Poncol) pada tanggal 2 Mei 1897. Jalur ini kemudian dibagi menjadi dua wilayah kerja, yaitu dari arah Cirebon (Cheribon) serta dari arah Semarang. Jalur utama SCS ini selesai dengan dibukanya jalur menuju Pemalang pada tanggal 1 Februari 1899. Trase SCS awalnya berbeda dengan trase jalur kereta api Semarang–Cirebon sekarang. Pertama, jalurnya melewati Kota Kendal (sebagai segmen Kalibodri–Kendal–Kaliwungu). Kedua, pada saat mencapai Waruduwur, jalurnya membelok ke arah Sindanglaut hingga akhirnya bertemu di Bedilan. Ketiga, terdapat jalur trem di Kaligangsa.[4][5]

Akuisisi Javasche Spoorweg Maatschappij oleh SCS

sunting

Sebelum ada jalur SCS, terlebih dahulu ada jalur kereta api Tegal menuju Balapulang yang dibangun oleh Javasche Spoorweg Maatschappij. Karena JSM tidak mampu bertahan lama mengingat biaya operasional dan utang yang membengkak, maka pada tanggal 16 September 1895, SCS resmi mengakusisi saham, jalur, dan seluruh layanan JSM.[4]

Tantangan saat lalu lintas kereta api semakin tinggi

sunting

Pada awal dekade 1910-an, Staatsspoorwegen (SS) mulai menanamkan pengaruhnya di Cirebon. SS, sebagai perusahaan kereta api rel berat dengan armadanya yang besar-besar dan lalu lintas angkutan yang tinggi sehingga dimungkinkan arus lalu lintas kereta api yang menuju Cirebon juga dipastikan akan tinggi.

Kejadian yang sama juga terjadi di Semarang. Stasiun Samarang yang selama ini menjadi tulang punggung Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) menjadi tidak efisien karena terendam air rob. Sebagai penggantinya dibangunlah Stasiun Semarang Tawang pada pertengahan tahun 1914.[6]

Pada akibatnya, SCS memutuskan untuk merancang jalur baru. Jalur kereta api tersebut adalah shortcut Kalibodri–Kaliwungu tanpa via Kendal (1 Januari 1914) serta jalur shortcut dari Bedilan menuju Waruduwur untuk mendukung Pabrik Gula Tersana Baru (1 Mei 1915)[4]

Pembangunan lintas ini juga mengharuskan adanya stasiun baru. Pada tanggal 1 November 1914, Stasiun Cirebon SCS yang baru (Prujakan) selesai dan menghubungkan jalurnya dengan Stasiun Cirebon.[3] Stasiun Pendrikan juga dipindah, digantikan dengan stasiun baru di Poncol. Bangunan tersebut merupakan stasiun yang dibangun pada tahun 1914; dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Tidak seperti karya Pont yang pertama (Kantor SCS Tegal—yang tidak memiliki keistimewaan apa pun dari sisi arsitekturnya), karya Pont yang satu ini pernah ikut ambil bagian dalam forum internasional Paris Exposition di Prancis, 1925.[7] Perlu dicatat bahwa tidak ada pembangunan jalur penghubung antara Stasiun Poncol dengan Stasiun Tawang.[3]

Selain Stasiun Poncol, Pont juga banyak mendesain bangunan-bangunan milik SCS, seperti Stasiun Tegal dan kantor pusat SCS.

Jalur lainnya adalah Pekalongan–Wonopringgo dan Cirebon–Kadipaten, namun saat ini jalurnya sudah nonaktif. Saat ini seluruh jalur SCS yang masih aktif sudah berubah menjadi jalur ganda.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Sahari), Besari, M. Sahari (Mohamad (2008). Teknologi di Nusantara : 40 abad hambatan inovasi. Jakarta: Salemba Teknika. ISBN 9789799549259. OCLC 271921449. 
  2. ^ "Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij". searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2018-06-27. 
  3. ^ a b c Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  4. ^ a b c Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (1917). Verslag - SCS - 1916. Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij. 
  5. ^ R., Knight, G. (2013). Commodities and colonialism : the story of Big Sugar in Indonesia, 1880-1942. Leiden: Brill. ISBN 9004250514. OCLC 847623409. 
  6. ^ 1895-1963., Liem, Thian Joe, (2004). Riwayat Semarang (edisi ke-Cet. 2). Jakarta: Hasta Wahana. ISBN 9789799695215. OCLC 60326750. 
  7. ^ Priyotomo, Josef (1988). Pasang-surut arsitektur di Indonesia. Surabaya: Ardjun.